Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kenaikan pada 17-21 Juli 2023. Penguatan IHSG ditopang sektor saham energi dan properti & real estate masing-masing 4,36 persen dan 2,555 persen terhadap IHSG.
Dikutip dari riset Ashmore Asset Management dikutip Minggu (23/7/2023), tren perlambatan secara besar-besaran di bursa saham global dengan penjualan ritel lebih dari perkiraan inflasi di Amerika Serikat. Selain itu, data ekonomi lainnya yakni inflasi di Kanada dan Inggris serta pertumbuhan ekonomi China.
Advertisement
Sentimen lain yang pengaruhi pasar yakni ancaman pasokan pangan. Ashmore melihat awal pekan ini, konflik lain dalam perang Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung, terutama di Pelabuhan Odesa. The Black Sea Grain Initiative yang pertama ditandatangani pada Juli 2022, di mana biji-bijian dari Ukraina diizinkan untuk dikirim ke pasar global selama masa perang.
Perjanjian ini telah berulang kali diperpanjang secara bertahap, dan jatuh tempo pada 18 Juli, tidak diperpanjang oleh Rusia. Rusia keberatan memperpanjang kesepakatan. Di bawah kesepakatan, lebih dari 1.000 kapal yang diangkut hampir 33 juta metrik ton produk pertanian telah diangkut dari Pelabuhan yang mencakup Odesa.
Saat berita serangan itu dirilis, harga gandum global melonjak, SRW Chicago Wheat Futures naik 9,41 persen pada minggu ini,
Ukraina akan dipaksa untuk ekspor biji-bijian dan minyak sayur melalui perbatasan dasar dan pelabuhyan di sepanjang Sungai Danube. Ini akan berdampak dari biaya yang tinggi dan memberi lebih banyak tekanan pada profitabilitas petani Ukraina dan tambahan tekanan ke bawah pada pasokan ke depan.
Perhentian perjanjian ini dapat menaikkan harga komoditas pertanian dalam waktu dekat. Namun, belum dikonfirmasi untuk inflasi pangan.
Di tengah sentimen itu, Ashmore juga merekomendasikan investasi di reksa dana dan diversifikasi aset yang berbeda di tengah risiko global. “Kami merekomendasikan investasi di ASDN, di mana dana dikelola secara aktif dan cepat bergeser ke berbagai sektor. Imbal hasil ASDN mencapai 7,81 persen ydt,” tulis Ashmore.
Pasar Saham Indonesia Mulai Positif pada Awal Semester II 2023
Sebelumnya, memasuki semester II 2023, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas. Hal ini dinilai sinyal pasar saham Indonesia mulai positif pada awal semester II.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 0,28 persen year to date (ytd) ke posisi 6.859,57 pada perdagangan Jumat, 14 Juli 2023. Pada 10-14 Juli 2023, IHSG melonjak 2,2 persen, yang didorong sektor saham kesehatan dan teknologi. Sektor saham kesehatan dan teknologi masing-masing beri kontribusi 6 persen dan 4,26 persen. Investor asing membukukan aksi beli saham USD 38 juta.
Ashmore Asset Management Indonesia melihat, indeks IHSG membawa imbal hasil positif pada semester II dan ungguli indeks IBPA yang merupakan kebalikan dari apa yang terjadi pada semester I. Pada saat itu, indeks IBPA naik 6,61 persen, ungguli IHSG yang turun 2,76 persen.
“Titik balik ini mungkin menjadi tanda kalau saham Indonesia mulai meningkat pada awal semester ini karena didukung data ekonomi makro yang kuat bersama dengan antisipasi belanja kampanye pemilu yang besar yang dapat bertindak sebagai katalis dalam dongkrak saham,” tulis Ashmore.
Di sisi lain, imbal hasil laba perusahaan tercatat 6,64 persen, di atas imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dan tenor dua tahun masing-masing 6,18 persen dan 6,03 persen.
“Oleh karena itu, saham Indonesia tetap relatif undervalue dibandingkan obligasi. Kami merekomendasikan tetap investasi dan diversifikasi di reksa dana,” tulis Ashmore.
Advertisement
Data Inflasi Bayangi Pasar
Sementara itu, pada pekan ini, Ashmore melihat perlambatan di pasar besar seperti inflasi 0 persen di China, ekonomi negative lebih dalam di Jerman, kontraksi dari ekonomi di Inggris. Indonesia juga alami penurunan pengeluaran ritel pada Mei, menjadi angka negative pertama sejak Januari. Ini sebagian dari efek yang tinggi dari libur Idul Fitri pada Mei 2022.
Sedangkan data inflasi dari Amerika Serikat (AS) cenderung melandai. “Data inflasi terbaru minggu ini dari AS membawa harapan untuk puncak lebih dekat dan rendah suku bunga the Fed baik sebagai headline dan inflasi inti untuk Juni menurun lebih jauh dari yang diharapkan,” tulis Ashmore.
Terlepas dari itu, inflasi inti tetap tinggi dan tetap di atas inflasi sejak Maret 2023. Sebagai hasil dari penurunan tingkat inflasi, pasar prediksi the Fed kerek suku bunga menjadi 5,25 persen-5,5 persen dengan tingkat probabilitas hampir 95 persen. Selanjutnya diharapkan tingkat bunga mencapai puncak dan tetap stabil dalam pertemuan dari September hingga akhir tahun.
“Meski demikian, the Fed terus memantau data makro Amerika Serikat tersebut sebagai pasar kerja yang tetap kuat dalam membuat keputusan suku bunga,”
Kinerja Perdagangan Sepekan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kenaikan pada 17-21 Juli 2023. Sentimen global terutama dari China dan Amerika Serikat masih bayangi IHSG sepekan.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/7/2023), IHSG bertambah 0,16 persen ke posisi 6.880,80 pada 17-21 Juli 2023. IHSG melanjutkan kenaikan dari pekan lalu yang melonjak 2,2 ke posisi 6.869,57.
Demikian juga kapitalisasi pasar bertambah 0,28 persen menjadi Rp 9.940,31 triliun pada pekan lalu Rp 9.912,89 triliun.
Pada pekan ini, kenaikan terbesar dicatat rata-rata nilai transaksi harian yang melonjak 10,54 persen menjadi Rp 9,71 triliun dari Rp 8,78 triliun pada pekan lalu.
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa melonjak 0,35 persen menjadi 1.180.802 transaksi dari 1.176.724 transaksi pada pekan lalu.
Namun, rata-rata volume transaksi bursa terpangkas 1,69 persen menjadi 17,08 miliar saham dari pekan lalu 17,37 miliar saham.
Pada Jumat 21 Juli 2023, investor asing mencatat aksi beli Rp 2,87 miliar. Selama sepekan, investor asing bukukan aksi beli saham Rp 2,1 triliun. Sepanjang 2023, investor asing beli saham Rp 20,12 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG dipengaruhi oleh sentimen global selama sepekan. Salah satu datang dari rilis data ekonomi China yang mempertahankan suku bunga. Di sisi lain perdagangan China relatif melambat yang menunjukkan ada perlambatan ekonomi China.
“Dari Amerika Serikat masih dalam kebijakan moneter ditambah menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, IHSG berpeluang menguat dengan kisaran support 6.813 dan resistance 6.931 pada pekan depan. Ada pun pekan depan ada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) dan data FFR the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Advertisement