Liputan6.com, Trenggalek - Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur (Jatim) melarang warganya, terutama pedagang, membeli hewan ternak sapi maupun kambing dari daerah endemis antraks.
"Larangan pembelian hewan dari daerah endemis itu bertujuan untuk mengantisipasi agar kejadian pada 2017 tidak terulang," kata Kepala Disnak Trenggalek Joko Susanto di Trenggalek, dilansir dari Antara, Sabtu (22/7/2023).
Advertisement
Ia mengatakan kejadian pada medio 2017 dimaksud adalah munculnya kasus antraks yang menjangkit sejumlah ternak warga di Trenggalek.
Tidak hanya menimbulkan kematian pada ternak, penyakit antraks ditengarai sudah menular pada manusia.
Kendati akhirnya kesimpulan awal itu kemudian dibantah oleh pemerintah daerah, temuan kasus mirip antraks saat itu telah membuat harga jual ternak daerah itu turun drastis.
Menurut dia, penularan wabah antraks itu ditengarai dari pembelian hewan ternak dari luar daerah endemis.
"Untuk penularannya bisa dari rumput yang mengandung spora antraks yang termakan ternak ataupun air minum yang tercemar antraks," katanya.
Untuk itu, antisipasi dini itu dilakukan mengingat tingkat penyembuhan hewan terpapar antraks yang begitu sulit. Meskipun sulit disembuhkan, ia menyebut ada vaksin antraks yang bisa meminimalisasi paparan kasus di suatu daerah.
"Berkaca dari peristiwa yang pernah terjadi di Trenggalek, dulu 2017 lalu pas ada kejadian radius kilometer sudah kita lakukan vaksinasi antraks selama dua tahun berturut-turut," katanya.
Selain tingkat kesulitan proses penyembuhan, bakteri antraks bisa menular ke manusia atau zoonosis.
Untuk itu, dia menegaskan agar hewan yang terpapar antraks tidak dikonsumsi pada bagian manapun. Dia mengimbau masyarakat untuk membeli daging yang hewannya di potong di rumah potong hewan.
"Karena sudah diawasi kesehatannya," ujarnya.
Segera Lapor
Meskipun saat ini belum ditemukan kasus, untuk pencegahan lainnya Disnak Trenggalek gencar melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang bahaya antraks kepada masyarakat baik di tingkat pedagang hingga konsumen. Salah satunya tidak membeli hewan dari daerah endemis antraks. "Meskipun harganya murah," katanya.
Masyarakat diminta untuk segera melaporkan ke dinas peternakan jika menemukan gejala antraks pada hewan ternak.
Sedangkan yang paling umum adalah demam tinggi hingga 42 derajat celsius, gelisah saat mengunyah hingga menanduk benda keras di sekitarnya.
Selain itu muncul keropeng pada kulit hewan dan kesulitan bernapas. Pada puncaknya, darah keluar melalui dubur, mulut, lubang hidung bahkan urine bercampur darah.
"Segera laporkan jika ada gejala seperti itu. Sapi antraks tidak boleh disembelih atau pun dikonsumsi dagingnya, karena sangat berbahaya," demikian Joko Susanto.
Advertisement