Liputan6.com, Jakarta - Ngomongin taekwondo sama cewek satu ini seseru ngobrolin lagu Jungkook bareng ARMY atau membahas film The Childe dengan fans Kim Seon Ho. Rasa-rasanya ogah udahan saking serunya.
Tidak banyak masyarakat tahu, cewek pemilik nama Prameswari Priyanka Triguna, 19 tahun, baru saja mengharumkan Tanah Air melalui ajang '3rd Scotland Open Online Poomsae and Speed Kicking Championship' di Skotlandia pada 18 Maret 2023. Dia berhasil keluar sebagai juara 2.
Advertisement
Dalam sebuah perjumpaan di salah satu kafe yang ada di FX Sudirman, Priyanka begitu excited ketika Health Liputan6.com memintanya menceritakan semua hal tentang ketertarikannya dengan olahraga bela diri yang berasal dari Korea ini.
Priyanka Suka Taekwondo karena Kakak
Seperti banyak artis muda yang tidak sengaja terjun ke dunia hiburan gara-gara mengantarkan sang kakak, adik, atau bahkan sahabat untuk casting, hal serupa pun terjadi pada Priyanka.
"Aku taekwondo dari kelas 2 SD. Awalnya, kakakku yang masuk, cuma dia ekskul gitu. Aku awalnya ngerasa kok seru ya. Pas aku coba ikut, latihan, eh keterusan sampai sekarang," kata Priyanka.
Di mata peraih 'Gold Medal National Championship Indonesia Student Taekwondo Championship 2022', taekwondo adalah olahraga yang bisa membuatnya terlihat keren sebagai seorang perempuan,"Kalau aku lebih ke 'Keren aja kalau cewek bisa self defense begitu.".
Priyanka Kecil Adalah Sosok Tomboi dan Berani
Menurut pengakuan cewek yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Hubungan Internasional (HI) Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, Jawa Tengah bahwa dirinya dikenal sebagai sosok yang paling enggak bisa melihat teman-temannya diisengin atau di-bully anak lain, jauh sebelum dirinya jatuh cinta sama taekwondo.
"Sebelum taekwondo aku senang berantem sama cowok. Tapi lebih ke (karena) teman aku digangguin gitu. Itu kayaknya karena aku punya sisi agak tomboi," ujarnya.
Profil Priyanka Triguna: Biodata hingga Prestasi
- Nama : Prameswari Priyanka Triguna
- Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Februari 2004
- Nama Ayah dan Ibu : Hartawan Triguna dan Asih Haryantie
- Anak ke 2 dari 2 bersaudara
- Pendidikan : International Relations (HI) Universitas Diponegoro (UNDIP)
Priyanka Sempat Mencoba Hal Lain Sebelum Terjun ke Taekwondo
Seolah menolak kenyataan bahwa dirinya tomboi dan cukup yakin punya sisi feminin yang dominan, seorang Priyanka sempat ikut ekskul yang 'cewek banget'. Dari seni tari hingga main musik,"Ternyata aku kurang cocok kalau yang feminin gitu.".
Dia pun akhirnya memilih ikut taekwondo. Bermula dari coba-coba, Priyanka sampai enggak sadar bahwa ujian kenaikan sabuk demi sabuk hingga bermacam-macam jenis perlombaan diikutinya.
Berikut kejuaraan taekwondo yang pernah diikuti serta prestasi yang berhasil Priyanka ukir, di antaranya :
- JUARA 1 (POOMSAE) - KEJUARAAN ASIA TAEKWONDO HANMADANG CHAMPIONSHIP TAHUN 2019
- JUARA 1 (POOMSAE) - KEJUARAAN INDONESIA STUDENT TAEKWONDO CHAMPIONSHIP 3 ( ISTC ) 2019
- JUARA 3 (POOMSAE) - KEJUARAAN INTERNASIONAL INDONESIA CHANGMOOKWAN 2020
- JUARA 2 (POOMSAE) - KEJUARAAN INTERNASIONAL 'COPA DUQUES TAEKWONDO PERU 2021'
- JUARA 1 (POOMSAE) - KEJUARAAN INDONESIA TAEKWONDO KELAS JUNIOR ( PAIR / BEREGU ) TAHUN 2022
- JUARA 2 (POOMSAE) - 3RD SCOTLAND OPEN Online POOMSAE AND SPEED KICKING CHAMPIONSHIP 2023
Priyanka : Sempat Bosan dan Mau Berhenti Taekwondo
Dikatakan Priyanka, bohong kalau dia tidak pernah merasa bosan. Sesuka-sukanya seseorang akan suatu hal, pasti akan dihadapkan oleh rasa bosan, serta pilihan lanjut atau berhenti di sini.
Situasi itu pernah singgah di hidup anak kedua dari tiga bertiga saudara ini. Membuat Priyanka nyaris menyudahi latihan taekwondo dan beralhir ke cabang olahraga (cabor) lain.
"SMP sempat tuh merasa capek. Soalnya waktu itu, kok perempuan diarahinnya cuma ke fighting dan fighting terus. Sempat mau ganti cabor. Ada basket dan olahraga lain yang memang aku suka dan bisa," katanya.
Meski rasa capai tidak dapat ditutupinya, tapi di satu sisi Priyanka enggak mau gegabah mengambil keputusan hingga akhirnya dirinya ngobrol empat mata sama kedua orangtuanya.
"Bunda waktu itu cuma ngomong, sayang banget kalau sudah ada prestasinya berhenti. Sementara waktu aku masuk SMP aja itu japres (jalur prestasi)," katanya.
Di saat-saat Priyanka gamang ingin lanjut atau tidak, tiba-tiba secercah harapan datang yang bikin dia akhirnya bertahan di taekwondo.
"Taekwondo itu ada salah satu konsep tandingnya fighting atau jurus. Sementara aku tuh kayak 'Kok fighting terus ya' pengin sesuatu yang beda. Akhirnya aku ada alternatif lain," ujarnya.
Advertisement
Taekwondo Bantu Membentuk Karakter dan Kepribadian Priyanka
Lebih lanjut Priyanka, mengatakan, taekwondo yang dipelajarinya sejak kanak-kanak secara tidak langsung membantunya dalam membentuk karakter di dirinya.
"Aku pernah ada di tahap yang kurang diapresiasi oleh pihak sekolah. Kayak dari segi nilai sebenarnya bagus tapi entah kenapa kayak kurang diapresiasi. Aku di taekwondo pun berprestasi, tapi malah kayak ada anggapan 'Anak cewek kok berantem'," katanya.
"Aku saat itu hanya 'Ya terserah mereka aja, lah'. Di SMP itu aku merasa, karakterku kebentuk banget. Mulai dari caranya time management dan lain-lain," katanya.
Taekwondo juga membentuk Priyanka menjadi anak pemberani, anak yang siap menerima kekalahan, dan tidak besar kepala ketika menang.
"Ini semua aku alami saat pertandingan ke Malaysia. Aku dari DKI dan ada satu lagi dari Jawa Tengah. Sisanya enggak ada yang aku kenal," katanya.
"Di situ situasinya aku tidak kenal siapa-siapa, tapi semuanya jago. Jujur aku jiper tapi tidak sampai membuat aku down. Karena dari awal aku dilatih buat menang dan kalah. Saat itu aku berpikir, kalau pun kalah, aku kalah dengan terhormat," ujarnya.
Junior Membuat Priyanka Bangkit dan Semangat Latihan Taekwondo
Rasa bosan yang menghampiri berhasil dikalahkan oleh gadis yang memiliki kemampuan public speaking ini dengan mengingat para juniornya. Ketika Priyanka duduk di bangku kelas 3 SMP, dia satu-satunya senior yang mengantongi sabuk merah.
"Aku sudah paling senior, kalau aku masih malas-masalan, kasihan juga adik-adik aku. Bagaimana juga aku jadi role model untuk mereka," katanya.
Apalagi, Priyanka pernah berada di fase kedua orangtuanya tidak memiliki sepeserpun uang untuk membiayai kenaikan sabuk. Namun, pelatih dan para juniornya langsung pasang badan dan meyakinkan Priyanka untuk tidak usah mengkhawatirkan hal tersebut.
"Kerennya pelatihku bilang 'Sudah... Kamu enggak usah mikirin itu sama sekali. Kamu kan senior dan senior pertama yang sampai sabuk merah'. Dari situ aku sadar, orang-orang naruh harapan besar buatku," katanya.
Priyanka Diremehkan Saat Sudah Sabuk Hitam
Kemudian, Priyanka mengingat-ingat lagi momen terberat yang pernah dilaluinya sebagai atlet taekwondo.
"Oia, aku ingat, waktu aku mulai sabuk hitam di SMA kelas 2 di umur 17 tahun. Sabuk hitam itu bukan sesuatu yang sepele loh. Aku juga sudah nge-coach-ing. Tapi orang yang melihatku malah memandanya 'Sabuk hitam kok belum ke mana-mana'. Di situ aku merasa, kok orang cuma melihat cover doang ya, tanpa melihat perjalananku," katanya.
Menurut Priyanka, kondisi semacam ini yang membuat teman-teman seperjuangannya down dan memilih angkat kaki dari olahraga yang telah digeluti sejak SD.
"Enggak sedikit teman-teman yang sama-sama taekwondo bareng aku di sabuk putih, ujung-ujungnya bubar jadinya main basket, cheerleaders, atau sepak bola. Sementara aku, enggak keganggu omongan orang-orang, tutup kuping saja," katanya.
Priyanka Sampai di Kejuaraan Taekwondo Internasional
Manfaat taekwondo buat melatih mental dan pikiran dirasakan Priyanka saat mengikuti kejuaraan taekwondo 'Copa Duque's Poomsae Traditional Taekwondo' di Peru pada 2021. Saat itu, Priyanka dihadapkan pada situasi, yang entah bagaimana tiba-tiba saja gerakannya diubah.
Di situasi yang seperti itu, Priyanka harus cepat-cepat memutar otak dalam menghapal gerakan untuk dipertandingkan. "Singkat ceritanya, aku berhasil juara 2," katanya.
Kejuaraan di Skotlandia, Harus Menang atau Drop Out
Berhasil di Peru, Priyanka kembali mencoba peruntungan di pertandingan yang diadakan di Skotlandia tapi diikuti secara daring atau online.
"Ini diadakan secara online. Dari mana saja bisa ikut, caranya kirim video. Take lalu upload," katanya.
Masuk UNDIP melalui jalur prestasi mengharuskan anak didik siapa pun itu untuk mampu menyumbangkan sedikitnya satu atau dua gelar juara 1, 2, atau 3 di setiap pertandingan yang diikuti. Jika tidak, drop out pun menghantui.
"Japres di UNDIP ada keterikatan di mana dalam setahun itu harus ada menyumbangkan medali, juara 1 sampai 3. Itu kayak pegangan atau kayak tiket. Kalau enggak itu bisa di-drop out," kata Priyanka.
"Kemungkinan di-drop out ada. Menurutku serunya di situ. Aku kan japresnya taekwondo, kalau enggak ada nyumbang apa-apa juga ya potensi buat DO ada," Priyanka melanjutkan.
Oleh sebab itu, ketika pelatih di kampusnya memberitahu ada pertandingan taekwondo di Skotlandia, Priyanka tanpa pikir panjang langsung mengurus semua syarat lomba.
"Semuanya ngurus sendiri, transfer duit sendiri, daftar sendiri, Alhamdulillah juara 2 di Scotlandia," pungkasnya.
Advertisement