Kelenteng Tien Kok Sie, Tempat Peribadatan Tri Dharma di Solo

Kelenteng Tien Kok Sie diapit oleh bangunan-bangunan baru berupa toko di sekitar Pasar Gede, Solo.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Jul 2023, 18:00 WIB
sejumlah warga keturunan Tionghoa sedang melakukan sembahyang di dalam Kelenteng Tien Kok Sie, Solo, Kamis malam (15/2).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Terdapat situs kuno di kawasan Pasar Gede Hardjonagoro Solo, yaitu Kelenteng Tien Kok Sie. Selain indah, kelenteng ini menjadi tempat peribadahan Tri Dharma, yaitu Taoisme, Konghucu, dan Buddha.

Kelenteng ini didominasi warna merah, termasuk di setiap ornamen dan arsitekturnya. Interior bagian dalam juga menggunakan kayu jati tua yang kuat.

Karena banyak terbuat dari kayu, semua sambungan kayu pun menggunakan pasak, tanpa menggunakan paku. Seluruh material bangunan tersebut masih asli sejak pertama kali dibangun.

Pada bagian depan gerbang terdapat arca singa (ciok say) yang dianggap sebagai penolak bala. Kelenteng ini juga banyak terdapat ukiran atau ornamen naga, termasuk di bagian atap. Dua naga pada bagian atap berwarna hijau dan mengapit semacam bola mustika.

Meski letaknya tak begitu menonjol, tetapi kelenteng ini cukup menarik antusias banyak orang. Dengan izin petugas yang ada di dalam kelenteng, pengunjung bisa mengambil gambar. Namun, mereka tetap harus menghormati umat yang sedang beribadah di kelenteng tersebut.

Kelenteng Tien Kok Sie diapit oleh bangunan-bangunan baru berupa toko di sekitar Pasar Gede, Solo. Warnanya yang merah membuat bangunan ini cukup menonjol, sehingga mudah ditemukan dan dikenali.

Kelenteng Tien Kok Sie menjadi salah satu lokasi yang banyak dicari saat Perayaan Imlek dan Festival Budaya Grebeg Sudiro. Kawasan Kampung Sudiroprajan memang sudah lama dikenal sebagai tempat tinggal warga etnis Tionghoa di Solo.

Mereka sudah tinggal dan berakulturasi dengan warga lokal sejak ratusan tahun silam. Tak heran jika daerah tersebut kemudian dikenal sebagai simbol akulturasi di Kota Solo. Saat menjelang Imlek, kawasan Pasar Gede hingga Balai Kota Surakarta akan dihiasi ratusan lampion warna-warni. Begitu pula di sekitar kawasan Kelenteng Tien Kok Sie yang selalu menjadi rebutan para pengunjung untuk berswafoto.

Selain lampion, di Kelenteng Tien Kok Sie juga menampilkan tarian dan atraksi khas Imlek, barongsai. Bahkan, sudah banyak bermunculan perkumpulan latihan barongsai di sekitar kawasan tersebut. Keberadaan kelenteng juga mewakili budaya warga sekitar. Sebagai tempat ibadah, di sekitar kelenteng juga terbentuk budaya etnis Tionghoa yang masih terjaga.

Kelenteng tersebut sudah berusia sangat tua. Bersamaan dengan itu, budaya etnis Tionghoa pun juga ikut bertahan di sana.

Mengutip dari berbagai sumber, Kelenteng Tien Kok Sie dibangun sekitar 1700-an. Karena merupakan tempat ibadah Tri Dharma, maka umat yang datang untuk berdoa juga berasal dari ketiga kepercayaan tersebut.

Konon, kelenteng ini merupakan salah satu kelenteng tertua di Indonesia. Meski tidak banyak yang mengetahui persis kapan dibangunnya kelenteng ini, tetapi banyak yang menyebut bahwa kelenteng ini dibangun tak lama dari perpindahan Keraton Kartasura ke Surakarta.

Terkait namanya, Tien Kok Sie diartikan sebagai tempat ibadah untuk pemujaan kepada Tuhan. Kelenteng ini juga memiliki nama lain, yaitu Vihara Avalokitesvara.

Kini, bangunan Kelenteng Tien Kok Sie sudah menjadi bangunan cagar budaya Kota Solo. Tak hanya menjadi tujuan beberapa wisatawan, kelenteng ini juga masih menjadi tempat peribadatan bagi umat Tri Dharma.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya