Ahli Geologi: Optimasi Cadangan Migas Butuh Segera Revisi UU Migas

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menuntut revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) segera rampung

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Jul 2023, 17:00 WIB
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menuntut revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) segera rampung

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menuntut revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) segera rampung, guna mengoptimalkan cadangan migas di Indonesia.

"Selain itu, unsur pemerintah utamanya di Kementerian ESDM sebaiknya mulai mendigitalisasi perizinan, penyediaan data migas," ujar Ketua IAGI M Burhannudinnur dalam rangkaian acara IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (27/7/2023).

Padahal, jika melihat proyeksi kebutuhan migas dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) serta target produksi migas nasional 2030, penemuan cadangan migas baru jadi salah satu kunci mencapai target transisi energi.

"Tuntutan keberlanjutan lingkungan melalui pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan produksi maupun penggunaan migas justru dianggap sebagai peluang bisnis baru serta mampu memberikan multiplier effect di berbagai sektor," tuturnya.

Sementara Presiden Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Randy Condronegoro mengatakan, untuk mengejar target yang belum tercapai, tantangan yang ada sebetulnya semakin kompleks.

Terdiri dari kebutuhan atas investasi migas yang massif, ditambah era industri 4.0 yang menuntut kecepatan dalam adaptasi.

 

 


Industri Migas Melambat

PT Pertamina Hulu Energi Offshore-North West Java (PHE ONWJ) akan lanjutkan proyek Optimasi Pengembangan Lapangan (OPL) migas lepas pantai YY di perairan utara Karawang.

Selain itu, regenerasi yang sempat terdampak akibat melambatnya industri migas. Plus kepentingan untuk mendukung teknologi penangkapan, utilisasi dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) yang tidak bisa dipungkiri merupakan teknologi yang kompleks dan membutuhkan dana super besar.

"Dukungan semua pihak diperlukan untuk menghadapi permasalahan tersebut diatas," kata Randy.

Randy menyebut, salah satu solusi untuk menjawab tantangan tersebut melalui penyediaan data subsurface yang lengkap dengan infrastruktur yang optimum untuk mendukung peningkatan kegiatan eksplorasi migas serta CCS/CCUS.

"Kemudahan-kemudahan bagi para calon investor harus selalu ditingkatkan. Investor akan semakin selektif dalam berinvestasi dan melihat value for money dari setiap kegiatan yang dilakukan," tandasnya.


Usai Masela, Petronas Incar Potensi Blok Migas Lain di Indonesia Timur

Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petronas Masela telah sukses mengakuisisi kepemilikan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, Maluku. Tak hanya Blok Masela, Petronas juga pasang mata terhadap potensi eksplorasi lain di wilayah Indonesia Timur.

Presiden Direktur Petronas Indonesia Yuzaini Bin Md Yusof menuturkan, pihaknya masih meyakini dengan potensi besar di wilayah Indonesia Timur.

Menurut dia, data IHS 2023 menunjukkan jumlah pemboran eksplorasi di Indonesia Timur jauh lebih sedikit dibandingkan di Indonesia Barat. Namun secara volume, temuan cadangan di Indonesia timur lebih besar.

"Sumurnya sedikit di timur tapi temuan volumenya lebih besar. Dominan memang gas. Asap Kido Merah contohnya, sementara beberapa temuan-temuan kecil ada di indonesia bagian barat," ujar Yuzaini di acara IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (27/7/2023).

Namun, untuk kembangkan Indonesia timur perlu banyak inisiatif. Salah satunya dari sisi penyediaan infrastruktur.

"Akses market juga penting, infrastruktur di timur berbeda dengan di Indonesia bagian barat. Kalau di barat sudah ada bahkan tersambung ke Singapura, ada juga ke Pulau Jawa. Sementara di timur sedikit infrastruktur, hanya dihubungkan oleh LNG. Sementara market juga belum ada, belum banyak industri di sana (Indonesia timur)," paparnya.

 


Data dan Teknologi

Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Selain itu, ketersediaan data dan penggunaan teknologi juga menjadi kunci keberhasilan eksplorasi terutama di bagian Timur. Seperti yang dilakukan Petronas di sumur Hidayah, Yuzaini menjelaskan teknologi menjadi kunci penting dalam perburuan cadangan migas di Indonesia bagian Timur.

"Paling penting lihat data dan teknologi, Hidayah discovery, sebelum drill dieksekusi, kita lakukan eksplorasi dan selesaikan seismik dengan teknologi terbaru. Teknologi ini terus berkembang, itu kuncinya. Kami percaya diri dengan potensi di Indonesia bagian timur, itulah kenapa kami di sana," pungkas Yuzaini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya