Ukraina Akan Lanjutkan Serangan ke Krimea dan Optimistis Kalahkan Rusia Tahun 2024

Invasi Rusia ke Ukraina telah mengubah lanskap keamanan di Eropa, memicu sekutu Barat untuk memikirkan kembali strategi keamanan nasional mereka, dan menghidupkan kembali seruan agar Ukraina bergabung dengan NATO.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Jul 2023, 14:20 WIB
Rudal-rudal Rusia merusak sebuah katedral Ortodoks bersejarah di kota pelabuhan Odesa, Ukraina selatan, yang memicu kemarahan dan mendorong Presiden Zelensky bersumpah akan melakukan pembalasan. (AP Photo/Libkos)

Liputan6.com, Kyiv - Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan bahwa pihaknya akan terus melancarkan serangan terhadap Krimea yang diduduki Rusia dan Jembatan Kerch yang menghubungkan wilayah itu ke daratan Rusia. 

Rusia telah menyerang kota pelabuhan Odesa dan wilayah sekitarnya selama sepekan terakhir, sementara Ukraina terus fokus melancarkan serangan di Krimea. Pada Selasa (25/7/2023), drone Ukraina menghantam depot amunisi, sepekan setelah serangan drone menghantam Jembatan Kerch.

"Semua target ini ... akan mengurangi kemampuan mereka untuk melawan kami dan akan membantu menyelamatkan nyawa warga Ukraina," ujar Reznikov dalam wawancaranya dengan CNN.

Ditanya apakah tujuan Ukraina adalah untuk menonaktifkan Jembatan Kerch secara permanen, Reznikov menjawab, "Ini adalah taktik normal untuk merusak jalur logistik musuh agar menghentikan opsi mendapatkan lebih banyak amunisi, bahan bakar, makanan, dan sebagainya. Itu sebabnya kami menggunakan taktik ini untuk melawan mereka."

Serangan Rusia ke Odesa pada malam kelima dilaporkan merusak puluhan landmark di pusat kota, sementara drone menghantam infrastruktur pelabuhan di wilayah itu, menargetkan stok biji-bijian.

Rentetan peristiwa itu terjadi setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian yang memungkinkan ekspor gandum Ukraina yang aman ke pasar tradisional.

"Pendekatan ini tidak masuk akal, tetapi ini nyata dan itulah mengapa ini menjadi bukti baru bahwa mereka adalah negara teroris," ungkap Reznikov pada Sabtu (22/7).

Para pejabat senior Rusia mengungkapkan bahwa lonjakan serangan merupakan respons atas ledakan mematikan di Jembatan Kerch pada awal bulan ini.

"(Rusia) mencoba menjelaskan bahwa itu adalah tanggapan atas beberapa ledakan di wilayah mereka, tetapi mereka berperang dengan warga sipil," kata Reznikov. "Itulah mengapa saya menyebut mereka penjarah, pemerkosa, dan pembunuh."

Ditanya apakah Ukraina berencana untuk meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal Rusia di Laut Hitam sebagai pembalasan, dia mengatakan, "Kami memiliki kapasitas. Kami memiliki senjata ... dan jika mereka mengancam kami di Laut Hitam, kami harus merespons."


Serangan Balasan Ukraina Lamban

Rusia mengatakan telah menggagalkan serangan pesawat tak berawak Ukraina di Moskow. (AP Photo)

Pasukan pertahanan udara Ukraina telah berjuang untuk melawan serangan baru Rusia di Odesa dalam beberapa pekan terakhir, sementara pada saat bersamaan berupaya mematahkan pertahanan ketat Rusia di wilayah tenggara.

Bagaimanapun, serangan balasan Ukraina yang melelahkan dinilai belum menghasilkan terobosan yang signifikan, meskipun sekutu Barat telah menyumbangkan bantuan miliaran dolar untuk meningkatkan kapasitas militer Kyiv.

Namun, Reznikov bersikeras bahwa operasi berjalan sesuai rencana.

"Jenderal kami, komandan kami, mereka melihat situasi sebenarnya di medan perang. Dan sekali lagi, saya harus mengulangi bahwa nilai utama bagi kami adalah nyawa tentara kami.”

Saat ditanya apakah rencana tersebut terlambat dari jadwal, Reznikov mengakuinya.

Jika pasukan Ukraina berhasil menembus garis pertahanan Rusia yang cukup besar di sepanjang garis pantai Laut Azov Ukraina yang menghubungkan Krimea ke Donbas, Reznikov mengatakan bahwa itu akan menjadi hasil yang baik bagi Kyiv.

"Kita harus melakukannya dengan memikirkan nyawa tentara kami, bukan Rusia. Mereka menggunakan tentara sebagai umpan meriam. Ini adalah perang dan saya pikir kami akan kembali menunjukkan kepada dunia bahwa kami akan memenangkan perang ini," katanya, merujuk pada Ukraina yang merebut kembali wilayah Kherson dan Kharkiv.

Reznikov mengatakan bahwa pelatihan F-16 untuk pilot Ukraina akan dimulai pada Agustus. Dia menambahkan bahwa jika Kyiv memiliki jet tempur sekarang, itu pasti akan membantu membuat lebih banyak kemajuan dalam serangan balasan.

Menhan Rusia itu mengklaim pula akan berbagi laporan penggunaan bom tandan dengan Amerika Serikat (AS). Bom tandan yang mematikan telah dilarang oleh Inggris, Prancis, Jerman dan sekutu utama AS lainnya. Namun, AS, Ukraina, dan Rusia bukan penandatanganan larangan tersebut.


Ukraina Baru Bisa Gabung NATO Setelah Menang Perang

Personel gereja memeriksa kerusakan di dalam Katedral Transfigurasi Odesa menyusul serangan rudal Rusia di Odesa, Ukraina, Minggu (23/7/2023). (AP Photo/Jae C. Hong)

Invasi Rusia ke Ukraina telah mengubah lanskap keamanan di Eropa, memicu sekutu Barat untuk memikirkan kembali strategi keamanan nasional mereka, dan menghidupkan kembali seruan agar Ukraina bergabung dengan NATO.

Reznikov mengakui bahwa Ukraina sendiri kemungkinan hanya akan dapat bergabung dengan NATO setelah perang usai. Itu merujuk pada Pasal 5 NATO, yang mengharuskan anggota untuk membela setiap anggota yang diserang.

"Setelah kemenangan, itu akan menjadi kepentingan NATO karena kami menjadi tameng timur NATO atau tameng timur Eropa yang nyata," ujarnya.

"Ukraina telah memperoleh pengalaman tempur nyata – bagaimana mencegah Rusia, mengalahkan mereka, mengalahkan mereka dengan menggunakan persenjataan standar NATO."

Reznikov memperkirakan bahwa tawaran keanggotaan Ukraina untuk bergabung dengan NATO akan diterima pada Juli 2024, ketika KTT NATO dijadwalkan berlangsung di Washington, AS, untuk menandai peringatan 75 tahun aliansi tersebut.

Ditanya apakah menurutnya perang akan berakhir pada musim panas mendatang, dia dengan cepat menjawab, "Ya. Kami akan memenangkan perang ini."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya