Liputan6.com, Jakarta - Cuaca panas yang belum pernah terjadi sebelumnya menciptakan rekor dan mengacaukan sejumlah lokasi wisata terkenal di seluruh dunia. Apakah saatnya untuk meninjau kembali rencana perjalanan Anda? Bagaimana cara menangani situasi ini? Berikut ini beberapa penjelasan untuk berbagai pertanyaan penting yang mungkin muncul.
Dilansir dari CNN Travel pada Rabu, 19 Juli 2023, beberapa destinasi di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia mengalami dampak besar dari pemanasan global. Di Amerika, suhu di Death Valley yang terletak di perbatasan tengah California dengan Nevada dan dikenal sebagai daerah terpanas di Bumi, mencapai 128 Fahrenheit yang setara dengan 53 derajat celcius pada Minggu, 16 Juli 2023, menurut National Weather Service.
Advertisement
Di Eropa, pejabat di negara-negara seperti Italia dan Prancis telah mengeluarkan peringatan kesehatan karena cuaca ekstrem. Kementerian Kesehatan Italia menyusul mengeluarkan peringatan yang menekankan kemungkinan risiko kesehatan bagi orang-orang yang terkena panas, setidaknya di 23 kota. Beberapa wisatawan jatuh pingsan akibat panas, termasuk seorang turis asal Inggris yang pingsan di sekitar Colosseum, Roma.
Sementara itu, suhu di Spanyol juga terus meningkat, dengan peringatan ekstrem diberlakukan di destinasi wisata populer Mallorca karena suhu mencapai 43 derajat celcius. Kebakaran besar telah terjadi di La Palma, bagian dari Kepulauan Canary, yang memaksa 4.000 orang dievakuasia dari rumah mereka.
Minggu lalu, Kementerian Budaya Yunani memutuskan untuk menutup Acropolis di Athena dari siang sampai jam 5 sore akibat panas yang berlebihan. China melaporkan suhu tertinggi pada Minggu, 16 Juli 2023, ketika gelombang panas ekstrem mengakibatkan suhu naik hingga hampir 52 derajat celcius di Provinsi Xinjiang di bagian barat laut negara tersebut.
Seberapa Buruk?
Rekor suhu dunia terus bertambah dalam beberapa minggu terakhir ini dengan hari-hari terpanas yang pernah tercatat, dan fenomena ini tampaknya akan berlanjut seiring peningkatan suhu di banyak negara di seluruh dunia. Berdasarkan data awal Organisasi Meteorologi Dunia, Juni mencetak rekor sebagai bulan dengan suhu rata-rata global tertinggi, dan peristiwa ini berlanjut hingga Juli.
"Peristiwa cuaca ekstrem, yang frekuensinya semakin meningkat di iklim yang semakin panas, memiliki dampak besar pada kesehatan manusia, ekosistem, ekonomi, pertanian, energi, dan pasokan air," kata Sekretaris Jenderal WMO, Profesor Petteri Taalas.
"Pentingnya penurunan emisi gas rumah kaca semakin mendesak, secepat dan sebanyak mungkin," tambahnya.
Tidak diragukan lagi, musim panas terasa lebih panas di kota-kota seperti Phoenix, Arizona, tetapi suhu saat ini tampaknya lebih tinggi dari biasanya dan gelombang panas tampaknya semakin ekstrem. Pada 2022, hari terpanas yang pernah dicatat di Phoenix terjadi pada 15 Juli 2023, dengan suhu mencapai sekitar 45 derajat celcius.
Meski begitu, prediksi menunjukkan bahwa rekor ini akan terpecahkan karena kota tersebut telah mencatat 19 hari dengan suhu sekitar 43 derajat celcius atau lebih. Di sisi lain, di Sisilia atau Sardinia, suhu diperkirakan akan mencapai hampir 49 derajat celcius dalam beberapa hari ke depan, sebuah angka yang akan melampaui rekor suhu terpanas yang pernah tercatat di Eropa, yaitu sekitar 48 derajat celcius yang tercatat di dekat Syracuse di pesisir Sisilia pada Agustus 2021.
