Liputan6.com, Jakarta - Dukungan kuat dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) semakin menambah daya elektoral Partai Amanat Nasional (PAN). Imbas dari pada itu, membuat PAN kini menjadi partai politik (parpol) pilihan pada Pemilu 2024 mendatang.
Advertisement
Tokoh Masyarakat NU Situbondo Dedi Sundoro mengatakan, warga Nahdliyin khususnya di Situbondo sangat mendukung PAN untuk Pemilu 2024 mendatang.
Pihaknya menilai bahwa PAN sudah lebih berwarna.
"Saya mewakili warga NU Situbondo membuat gerakan dukungan sebesar-besarnya kepada PAN untuk mendongkrak elektabilitas agar terus mengalami peningkatan," kata Dedi.
Alhasil adanya dukungan tersebut elektabilitas PAN konsisten meningkat, menurut data survei Indonesia Political Opinion (IPO) periode Juni 2023, elektabilitas PAN tercatat dalam kenaikan signifikan hingga 5 persen. Posisi PAN bahkan mengungguli PKS, PPP, serta Perindo.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Indonesia Political (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, PAN saat ini telah mengalami kenaikan elektabilitas yang cukup signifikan. Hal itu dilandasi dari hadirnya banyak dukungan termasuk dari Nahdliyin sebutan bagi warga NU.
"Ada beragam dukungan untuk partai PAN sampai elite masyarakat, maksud dari itu seperti ketua PBNU. Banyak para tokoh penting NU dukung PAN yang menghasilkan daya elektoral," tambah Dedi.
PAN saat ini menjadi partai yang digandrungi banyak Nahdliyin. Hal itu karena mempunyai tokoh ketua PBNU dukung PAN seperti Gus Yahya, Gus Syaiful, Gus Afif, dan Gus Sakti.
Kaum Nahdliyin Tertarik dengan PAN
Langkah Partai Amanat Nasional (PAN) merangkul tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dinilai sebagai langkah tepat dan cerdas. Sebab, hal itu membuat peluang PAN mendapatkan suara dari warga NU menjadi sangat besar.
“Walaupun dalam konteks politik kadang agak cair, tetapi itu (tokoh NU) kan perlu dirangkul didekati untuk kemudian sejauh mana bisa menjadi faktor semacam vote getter,” kata Pengamat Politik UIN Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan dikutip Sabtu (22/7/2023).
Bakir menyebut sejumlah kalangan warga NU terutama basis tradisional masih berpatokan terhadap pemimpin spiritualnya seperti kiai dan juga pemimpin pondok pesantren. Sebab, banyak kalangan NU masih menerapkan prinsip sami'na wa atho'na yakni patuh terhadap pemimpin jemaahnya.
“Kalau kita baca secara sosiologis, nahdliyin itu tergantung kiai, Samina Wa Athona ke kiai. Walaupun dalam konteks politik agak cair, tetapi itu kan perlu dirangkul,” ucapnya.
Lebih lanjut, Bakir menyebut meski mendapat dukungan dari Ketum PBNU, PAN tetap harus bekerja secara optimal untuk memanfaatkannya. Salah satunya dengan memperkenalkan para Calon Anggota Legislatif (Caleg) yang diusungnya pada Pemilu 2024 mendatang.
Terlebih, saat ini PAN banyak berisi tokoh-tokoh NU yang dapat dikapitalisasi dengan baik. Sejumlah tokoh NU yang bergabung dengan PAN seperti Gus Syaiful Nuri dari Pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, Gus Ahmad Abdul Qodir dari pondok pesantren Syaikh Abdul Qodir Jailani.
“Kalau dilihat PAN sepertinya banyak menarik tokoh-tokoh, public figure yang dianggap punya popularitas. Itu tidak menjamin, tergantung kerja partai,” ungkapnya.
Advertisement