Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan jajarannya di tingkat pusat maupun daerah untuk memperbanyak kegiatan pasar murah. Menurut Jokowi, langkah tersebut diambil pemerintah dalam rangka antisipasi menghadapi fenomena iklim El Nino.
Hal ini disampaikan Jokowi usai meninjau Pasar Rakyat yang digelar di Lapangan Rampal, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Senin (24/7/2023).
Advertisement
Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Saya telah memerintahkan kepada BUMN, juga kepada gubernur, seluruh gubernur, bupati, dan wali kota untuk memperbanyak pasar-pasar murah di daerah, sebanyak-banyaknya," ujar Jokowi dikutip dari siaran pers, Senin (24/7/2023).
Selain pasar murah, Jokowi juga memerintahkan jajarannya yang memiliki anggaran untuk meningkatkan jumlah pemberian bantuan sembako bagi masyarakat yang membutuhkan.
Jokowi menyebut El Nino merupakan fenomena iklim yang tidak bisa diprediksi. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah pencegahan terhadap dampak yang akan ditimbulkan.
"Kita berharap kita bisa mendahului agar apabila nanti El Nino datang masyarakat tidak kaget karena memang panasnya bisa mengganggu kesehatan. Yang kedua, pangan juga bisa terganggu kalau betul terjadi," ungkap dia.
Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan saat ini beberapa negara telah mengalami dampak El Nino. Dia mencontohkan India dan Vietnam yang sudah tidak lagi melakukan ekspor beras.
"Kita tidak berharap kejadian itu terjadi di negara kita sehingga semuanya memang harus dipersiapkan," ucap Jokowi.
Puncak El Nino akan Terjadi Agustus-September
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September. Puncak El Nino dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan.
Untuk menghadapi fenomena El Nino tersebut, pemerintah telah berkoordinasi dan melakukan sejumlah langkah antisipasi sejak bulan Februari-April dan akan terus diperkuat.
Dwikorita menjelaskan bahwa meskipun saat ini Indonesia sudah masuk musim kemarau, tetapi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi atau banjir itu masih tetap ada.
"Karena wilayah Indonesia ini dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi," jelas Dwikorita usai rapat di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/7/2023).
"Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah," sambung Dwikorita.
Untuk itu, pemerintah melalui BMKG mengimbau masyarakat untuk melakukan sejumlah hal dalam menghadapi fenomena iklim El Nino. Langkah-langkah tersebut antara lain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, hingga beradaptasi terhadap pola tanam.
"Juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG," tandasnya.
Untuk diketahui, El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Advertisement