Pria asal Banjarnegara, Karno (56) memperlihatkan sampah botol plastik di lapak miliknya di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (21/7/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Karno memanfaatkan limbah sampah seperti botol minuman, kardus, besi, dan plastik bekas untuk dijual kembali ke pabrik pengelolahan daur ulang dengan harga per kilonya bervariatif tergantung barang bekas yang dijualnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Sampah tersebut mempunyai nilai jual yang cukup lumayan, seperti botol bekas minuman yang jika beliau jual ke pabrik daur ulang per kilo dihargai 5 ribu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Banyak para pengumpul barang bekas datang ke lapak Karno untuk menjual limbah, salah satunya pak Darus (57). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Darus asal Cepu setiap harinya selalu datang untuk menjual hasil sampah botol plastik, kardus dan lain lain yang ia cari di sekitaran Kebon Jeruk. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Selain itu usaha limbah tersebut bisa menjadi lahan pekerjaan bagi mereka yang tak gengsi mengerjakannya seperti Wati (54 tahun). (Liputan6.com/Angga Yuniar
Perempuan asal Pacitan ini bekerja di lapak tersebut dengan bayaran 1.000 rupiah per.kilo dari hasil menyortir botol plastik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Bahkan terkadang Bu Wati juga ikut mencari botol plastik bekas berkeliling perumahan yang nantinya akan dijual di lapak pak Karno. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sekitar 19,45 juta ton sampah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Salah satu penyebab masalah ini adalah minimnya infrastruktur pengelolaan sampah di Indonesia, di mana hanya 54 persen dari total kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang memadai dan sesuai standar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Dengan meningkatnya laju daur ulang sampah maka akan mengurangi volume sampah yang masuk ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah). (Liputan6.com/Angga Yuniar)