Target Jadi Negara Maju, Tapi Kualitas Pendidikan Indonesia Jalan di Tempat

Dilihat dari capaian hasil skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Disebutkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Jul 2023, 12:10 WIB
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan namun saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan dibidang SDM dan pendidikan. Padahal SDM unggul ini akan menjadi modal dasar Indonesia jadi negara maju.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) mengatakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi kunci dasar untuk melakukan transformasi guna mewujudkan Indonesia emas 2045.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan namun saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan dibidang SDM. Padahal SDM unggul ini akan menjadi modal dasar pembangunan suatu negara.

Salah satunya, dilihat dari capaian hasil skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Disebutkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.

PISA merupakan capaian skor untuk mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun di bidang membaca, matematika, dan sains.

Menurutnya, skor PISA Indonesia masih di bawah 500 yakni 371, atau berada di ranking ke-72. Sedangkan, rata-rata negara lain skor PISAnya di atas 500. Misalnya, Vietnam skor PISA nya sudah mencapai 500 lebih.

"Namun demikian kondisi saat ini bandingkan Indonesia dengan negara lain. Bayangkan PISA skor Indonesia itu masih dibawah 500, jadi terakhir sekitar 371, ranking ke-72 sementara itu Vietnam sudah bisa mencapai 500 lebih dan negara-negara maju pada umumnya level atau skor dari PISA adalah sekitar 500," katanya.

Perbandingan dengan Negara Lain

Permasalah SDM lainnya terkait dengan jumlah lulusan Science, Technology, Engineering and Math (STEM), dan jumlah tenaga kesehatan dokter berkualitas di Indonesia.

Presentase lulusan jurusan STEM di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara lain. Indonesia hanya 18,5 persen, Vietnam 23,38 persen, Thailand 27,31 persen, India 31,41 persen, Singapura 34,30 persen, dan Malaysia 37,19 persen.

"Kalau kita lihat bagaimana persentase jumlah lulusan STEM kita dibandingkan dengan negara lain, terutama dengan Malaysia negara tetangga, Singapura, bahkan India kita masih jauh lebih rendah hanya 18,5 persen," ujarnya.l.

 

2 dari 4 halaman

Jumlah Pelajar Indonesia di Luar Negeri

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti

Selain itu, jumlah pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri juga masih sedikit. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Adapun negara di dunia yang paling banyak mengirimkan mahasiswanya untuk belajar di luar negeri adalah China. China mengirim pelajar hingga 700.000 orang belajar di luar negeri.

Kemudian, India mengirimkan sebanyak 189.000 pelajar untuk belajar di luar negeri, dan Jerman mengirimkan 100.000 pelajar.

Kendati demikian, Bappenas mengapresiasi dengan adanya LPDP bisa mendorong pelajar-pelajar di tanah air meraih kesempatan untuk bersekolah di luar negeri.

"Terimakasih LPDP, karena ini cikal bakal kita untuk kemudian kita memperkuat SDM kita, karena dengan belajar di luar negeri itu kita belajar sesuatu yang baru, belajar untuk menjadi negara lebih maju, belajar untuk memberikan kontribusi yang baik untuk bangsa di masa depan," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Diterpa Deindustrialisasi Dini, Target Indonesia Emas 2045 Terancam Gagal?

Pekerja memeriksa kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif optimistis perpanjangan PPnBM dan tren penjualan kendaraan roda empat (4 wheeler/4W) yang mulai positif. (Liputan6.com/HO/Dharma)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) menyebut industrialisasi menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.

Namun, kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti saat ini Indonesia justru mengalami deindustrialisasi dini.

"Saat ini kalau kita lihat, kita (Indonesia) mengalami deindustrialisasi dini. Karena share manufaktur Indonesia yang dulu sempat menyentuh angka 32 persen sekarang hanya 18,3 persen," kata Amalia dalam Seminar Beasiswa LPDP, di Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Disisi lain, Indonesia sudah 30 tahun terjebak di dalam negara berpendapatan menengah (Middle Income Trap). Maka untuk bisa menjadi negara maju, Indonesia harus bisa tumbuh perekonomiannya dikisaran 6-7 persen, dan supaya perekonomiannya tumbuh 6-7 persen maka industrialisasilah yang menjadi kunci.

"Sementara itu, pengalaman negara lain yang bisa naik kelas dari middle menjadi high income economi adalah industrialisasi yang sangat kuat dan sangat kokoh," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia belum menjadi negara maju karena share manufaktur terhadap PDB sudah menurun, inilah yang disebut deindustrialisasi dini.

Belajar dari Korea Selatan

Lebih lanjut, kata Amalia Indonesia bisa belajar dari Korea Selatan. Korea Selatan menjadi negara maju karena mampu membangun industri yang maju.

Jika dulu Korea Selatan terkenal dengan fashion, industri tekstil, alas kaki, dan aksesoris. Tapi sekarang Korea Selatan terkenal dengan industri dan teknologinya, seperri LG, Hyundai, hingga Samsung.

"Siapa yang gak tahu Samsung, hp nya kebanyakan pakai Samsung, siapa yang tidak kenal LG TV elektronik adalah LG, dan siapa yang tidak kenal Hyundai dengan Hyundai EV nya," ujar Amalia.

 

4 dari 4 halaman

Negara Maju

Suasana produksi komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal, kawasan Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan manufaktur Triputra Group menargetkan penjualan hingga 38.81 % atau senilai Rp 3,08 triliun pada 2021 khususnya segmen kendaraan roda empat (4W). (Liputan6.com/HO/Dharma)

Artinya, disitulah terjadi transformasi di dalam industrialisasinya Korea Selatan dan hal tersebut yang mendorong Korea menjadi negara maju, dan terus maju menjadi market leader di Asia dan dunia.

"Tadinya dia hanya jualan ekspor baju, ekspor aksesoris, dan sepatu. Tapi sekarang yang diekspor adalah barang-barang yang bernilai tambah tinggi yang penuh dengan teknologi dan inovasi," ujarnya.

Selain itu, Korea Selatan juga unggul disektor budaya dan ekonomi kreatif. Kedua sektor tersebut didorong dengan keberhasilan Korean wave, dimana dengan kreativitas dan ketenaran Korea ini mampu membangun branding dari Korea Selatan itu sendiri.

"Siapa yang tidak kenal dengan K-POP dan K-drama. Dengan branding Korea Selatan yang semakin besar dan terkenal ini ternyata mendorong produk-produk Korea Selatan semakin dinikmati di pasar global," jelasnya.

Tak berhenti disitu saja, Korea Selatan juga terkenal dengan skincare, dan terkenal dengan operasi plastiknya yang juga menjadi salah satu pusat kecantikan di Asia.

"Saya pikir ini menjadikan Korea Selatan medical tourism," pungkasnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya