Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah SAW bersabda, puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram. Puasa Muharram boleh dilakukan hanya sehari, dua hari, tiga hari, atau bahkan sebulan penuh.
Puasa yang diutamakan pada Muharram adalah puasa ‘Asyura yang bertepatan pada 10 Muharram. Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan bahwa keutamaan puasa 10 Muharram adalah dapat meleburkan dosa setahun yang lalu.
Ternyata, puasa 10 Muharram juga dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Lantas, benarkah puasa 10 Muharram orang Islam mengikuti kaum Yahudi?
Baca Juga
Advertisement
Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya menuturkan, Rasulullah SAW mengetahui orang Yahudi menjalankan puasa 10 Muharram saat di Madinah.
“Ceritanya nabi masuk kota Madinah. Sampai di kota Madinah, Nabi SAW melihat orang orang Yahudi pada berpuasa. Lalu nabi bertanya, kenapa kalian semuanya berpuasa?” tutur Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (22/7/2023).
Orang Yahudi itu menjawab bahwa ia berpuasa pada 10 Muharram karena ungkapan syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan Nabi Musa.
“Maka, spontan nabi mengatakan, aku lebih berhak berpuasa daripada kalian,” lanjutnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Perintah Puasa 10 Muharram
Kemudian Rasulullah SAW berpuasa pada 10 Muharram dan menyuruh umatnya untuk ikut berpuasa. Namun, perintah ini menimbulkan pertanyaan dari sahabat nabi. Sahabat bertanya berkaitan iman dan prinsip yang dipegang.
“Lalu mereka bertanya, ya Rasulullah kita disuruh berpuasa pada 10 Muharram. Ya Rasulullah 10 Muharram adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi, sementara engkau melarang kami menyerupai kaum lain. Akan tetapi, mengapa engkau perintahkan kami berpuasa sama seperti puasanya orang Yahudi?” tanya sahabat yang disampaikan ulang Buya Yahya.
Pertanyaan dari sahabat nabi ini bukan penentangan. Sebab, nabi pernah melarang umatnya menyerupai orang Yahudi. Namun, kali ini nabi memerintah menjalankan puasa 10 Muharram sebagaimana orang Yahudi juga melakukannya.
“Spontan nabi menjawab, kalau seandainya aku hidup sampai yang akan datang, aku akan berpuasa tanggal 9 (Muharram),” katanya.
Buya Yahya mengimbau agar umat Islam untuk menjalankan amalan puasa 10 Muharram. Kemudian untuk mendapatkan kesunnahan-kesunnahannya menambah satu hari puasa agar berbeda dari orang Yahudi, bisa tanggal 9 Muharram, 11 Muharram, atau hari lain yang masih di bulan Muharram.
“Kalau ternyata Anda sudah terlanjur puasa tanggal 10 gak ada masalah, karena itu sunnah yang sangat dikukuhkan. Dalam irama berbeda dengan orang Yahudi (soal) penamaan makna, makna sadar sambung dengan baginda Nabi SAW,” jelasnya.
Advertisement
Niat Puasa Hari Tasu’a dan ‘Asyura
Bagi Anda yang hendak berpuasa pada 9 Muharram (Tasu’a) dan 10 Muharram (‘Asyura), berikut adalah lafal niatnya.
Niat Puasa Tasu’a
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Tâsû’â-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.”
Niat Puasa ‘Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.”
Adapun yang berpuasa pada 11 Muharram atau hari lainnya di bulan Muharram dapat menggunakan lafal niat berikut.
Niat Puasa Mutlak
نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ.”