Liputan6.com, Moskow - Seorang pengusaha yang memiliki hubungan dengan dinas keamanan Rusia telah menjadi sorotan terbaru di antara elit negara yang meninggal dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan. Misterius!
Anton Cherepennikov yang berusia 40 tahun, kepala perusahaan IT terbesar di negara itu, ICS Holding, ditemukan tewas di kantornya di Moskow, menurut laporan media lokal.
Advertisement
Penyebab awal kematian disebutkan sebagai serangan jantung, menurut media Rusia seperti dikutip dari News Week, Rabu (26/7/2023).
Kendati demikian temannya yakni Vasily Polonsky, mengatakan dia tidak percaya alasan resmi kematiannya, kantor berita independen berbahasa Rusia Baza melaporkan.
"Penyebab pasti kematian si pengusaha akan ditentukan kemudian," kata outlet berita Baza itu.
ICS Holding digunakan oleh Federal Security Service (FSB) Rusia untuk mengawasi aktivitas online warga, menurut surat kabar independen Rusia Novaya Gazeta.
Novaya Gazeta mengatakan bahwa perusahaan ICS Holding adalah penerima manfaat dari aturan tersebut, yang diperkenalkan pada tahun 2018, yang memperketat pengawasan oleh dinas keamanan Rusia terhadap warganya.
Hal ini memungkinkan operator telekomunikasi ICS Holding menyimpan rekaman audio dari semua panggilan dan pesan teks selama enam bulan, dan lalu lintas internet selama sebulan. ICS Holding kemudian menghadapi sanksi internasional akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Anton Cherepennikov adalah mitra lama oligarki Alisher Usmanov yang menghadapi sanksi internasional atas hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Cherepennikov bertugas di dewan USM serta operator ponsel Megafon dan USM Telecom yang dikendalikan Usmanov, Novaya Gazeta melaporkan.
Dengan kematian Anton Cherepennikov, artinya dua tokoh yang terkait dengan rezim Vladimir Putin telah meninggal dalam 48 jam. Sebelumnya dilaporkan bahwa miliarder oligarki Igor Kudryakov, seorang mantan pejabat pemerintah dan pengusaha kaya, ditemukan tewas di apartemennya di Moskow.
Menurut laporan, Igor Kudryakov didiagnosis menderita kanker.
"Satu lagi kematian misterius seorang manajer ternama di Rusia," twit penasihat urusan internal Ukraina Anton Gerashchenko.
Sejumlah Kematian Misterius Pejabat dan Pengusaha Rusia
Ada beberapa kematian pejabat dan pengusaha baru-baru ini yang tidak dapat dijelaskan di Rusia. Kematiannya misterius.
Pada Juni lalu, jenazah Artem Bartenev yang berusia 42 tahun dan bertugas di Pengadilan Distrik Kirov di Kota Kazan ditemukan. Dia jatuh 12 lantai dari jendela apartemennya, menurut laporan lokal.
Juga di bulan Juni, Yuri Demin 62 tahun, mantan kepala Inspektorat Negara untuk Keselamatan Jalan untuk wilayah Sverdlovsk, meninggal setelah jatuh dari lantai dua rumah musim panasnya.
Pavel Antov 65 tahun, seorang politikus Rusia yang mengkritik invasi Putin ke Ukraina, ditemukan tewas setelah jatuh dari jendela di India pada Desember 2022. Kematiannya terjadi dua hari setelah temannya, Vladimir Bidenov, ditemukan tewas di sebuah kamar di hotel yang sama.
Dan Ravil Maganov 67 tahun, bos perusahaan minyak raksasa Rusia Lukoil, ditemukan tewas pada September 2022. Dia jatuh dari jendela rumah sakit di Moskow.
Advertisement
Presiden Rusia Vladimir Putin Teken UU yang Melarang Perubahan Jenis Kelamin
Sebelumnya Presiden Vladimir Putin disorot karena menandatangani undang-undang (UU) yang melarang warga Rusia mengubah jenis kelamin mereka secara resmi atau medis. Ini merupakan pukulan lebih lanjut bagi komunitas LGBTQ+ yang diperangi.
UU yang disahkan dengan suara bulat oleh kedua majelis parlemen tersebut melarang intervensi medis apapun yang bertujuan mengubah jenis kelamin seseorang serta keterangan jenis kelamin dalam dokumen resmi atau catatan publik. Satu-satunya pengecualian adalah intervensi medis untuk mengobati kelainan bawaan.
Selain itu, UU yang sama membatalkan pernikahan di mana satu orang telah berubah jenis kelamin dan melarang transgender menjadi orang tua asuh atau angkat.
UU tersebut berasal dari kampanye Kremlin untuk melindungi nilai-nilai tradisional Rusia. Lebih jauh lagi, anggota parlemen menekankan bahwa UU itu bertujuan untuk melindungi Rusia dari ideologi Barat anti-keluarga. Beberapa, bahkan menggambarkan transisi gender murni setanisme.
Gara-Gara Rusia Harga Pangan Bisa Melambung dan Jutaan Orang Kelaparan
Sementara itu, Rusia baru-baru ini menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum dalam Black Sea Grain Initiative. Penarikan Rusia dari kesepakatan pada Senin, 17 Juli 2023 mengancam akan menaikkan harga pangan bagi konsumen di dunia dan dapat membuat jutaan orang kelaparan.
Lantas, apakah keputusan yang dilakukan Rusia tersebut akan memicu kenaikan inflasi dunia?
Merespons hal ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi kenaikan inflasi dunia. Namun, tidak akan terlalu signifikan kenaikan inflasinya.
"Apakah ada pengaruh biji-bijian dari rusia? mungkin akan terpengaruh tapi tidak terlalu signifikan bahkan harga komoditas global cenderung menurun dengan pertumbuhan ekonomi global," kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Juli 2023, Selasa (25/7/2023).
Sebelumnya, pasca Rusia menarik diri dari kesepatan ekspor gandum, harga gandum secara global melonjak hampir 9 persen pada hari Rabu (19/7), dan berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam tiga pekan mendatang.
Hal ini dikarenakan ketegangan di Eropa meningkat menyusul keputusan Rusia menarik diri dari kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina.
Harga Jagung
Selain harga gandum, harga jagung berjangka juga naik hampir 2 persen lebih tinggi karena para pedagang khawatir akan krisis pasokan makanan pokok yang akan datang.
Sebagai informasi, kesepakatan Laut Hitam – awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu, memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.
Kesepakatan Laut Hitam telah diperbarui tiga kali, tetapi Rusia telah berulang kali mengatakan akan menarik diri, dengan alasan terhambat dalam mengekspor produknya sendiri.
Selama akhir pekan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan bahwa dia tidak akan memperbarui pakta tersebut, dengan mengatakan bahwa tujuan utamanya - untuk memasok biji-bijian ke negara-negara yang membutuhkan - "belum terealisasi".
Advertisement