Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran terjadi di kapal kargo yang mengangkut hampir 3.000 kendaraan dari Jerman. Akibat kejadian tersebut, satu awak kapal meninggal dunia, dan memaksa yang lainnya terjun ke laut.
Disitat dari Carscoops, Kamis (27/7/2023), menurut juru bicara penjaga pantai, api diduga berasal dari salah satu unit dari 25 mobil listrik yang ada di dalamnya.
Advertisement
Sementara itu, kapal kargo yang disebut Freemantle Highway sedang mengangkut 2.857 mobil dari Jerman ke Mesir ketika kebakaran dimulai di lepas pantai utara Belanda, dalam laporan penjaga pantai Belanda.
Perlu diketahui, kebakaran mobil listrik terkenal sulit dipadamkan. Baterai lithium sering menyala kembali setelah padam, dan penjaga pantai Belanda melaporkan bahwa kru telah mencoba dan gagal memadamkan api.
"Para kru mencoba memadamkan api sendiri, tetapi tidak berhasil. Api terus membesar, memicu evakuasi," kata penjaga pantai dalam sebuah pernyataan.
Kemudian setelah lima jam berlangsung, api tak kunjung bisa dipadamkan, dan asap hitam masih terus mengepul di kapal kargo.
Dikatakan juga, bahwa perusahaan penyelamat dan Rijkswaterstaat Departemen Pemerintah Belanda yang bertanggung jawab atas infrastruktur negara, sedang mencari cara untuk membatasi kerusakan lebih lanjut, baik di kapal maupun lingkungan setempat.
Kebakaran Mobil Listrik Belum Bisa Ditangani dengan Baik di Indonesia
Kasus kebakaran mobil listrik bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia, seiring dengan semakin masifnya peredaran roda empat ramah lingkungan ini. Mirisnya, sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air, dianggap belum mampu untuk menangani kejadian ekstrim tersebut.
Dijelaskan Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ketidaksiapan SDM Indonesia untuk menangani kasus kebakaran kendaraan listrik, bahkan diakui oleh pemerintah.
"Iya, soal safety kita belum siap, belum punya dan ini diakui (pemerintah)," jelas Agus di Jakarta, belum lama ini.
Sementara itu, penanganan kendaraan terbakar saat ini masih hanya untuk mobil dengan mesin pembakaran internal (ICE). Padahal, panas atau potensi api yang timbul di kendaraan listrik lebih besar.
"Ini bahaya, even di luar saja yang sudah training masih kewalahan menghadapinya seperti di Prancis, malah jadinya ratusan bus grounded karena temperatur tinggi setelah terbakar," jelas Agus.
Sementara itu, Agus juga mengatakan, saat kendaraan listrik terbakar, maka suhunya akan sangat tinggi akibat korsleting baterai. Dengan kondisi tersebut, meskipun disiram air atau disemprot menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) tidak akan membaut api menjadi padam.
Advertisement