Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Maju Berkat Transaksi Keuangan Makin Modern

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut berkembangnya suatu perekonomian negara dicirikan dengan transaksi yang semakin maju.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jul 2023, 12:45 WIB
Menkeu Sri Mulyani dalam pembukaan Profesi Keuangan Expo 2023 (dok: Tira)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut berkembangnya suatu perekonomian negara dicirikan dengan transaksi yang semakin maju.

"Suatu perekonomian negara yang terus berkembang dicirikan dengan transaksi yang makin berkembang. Kalau istilah bahasa Indonesianya makin canggih makin sofiesticated," kata Sri Mulyani dalam pembukaan Profesi Keuangan Expo 2023, Selasa (25/7/2023).

Lanjut Sri menjelaskan, perekonomian suatu negara selalu dicirikan dengan adanya transaksi. Jika tidak ada transaksi maka tidak ada perekonomian, bahkan transaksi yang tidak pakai uang atau istilahnya barter merupakan bagian dari perekonomian.

Menkeu mendefinisikan perekonomian sebagai upaya manusia memenuhi berbagai kebutuhan yang begitu banyak, apalagi di era modern ini kebutuhan tidak terbatas, namun dihadapkan pada sumber daya yang selalu terbatas, dan kemudian memunculkan transaksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

"Saya tidak mungkin memenuhi kebutuhan dari diri saya sendiri secara sendiri, apalagi manusia adalah makhluk sosial selalu berinteraksi," ujarnya.

Bentuk Karakter Bangsa

Menurutnya, adanya interaksi melalui transaksi akan membentuk banyak sekali karakter bangsa. Melalui transaksi, maka kebutuhan jasa dan barang kedua belah pihak bisa saling terpenuhi.

"Transaksi itu muncul dua belah pihak yang saling membutuhkan dan kemudian mereka bersepakat, muncullah apakah itu kuantitas dan kualitas dari barang dan jasa dan harga," jelas Menkeu.

 


Pentingnya Profesi Keuangan

Menteri keuangan Sri Mulyani saat diwawancarai oleh Liputan6 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (16/3/2023). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Adapun Menkeu mengaitkan profesi keuangan dengan transaksi. Pada dasarnya dalam proses transaksi yang sederhana tidak dibutuhkan akuntan, aktuaris, Appraiser, maupun profesi keuangan lainnya. Sebab, tidak ada resiko jangka panjang dalam transaksi sederhana tersebut.

Bendahara negara ini mencontohkan, misal dirinya menanam cabai dan tetangganya memelihara ayam. Kemudian ayam tetangga bertelur, dan akan menjualnya kepada Sri. Sementara, Sri juga memanen cabai dan akan menjualnya.

Dalam proses itu, terjadi transaksi pertukaran barang dengan membayar menggunakan uang maupun barter. Artinya, tidak diperlukan akuntan, aktuaris, maupun appraisal dalam transaksi sederhana tersebut, karena tidak ada resiko jangka panjangnya.

"Kecuali kalau telur ini nanti dalam 3-6 tahun kemudian akan jadi ayam, ayamnya bercucu kemudian bercicit itu muncul kebutuhan aktuaris. Itulah transaksi yang basic ekonomi yang dicirikan dengan transaksi," ujarnya.

 


Tergantung Ekonomi

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kendati demikian, jika transaksi ekonominya semakin kompleks maka dibutuhkan profesi keuangan dalam mengurus perpajakannya, misalnya dibutuhkan konsultan perpajakan dan bea cukai.

"Makin dia ekonominya aktivitasnya makin sofistik kompleks, kewajiban perpajakannya juga akan makin kompleks sehingga memunculkan sebuah profesi konsultan perpajakan pajak dan Bea Cukai," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya