Liputan6.com, Yogyakarta - Es puter menjadi salah satu kudapan populer di Indonesia. Meski termasuk dalam jajanan kaki lima, es puter tidak pernah kehilangan para penikmatnya.
Umumnya, es puter dijajakan para pedagangnya sambil berjalan kaki menggunakan gerobak. Ciri khas penjual es puter adalah bunyi gong kecil yang dipukul, sebagai tanda keberadaan penjual jajanan tradisional ini.
Hal ini membuat es puter kerap dijuluki sebagai es dung-dung atau es tung-tung. Dikutip dari berbagai sumber, es puter ternyata sudah cukup lama eksis di Indonesia.
Asal-usul es puter diadaptasi dari kuliner ala Kolonial Belanda yang dibawa ke Indonesia. Es krim versi orang Belanda terbuat dari susu dan memiliki tekstur yang lembut, sehingga sangat cocok dinikmati sebagai makanan penutup.
Baca Juga
Advertisement
Sayangnya saat itu, masyarakat pribumi tidak mampu membeli susu sapi yang mahal. Dari situlah masyarakat mulai berkreasi menciptakan es krim versi tradisional menggunakan bahan dasar yang lebih terjangkau yaitu santan.
Inilah kenapa cita rasa es puter cenderung lebih gurih ketimbang manis dan creamy seperti es krim yang terbuat dari susu. Jika dilihat, pembuatan es puter secara tradisional masih dipertahankan hingga saat ini.
Adonan santan dimasukan kedalam tabung yang diputar dalam es batu dan garam. Adonan es puter akan diputar dalam tabung sampai membentuk mirip kristal.
Proses pembuatan es puter secara tradisional ini membuat tekstur jajanan tradisional ini lebih kasar dari pada es krim pada umumnya. Kini, es puter disajikan lebih kekinian dengan menambahkan berbagai toping di atasnya.