Liputan6.com, Jakarta - Gelombang panas yang tak kunjung reda terus menyerang masyarakat. Masalah ini bukan hanya menjadi bencana alam, namun juga telah berubah menjadi bencana kesehatan. Para dokter dan tenaga medis lainnya kini berada di baris terdepan dalam penanganan dampak negatif dari gelombang panas ini.
Melansir CNN Health pada Jumat, 21 Juli 2023, Dr. Cecilia Sorensen, seorang dokter ruang gawat darurat yang bekerja di Colorado selama musim panas ini dan juga direktur Konsorsium Global untuk Pendidikan Iklim dan Kesehatan di Universitas Columbia, berbagi pengalaman saat mereka harus mengirim penjaga keamanan ke stasiun bensin di seberang jalan untuk membeli es saat stok mereka habis.
Advertisement
Semua itu dilakukan untuk membantu mendinginkan pasien yang mengalami heat stroke. "Situasinya mungkin terdengar tidak biasa, tapi kami akan melakukan apa pun yang dibutuhkan," ujarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa panas ekstrem lebih mematikan dibandingkan bencana alam lainnya, merenggut lebih banyak nyawa di seluruh dunia daripada badai dan tornado gabungan. Ahli menegaskan bahwa orang seringkali meremehkan bahaya yang ditimbulkannya.
Dokter-dokter di ruang gawat darurat mencatat bahwa kondisi yang paling sering mereka temui terkait panas adalah heat exhaustion atau kelelahan akibat panas dan heat stroke atau pitam panas. Kelelahan panas terjadi ketika tubuh kehilangan air atau garam berlebihan akibat berkeringat. Biasanya, tubuh mampu menjaga suhunya tetap dingin dengan mengalirkan darah ke permukaan kulit dan menghasilkan keringat.
Perawatan Heat Exhaustion
Kelelahan panas bisa terjadi jika seseorang mengalami dehidrasi dan tubuhnya kekurangan air dan elektrolit yang esensial. Ini juga bisa terjadi ketika tubuh tidak cukup berkeringat dan menjadi terlalu panas.
Gejala dari kelelahan panas bisa termasuk mual, pusing, mudah marah, merasa haus, sakit kepala, dan suhu tubuh yang meningkat. Pada anak-anak, mereka mungkin tampak sangat lelah dan haus, dan kulit mereka biasanya akan terasa dingin atau lembap.
Untuk menangani kelelahan panas di rumah, biasanya Anda bisa mencoba pergi ke tempat yang lebih sejuk, melepaskan pakaian yang ketat, mandi air dingin, dan minum minuman yang mengandung elektrolit, seperti air kelapa. Namun jika tindakan tersebut tidak cukup, mungkin diperlukan bantuan medis.
"Kelelahan akibat panas mungkin merupakan tahap awal dimana saya berharap kebanyakan orang akan berpikir 'Oh, saya merasa tidak sehat. Mungkin saya harus mendapatkan pemeriksaan medis,'" kata Dr. Courtney Mangus, seorang Asisten Profesor Klinis di Departemen Kedokteran Darurat, Divisi Kedokteran Darurat Anak di University of Michigan.
Menurutnya, beberapa pasien dengan kelelahan panas akan dievaluasi dulu di area triase ruang gawat darurat. Ini melibatkan pengambilan tanda-tanda vital, pemeriksaan suhu tubuh, serta pengukuran detak jantung dan tekanan darah.
"Jika tidak ditangani dengan cepat, kelelahan panas bisa berkembang menjadi kondisi yang jauh lebih serius, yaitu heat stroke," ia menjelaskan.
Advertisement
Perawatan Heat Stroke
Heat stroke adalah salah satu kondisi terkait panas yang paling fatal. Dokter harus bergerak cepat dalam menangani hal ini untuk menurunkan suhu tubuh pasien. Suhu tubuh seseorang dapat melonjak menjadi 106 derajat fahrenheit yang setara dengan 41 derajat celcius atau lebih tinggi dalam waktu hanya 10 hingga 15 menit.
Seseorang dengan sengatan panas mungkin berkeringat berlebih atau tidak sama sekali. Mereka juga bisa pingsan atau mengalami kejang. Jika suhu tubuhnya tidak bisa diturunkan dalam waktu 30 menit, mereka berisiko mengalami kerusakan organ permanen.
Sengatan panas tidak bisa ditangani di rumah. Dr. Robert Shesser, seorang profesor dan kepala Departemen Kedokteran Darurat di Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas George Washington, mengatakan bahwa dokter biasanya akan memulai penanganan dengan sedikit es, banyak semprotan air, dan kipas angin.
"Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan jumlah panas yang hilang dari tubuh melalui proses penguapan," jelasnya.
Dr. Sorensen menceritakan bahwa selama gelombang panas yang bersejarah di Pacific Northwest pada 2021, ruang gawat darurat mereka dipenuhi oleh pasien sengatan panas. Staf medis akan melepaskan pakaian pasien heat stroke dan meletakkan es di area selangkangan, leher, dan ketiak, kemudian mengarahkan kipas ke mereka untuk membantu menyebar panas. Mereka juga dapat memberikan infus cairan yang sangat dingin kepada pasien tersebut.
Menghindari Cuaca Panas
Frank LoVecchio, seorang dokter gawat darurat di Valleywise Health Medical Center di Phoenix, menyatakan bahwa dia telah melihat banyak kasus orang dengan heat stroke yang berakhir dengan kerusakan organ permanen atau kematian selama gelombang panas di Arizona.
Jika suhu otak melebihi 105 derajat Fahrenheit atau 45 derajat celcius selama lebih dari lima menit, kata LoVecchio, rata-rata orang akan mengalami kerusakan otak permanen.
"Kami melihat pasien datang dengan suhu sekitar 107, 108 derajat fahrenheit (41-42 derajat celcius), jadi tubuh mereka benar-benar tidak bisa mengatasi itu," ujar LoVecchio. Pasien dengan suhu yang sangat tinggi biasanya sudah tidak sadarkan diri.
Metode terbaik untuk menjaga keselamatan di musim panas adalah dengan sebisa mungkin menghindari paparan panas yang ekstrem. "Anda harus memperlakukan ini seperti musim dingin. Anda harus berpikir seolah-olah Anda tinggal di daerah yang memiliki suhu di bawah nol, dan Anda harus merasa nyaman, beristirahat, dan tinggal di dalam rumah," saran LoVecchio.
Mangus menyarankan untuk beraktivitas fisik di dalam ruangan atau di pagi hari, memakai pakaian longgar dan berwarna terang, serta mengontrol tingkat aktivitas kita. Mangus juga menyarankan untuk memeriksa orang yang lebih tua dan yang sangat muda. Pastikan mereka minum cukup dan berada di tempat yang sejuk, dan jangan pernah meninggalkan siapapun di dalam mobil yang panas.
Advertisement