Liputan6.com, Jakarta - Jamu Indonesia kian diminati di luar negeri. Salah satu buktinya, pasar ekspor jamu dinilai makin menjanjikan seiring dengan tren back to nature. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO menyatakan sekitar 80 persen penduduk dunia, menggunakan obat berbasis herbal untuk menjaga kesehatan.
Dikutip dari laman resmi BPOM RI, Selasa, 25 Juli 2023, data Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) Tahun 2020 mencatat nilai pasar dunia terhadap produk obat bahan alam berkisar Rp1.936,9 trilliun. Potensi ini yang mendasari BPOM (Badan Pengawasa Obat dan Makanan) bersama tujuh kementerian/lembaga menginisiasi Pilot Project Ekosistem Ekspor Jamu yang Kondusif bertema "Jamu Entering Global Market for Healthier World".
Advertisement
Program ini ikut melibatkan 32 pelaku usaha jamu yang berorientasi ekspor. Menurut Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM, Reri Indriani, sudah saatnya ekosistem ini dioperasikan setelah melalui serangkaian persiapan intensif sebelumnya.
"Program ini termasuk sangat strategis untuk mendorong perekonomian nasional, sehingga pelaku usaha yang terlibat akan dilakukan intervensi melalui komunikasi dan koordinasi aktif," terang Reri dalam Pembukaan Pilot Project Ekosistem Ekspor Jamu yang Kondusif pada 21 November 2022.
Saat ini penguasaan jamu terhadap pasar obat bahan alam dunia masih sangat rendah, yaitu Rp16 triliun atau hanya 0,8 persen dari total pasar dunia. Ekspor jamu masih menghadapi tantangan, baik aspek keamanan, kemanfaatan, dan mutu, maupun aspek kemampuan penetrasi pasar di negara tujuan ekspor.
Tantangan ini hanya bisa diatasi melalui sinergi program dan kegiatan untuk mendukung ekspor jamu yang melibatkan pemangku kepentingan terkait, termasuk kementerian/lembaga. Operasionalisasi ekosistem ekspor jamu yang kondusif diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam momentum pemulihan ekonomi nasional, terutama bagi usaha kecil menengah.
Mengakselerasi Ekspor Jamu
"Kami berharap semua pihak yang terlibat dapat mendukung ekosistem ini secara konsisten dan berkesinambungan. Hanya dengan tetap bersatu kita dapat mengakselerasi ekspor jamu," harap Reri
Di sisi lain, perwakilan Sido Muncul, Ricardo Antoni berbagi tips memasuki pasar ekspor. Menurutnya ada lima aspek yang harus diperhatikan, yaitu penilaian negara tujuan, penilaian pasar, pemilihan pembeli, regulasi, dan teknik pemasaran.
Kelima aspek ini bakal menentukan prospek produk kedepan apakah dipasarkan untuk diaspora Indonesia atau konsumen umum di negara tersebut, termasuk sistem penjualan dan distribusi produk secara berkelanjutan. Yang terpenting, pemenuhan regulasi sesuai persyaratan otoritas di negara tujuan.
Dalam momen tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen oleh delapan perwakilan pelaku usaha jamu peserta pilot project, yakni PT CS2 Pola Sehat, PT Maisya Makmur, PT Heksatamaprima, PT Zena Nirmala Sentosa, PT Biotek Farmasi Indonesia, PT Nucifera Alam Indonesia, CV Nutrima Sehat Alami, dan CV Bin Dawood.
Integrasi pelaksana ekosistem jamu ini melibatkan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, pemerintah daerah, akademisi, dan sejumlah pelaku usaha.
Advertisement
Pasar Jamu Indonesia
Dalam rangkaian dari kegiatan ini, juga dilakukan Forum Bisnis yang mempertemukan pengusaha eksportir maupun calon eksportir obat tradisional dengan importir dan atase perdagangan di Australia, Hongkong, Malaysia, dan Arab Saudi.
Para eksportir dan calon eksportir bisa memperoleh informasi mengenai peluang dan potensi pasar beserta cara menembus pasar jamu di negara tujuan ekspor. Forum ini juga dilengkapi sharing session pengalaman pelaku usaha jamu yang sudah berhasil ekspor di beberapa negara.
Upaya untuk memperluas pasar jamu Indonesia terus dilakukan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah. Terbaru, barang dan jasa tradisional Indonesia seperti jamu, dilaporkan sudah bisa didaftarkan jadi merek internasional.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Andap Budhi Revianto, berkata, "Saya mendapat informasi yang menggembirakan dari Pak Menteri yang saat ini mengikuti sidang WIPO di Jenewa, Swiss, bahwa produk-produk tradisional anak bangsa Indonesia bisa jadi merek internasional," lapor Antara dikutip Kamis, 13 Juli 2023.
Pendaftaran Merek Jamu
Adanya aksesi Nice Agreement tentang Klasifikasi Internasional atas Barang dan Jasa membuat hal itu jadi mungkin. Nice Agreement sendiri merupakan perjanjian internasional yang mengatur tentang klasifikasi internasional terhadap barang dan jasa dengan tujuan pendaftaran merek.
Andap menjelaskan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly melakukan diplomasi dengan Direktur Jenderal World Intellectual Property Organization (WIPO) Daren Tang di kantor pusat WIPO, Jenewa, Swiss, 7 Juli 2023. "Dalam pertemuan bilateral itu, Bapak menyerahkan instrumen aksesi Nice Agreement," ujar dia.
Aksesi Nice Agreement ini diklaim akan mendorong promosi nama-nama khas dan tradisional Indonesia. Hal ini juga memudahkan penentuan kelas barang dalam pendaftaran merek secara nasional hingga internasional melalui Madrid Protocol, yang juga sudah diaksesi Indonesia.
"Dengan aksesi ini, Indonesia akan meningkatkan sistem merek nasional untuk memenuhi standar internasional dalam pendaftaran merek," terang Andap. Jamu Indonesia sendiri telah cukup dikenal di pasar internasional, dan sudah diulas media asing dari waktu ke waktu.
Advertisement