Banjir Peminat, Penerima Beasiswa LPDP Capai 15 Ribu Orang per Tahun

Sejak 2021 terjadi lonjakan penerima beasiswa LPDP. Tercatat dalam kurun 3 tahun terakhir, jumlah penerima beasiswa LPDP mencapai 15 ribu orang setiap tahunnya.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Jul 2023, 12:50 WIB
Rekrutmen LPDD non-PNS kembali dibuka (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Dwi Larso mengatakan sejak 2021 terjadi lonjakan penerima beasiswa LPDP. Tercatat dalam kurun 3 tahun terakhir, jumlah penerima beasiswa LPDP mencapai 15 ribu orang setiap tahunnya.

"Ini angkanya anda lihat dalam 3 tahun terkahir terjadi peningkatan yang luar biasa. Totalnya diatas 15.000 (penerima beasiswa LPDP)," kata Dwi Larso dalam Seminar Beasiswa LPDP: Indonesia Maju 2045, di Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Menurutnya, jika dilihat sebelum 2021penerima beasiswa LPDP untuk S2 dan S3 tidak pernah sebanyak itu, termasuk pada masa sebelum pandemi covid-19.

Ia menyebut pada 6 atau 7 tahun lalu sebelum tahun 2020, rata-rata penerima beasiswa LPDP pertahun untuk S2 dan S3 hanya 3.300 orang. Dwi pun menyebut tahun ini penerimanya diprediksi akan terus meningkat.

"Biasanya pertahun dalam 6-7 tahun sebelum 2020 itu rata-rata pertahun 3.300 (penerima beasiswa) S2 dan S3. Jadi, ada peningkatan hampir 5x lipat dibandingkan sebelum pandemi untuk S2 dan S3 saja," ujarnya.

Penerima Beasiswa LPDP

Penerima beasiswa LPDP yang meningkat tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah pendaftar beasiswa LPDP setiap tahun. Pada tahun 2021 terdapat 11.204 orang mendaftar beasiswa LPDP.

Kemudian jumlah pendaftar pada tahun 2022 melonjak menjadi 19.034 orang, dan tahun 2023 pada pembukaan beberapa waktu lalu tembus 33.195 orang yang mendaftar beasiswa LPDP.

"Tahun ini karena pendaftaran sudah ditutup beberapa minggu lalu di awal bulan Juli. Tahun ini pendaftarannya ada 33.195 ini rekor," ujarnya.

Dwi menilai pencapaian tersebut didukung oleh sosialisasi dan program beasiswa yang semakin bagus, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk mendaftar. "Kita sosialisasinya semakin bagus dan program kita diapresiasi, sehingga yang daftar makin banyak," pungkasnya.


Target Jadi Negara Maju, Tapi Kualitas Pendidikan Indonesia Jalan di Tempat

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan namun saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan dibidang SDM dan pendidikan. Padahal SDM unggul ini akan menjadi modal dasar Indonesia jadi negara maju.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) mengatakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi kunci dasar untuk melakukan transformasi guna mewujudkan Indonesia emas 2045.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan namun saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan dibidang SDM. Padahal SDM unggul ini akan menjadi modal dasar pembangunan suatu negara.

Salah satunya, dilihat dari capaian hasil skor Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Disebutkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.

PISA merupakan capaian skor untuk mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun di bidang membaca, matematika, dan sains.

Menurutnya, skor PISA Indonesia masih di bawah 500 yakni 371, atau berada di ranking ke-72. Sedangkan, rata-rata negara lain skor PISAnya di atas 500. Misalnya, Vietnam skor PISA nya sudah mencapai 500 lebih.

"Namun demikian kondisi saat ini bandingkan Indonesia dengan negara lain. Bayangkan PISA skor Indonesia itu masih dibawah 500, jadi terakhir sekitar 371, ranking ke-72 sementara itu Vietnam sudah bisa mencapai 500 lebih dan negara-negara maju pada umumnya level atau skor dari PISA adalah sekitar 500," katanya.

Perbandingan dengan Negara Lain

Permasalah SDM lainnya terkait dengan jumlah lulusan Science, Technology, Engineering and Math (STEM), dan jumlah tenaga kesehatan dokter berkualitas di Indonesia.

Presentase lulusan jurusan STEM di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara lain. Indonesia hanya 18,5 persen, Vietnam 23,38 persen, Thailand 27,31 persen, India 31,41 persen, Singapura 34,30 persen, dan Malaysia 37,19 persen.

"Kalau kita lihat bagaimana persentase jumlah lulusan STEM kita dibandingkan dengan negara lain, terutama dengan Malaysia negara tetangga, Singapura, bahkan India kita masih jauh lebih rendah hanya 18,5 persen," ujarnya.l.

 


Jumlah Pelajar Indonesia di Luar Negeri

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti

Selain itu, jumlah pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri juga masih sedikit. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Adapun negara di dunia yang paling banyak mengirimkan mahasiswanya untuk belajar di luar negeri adalah China. China mengirim pelajar hingga 700.000 orang belajar di luar negeri.

Kemudian, India mengirimkan sebanyak 189.000 pelajar untuk belajar di luar negeri, dan Jerman mengirimkan 100.000 pelajar.

Kendati demikian, Bappenas mengapresiasi dengan adanya LPDP bisa mendorong pelajar-pelajar di tanah air meraih kesempatan untuk bersekolah di luar negeri.

"Terimakasih LPDP, karena ini cikal bakal kita untuk kemudian kita memperkuat SDM kita, karena dengan belajar di luar negeri itu kita belajar sesuatu yang baru, belajar untuk menjadi negara lebih maju, belajar untuk memberikan kontribusi yang baik untuk bangsa di masa depan," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya