Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah ingin memastikan tingkat kekurangan gizi kronis pada anak atau stunting terus menurun di setiap daerah.
“Hari ini saya datang ke Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu dalam rangka memastikan anak-anak kita, balita kita sehat semuanya, kita ingin memastikan dalam rangka hari anak nasional bahwa stunting itu selalu turun setiap tahunnya, tidak bisa langsung hilang, tetapi turun,” kata Presiden Jokowi setelah meninjau kegiatan upaya penurunan stunting di Posyandu Sarimulyo, Seluma, Bengkulu, Jumat.
Advertisement
Sebagaimana dikutip dari keterangan Biro Pers Sekretariat Presiden diterima di Jakarta, Presiden Jokowi mengapresiasi upaya yang dilakukan di Kabupaten Seluma, yang telah berhasil menurunkan angka stunting sebesar empat persen dari sebelumnya.
Di posyandu tersebut, Presiden yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi meninjau rangkaian pemeriksaan fisik terhadap bayi dan balita yang hadir di sana.
Kepala Negara pun menilai bahwa kegiatan pemeriksaan fisik yang rutin dilaksanakan tersebut merupakan hal yang baik untuk memastikan anak-anak tetap tumbuh dengan sehat.
“Ini untuk memastikan anak-anak kita semuanya sehat dan memiliki masa depan yang baik sebagai sebuah SDM unggul nantinya,” katanya, dikutip Antara.
Pemerintah memiliki target tingkat stunting secara nasional pada 2024 dapat berada di bawah 14 persen. Jokowi mengatakan untuk mencapai target tersebut, maka pemerintah akan memberikan dukungan anggaran yang cukup.
Target Harus Turun di 14 Persen
“Dari pusat setiap tahun karena kita punya target tahun depan 2024 harus di angka 14 persen, di bawah 14 persen, jadi memang anggaran kita selalu naik, karena memang kita ingin itu,” katanya.
Jokowi juga turut menyampaikan bahwa pemerintah akan selalu memantau dan mengecek penurunan stunting secara rutin guna mengendalikan tingkat stunting di setiap daerah.
“Kita cek setiap dua minggu, setiap bulan kita cek dan kelihatan siapa yang tinggi, siapa yang turun akan kelihatan, kita selalu kontrol dengan cara-cara yang seperti itu,” ucapnya.
Advertisement
Bahaya Stunting
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono ingin setiap pihak terkait lebih memperhatikan lima juta anak stunting yang ada di Indonesia dengan memberikan pengawalan yang tata laksananya disesuaikan dengan siklus hidupnya.
“Saat ini stunting kita 21,6 persen (atau ada sebanyak 5 juta anak). Artinya, satu dari empat anak mengalami stunting, satu dari empat anak IQ-nya lebih rendah 11 persen dan satu dari empat anak Indonesia di tahun emas Indonesia punya penghasilan yang lebih rendah dari anak lain,” kata Dante dalam Forum Menuju Indonesia Bebas Stunting di Jakarta, Kamis.
Dante menuturkan penguatan intervensi yang dilakukan pemerintah dengan melaksanakan gerakan cegah stunting, memerlukan keterlibatan lintas sektor karena target 14 persen di tahun 2024 bukan hal yang mudah untuk dicapai.
Kemenkes sendiri sepanjang tahun 2022 lalu, terus mendorong terlaksananya berbagai upaya pengendalian stunting untuk seluruh kalangan masyarakat terutama lewat intervensi spesifik yang berkaitan dengan kesehatan anggota keluarga.
Misalnya, membentuk program Aksi Bergizi di sekolah dengan sasaran remaja putri di tingkat SMP atau SMA yang di dalamnya mencakup kegiatan skrining anemia, sarapan bersama dan konsumsi tablet tambah darah (TTD) di pagi hari.
Setidaknya sudah ada 6.420 sekolah yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Meski demikian, di lapangan masih ditemukan TTD justru tidak dikonsumsi akibat rasanya yang dinilai pahit oleh anak-anak atau sengaja dibawa pulang, sehingga diharapkan pihak sekolah bisa bekerja sama mengawasi para siswi ketika acara berlangsung.
Penanganan Ibu Hamil untuk Cegah Stunting
Kemudian penanganan pada ibu hamil, di tahun 2022 USG sudah didistribusikan kepada sebanyak 6.032 puskesmas, guna menunjang pemeriksaan kehamilan ibu (ANC) sebanyak enam kali lebih optimal.
Diharapkan penggunaan USG bisa dimaksimalkan untuk memantau tumbuh kembang janin sejak dalam kandungan, serta mendeteksi lebih dini risiko kematian ibu yang angka kematiannya diketahui paling banyak terjadi di rumah sakit akibat telat dirujuk.
“Pemenuhan USG di puskesmas ini program baru, dengan USG di puskesmas maka kita harapkan ibu-ibu dengan risiko tinggi sudah diidentifikasi dari awal, supaya bisa lahir tidak di puskesmas atau di bidan tetapi langsung di rumah sakit,” katanya.
Dante mengatakan selama mendapatkan pemeriksaan, ibu juga akan mengikuti kelas ibu hamil sambil diberikan TTD dan makanan tambahan bila kekurangan energi kronik (KEK). Kemenkes juga sudah mendistribusikan sebanyak 5.628 Hb meter ke puskesmas yang ada di 12 provinsi prioritas penanganan stunting.
Ketika memasuki masa tumbuh kembang setelah lahir, posyandu kembali diaktifkan dengan menyasar balita, ibu dan keluarga balita. Di sini, 61.256 posyandu sudah diberikan alat antropometri baru yang terstandar.
Kemampuan kader posyandu juga terus ditingkatkan melalui berbagai pelatihan. Sehingga, diharapkan para kader dapat mengukur tumbuh kembang anak sesuai hasil di lapangan secara konkret.
Termasuk mengedukasi keluarga tentang pentingnya pemberian protein hewani seperti telur, ikan dan daging ayam dalam mencegah anak terkena stunting.
“Ini masalah bersama yang harus kita pecahkan. Sekarang ada lima juta anak stunting, ini harus ditangani mulai sekarang. Di seluruh Indonesia, sehingga kita bisa mewujudkan generasi emas yang kita cita-citakan,” ucapnya.
Advertisement