Liputan6.com, Jakarta Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai sanski pemecatan yang dijatuhkan DPD PDI Perjuangan (PDIP) kepada Cinta Mega membuktikan adanya pelanggaran serius.
Sehingga diduga Cinta Mega tak sekedar bermain game Candy Crush tetapi Slot saat Rapat Paripurna DPRD DKI tengah Jakarta berlangsung.
Advertisement
"Pemecatan membuktikan bahwa game yang dimainkan CM (Cinta Mega) saat rapat paripurna bukan sekedar Candy Crush saja. Permainan slot lebih pas sebagai alasan CM diberhentikan PDIP," kata Lucius dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (27/7/2023).
Lucius menyebut, game slot atau aksi bermain game judi online merupakan kesalahan serius karena tidak dilegalkan. Apalagi, kata dia hal tak terpuji itu dilakukan seorang anggota dewan di sela-sela menjalankan tugas sebagai wakil rakyat.
"Jadi perjudian sebagai sebuah aktivitas ilegal yang tak seharusnya melibatkan wakil rakyat terhormat," ungkap Lucius.
Lucius menarik benang merah langkah PDIP yang dengan segera memutuskan mencopot Cinta Mega dari DPRD DKI Jakarta. Pasalnya, kata Lucius dalam beberapa kasus dugaan pidana, partai politik (parpol) biasanya cenderung membela mati-matian kader mereka.
"Oleh karena itu saya menduga alasan etis di atas nampaknya bukan hal utama yang menjadi alasan PDIP DKI memberhentikan CM," ucap Lucius.
Bermain Game Slot, Cinta Mega Rusak Citra PDIP
Selain itu, kata Lucius aksi main game Cinta Mega bersamaan dengan momen politik. Di mana parpol tengah bersolek menampilkan citra baik di hadapan masyarakat jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Aksi kecil namun menghebohkan publik bisa mengganggu citra parpol menjelang pemilu. Apalagi aksi sekelas judi yang dianggap sebuah laku tak pantas bagi mereka yang terhormat seperti anggota DPRD," terang Lucius.
Menurut Lucius, dari pertimbangan strategis jelang Pemilu itu, aksi Cinta dibaca oleh PDIP sebagai noda yang bisa merusak citra PDIP. Tetapi, ujar Lucius apabila benar Cinta Mega hanya bermain game Candy Crush, maka dia juga bisa dianggap sekedar korban strategi politik.
Advertisement