Advertisement
Tips Berpergian ke Daerah Panas
Cobalah untuk beraktivitas di pagi hari. Biasanya, suhu mulai naik sekitar pukul 11 pagi. Meski banyak yang beranggapan bahwa waktu terpanas dalam sehari adalah tengah hari, faktanya suhu terus naik hingga sore hari, dan suhu sore hari bisa jauh lebih menyengat daripada pagi hari.
Coba basuh tangan, pergelangan tangan, dan wajah dengan air dingin sesering mungkin. Mandilah dengan air dingin jika memungkinkan, dan biarkan diri Anda kering secara alami jika bisa. Jika Anda sedang berjalan-jalan, carilah museum, galeri, atau restoran yang dingin untuk beristirahat.
Kenakan pakaian yang longgar dan ringan dari bahan yang tidak tebal. Jangan lupa menggunakan tabir surya dan pastikan untuk terus-menerus diaplikasikan kembali ke kulit secara berkala. Gunakan kipas genggam jika memungkinkan.
Konsumsi lebih banyak air dari biasanya, seperti yang disarankan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan jangan menunggu sampai Anda merasa haus sebelum minum. Ketika makan, prioritaslah makanan yang mengandung air yang tinggi seperti sayuran mentah dan salad, atau buah-buahan seperti semangka atau anggur.
Jika Anda memiliki asma atau kondisi kesehatan kronis lain yang bisa diperparah oleh suhu panas atau kelembapan, sebaiknya mintalah saran medis tentang bagaimana cara terbaik dalam mengatur perjalanan Anda. Terakhir, penting untuk memastikan bahwa Anda memiliki asuransi perjalanan yang mencakup biaya perawatan medis. Jika Anda berada dalam kategori risiko tinggi dan dokter menyarankan untuk tidak melakukan perjalanan, Anda seharusnya dapat membatalkan asuransi tersebut.
Risiko Kesehatan
Potensi risiko kesehatan bisa sangat serius, meski beberapa orang mungkin hanya merasa tidak nyaman. Hampir 62.000 orang dilaporkan telah meninggal karena kepanasan selama gelombang panas di Eropa pada 2022. Sementara di Amerika, lebih dari 700 orang meninggal setiap tahunnya akibat suhu ekstrem, menurut laporan CDC.
Kondisi paling berbahaya yang bisa ditimbulkan oleh suhu panas adalah heat stroke dan heat exhaustion. Jika Anda mengalami salah satu gejala berikut, CDC menyarankan untuk segera mencari bantuan medis.
Gejala dari heat stroke termasuk suhu tubuh yang naik melebihi 39 derajat celcius, kulit yang merah dan panas namun tidak berkeringat, sakit kepala, pusing, sakit perut, dan pingsan. Penderita disarankan untuk segera mendinginkan diri dengan cara mengipas dan meneteskan air dingin di kulit, daripada meminum lebih banyak cairan, sesuai petunjuk dari CDC.
Heat exhaustion biasanya ditandai dengan keringat yang berlebihan, kram otot, kelelahan, dan kulit yang tampak pucat. Penderita juga bisa merasakan sakit kepala, pusing, sakit perut dan bahkan bisa pingsan. Orang-orang dengan kondisi kesehatan kronis, serta lansia, anak-anak kecil, dan bayi memiliki risiko yang lebih tinggi.
Saat ini, tampaknya belum ada jaminan bahwa gelombang panas global ini akan mereda dalam waktu dekat. Pembaruan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan bahwa tidak ada tanda-tanda penurunan suhu langsung yang terlihat di Eropa. Pembaruan yang sama juga menyebutkan bahwa kemungkinan panas berlanjut hingga Agustus 2023.
Advertisement