Liputan6.com, Jakarta - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, BFI Finance Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan positif, baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/7/2023), perseroan membukukan pendapatan Rp 3,2 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan itu naik 30,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,45 triliun.
Advertisement
"Pertumbuhan pendapatan ini dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran pembiayaan dan sumber pendanaan yang lebih kompetitif,” tutur Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono dalam keterangannya.
Dia menambahkan, sumber pendanaan BFI Finance paling besar berasal dari pinjaman bank mata uang rupiah serta surat utang (bonds). Selama semester I 2023, perusahaan telah menerbitkan tiga kali obligasi rupiah dengan total nilai emisi Rp 3,8 triliun.
Pada periode yang sama, beban perseroan naik menjadi 2,15 triliun dari Rp 1,43 triliun pada Juni 2022. Setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 848,43 miliar. Laba itu naik 2,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 828,93 miliar.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 tercatat sebesar Rp 25,18 triliun, naik dari Rp 21,93 triliun pada akhir tahun lalu. Liabilitas ikut naik menjadi Rp 16,07 triliun dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 13,17 triliun. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 9,1 triliun dari Rp 8,76 triliun pada Desember 2022.
“Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aset, profitabilitas, dan rasio keuangan lainnya secara tahunan tetap terjaga baik. Hal ini menunjukkan bahwa BFI Finance mampu menjawab segala tantangan dan dinamika yang terjadi. Sejak 2011 hingga saat ini, Perusahaan telah tumbuh lebih dari lima kali lipat secara aset, revenue, dan ekuitas,” ujar Sudjono.
Realisasi Pembiayaan
Pada enam bulan pertama tahun ini, perusahaan mencatat nilai pembiayaan baru sebesar Rp 10,3 triliun, atau meningkat 20,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari nilai tersebut, sebanyak 61,0 persen digunakan untuk tujuan pembiayaan modal kerja, disusul dengan multiguna sebesar 22,6 persen, investasi 14,5 persen, dan syariah 1,9 persen.
Seiring dengan pertumbuhannya, BFI Finance tetap konsisten menjaga risiko kredit yang relatif rendah. Tingkat pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) neto terjaga di 0,79 persen per Juni 2023 dan sementara NPF bruto di level 1,94 persen. Rasio ini tercatat lebih baik dibandingkan NPF bruto rata-rata industri pembiayaan yang mencapai 2,63 persen per Mei 2023.
NPF coverage (besaran tingkat cadangan piutang dibandingkan NPF) terhitung mencapai 2,3 kali. Return on Asset (RoA) dan Return on Equity (RoE) Perusahaan masing-masing di posisi 8,7 persen dan 18,6 persen yang juga masih lebih tinggi dari rata-rata industri dengan angka RoA yang dilaporkan sebesar 5,73 persen dan RoE sebesar 14,86 persen di akhir Mei 2023 (sumber: Statistik Lembaga Pembiayaan dari Otoritas Jasa Keuangan/OJK).
Portofolio produk pembiayaan BFI Finance masih didominasi oleh refinancing atau pembiayaan dengan collateral (jaminan) di mana bisnis ini telah dijalankan perusahaan selama lebih dari 15 tahun.
Total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) tercatat senilai Rp 22,4 triliun, yang terdiri dari pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat sebesar 56,5 persen, alat berat dan permesinan sebesar 13,5 persen.
Selain itu, pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru masing-masing menempati porsi sebanyak 9,0 persen dan 2,9 persen, pembiayaan berjaminan kendaraan roda dua sebesar 10,9 persen, pembiayaan berjaminan sertifikat rumah/ruko sebesar 3,9 persen, ditutup dengan apik oleh pembiayaan berbasis syariah sebesar 3,3 persen.
Advertisement
BFI Finance Indonesia Pastikan Serangan Siber Telah Ditangani
Sebelumnya, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mendeteksi adanya serangan siber yang dialaminya pada Minggu, 21 Mei 2023.
Corporate Communication Head BFI Finance Indonesia Dian Ariffahmi menuturkan, serangan siber pada platform BFI disebabkan oleh Malware.
Walau begitu, BFI menilai bahwa sampai saat ini belum ada indikasi pencurian data akibat serangan siber tersebut. "Saat ini kami mengisolasi sementara beberapa sistem utama dalam rangka mengurangi potensi terjadinya kebocoran data dan kerusakan sistem lainnya," jelas dia, Jumat (26/5/2023).
Manajemen BFI memahami betul kerisauan yang dirasakan oleh para nasabah. Lantas, saat ini BFI telah menjalani tahap pengembalian sistem operasional untuk normalisasi pelayanan dan kegiatan operasional sehari-hari.
"Kami sekarang ini masih berfokus pada pemulihan dan memaksimalkan pelayanan terhadap segala kebutuhan konsumen akibat terganggunya layanan operasional," imbuhnya.
BFI pun menginformasikan kepada konsumen bahwa akan ada kebijakan khusus selama rentang waktu temporary switch off ini.
Selain itu, saat ini pembayaran sudah bisa dilakukan lewat virtual account beberapa bank, seperti BCA dan Bank Mandiri.
Dalam upaya mengatasi serangan siber, sekarang ini perseroan mengisolasi sementara beberapa sistem utama dalam rangka mengurangi potensi terjadinya kebocoran data dan kerusakan sistem lainnya.
"Kami juga menggunakan cyber security consultant untuk membantu kami menangani situasi ini. Selanjutnya, perusahaan akan melakukan review menyeluruh untuk peningkatan dan pertahanan sistem kami. Kami juga telah berkoordinasi dengan BSSN untuk pengamanan lebih lanjut," tutup dia.
Terjadi 21 Mei
Sebelumnya, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) angkat bicara mengenai serangan siber yang dialaminya pada Minggu, 21 Mei 2023.
Direktur PT BFI Finance Indonesia Tbk, Sudjono menuturkan, perseroan mengantisipasi dengan melakukan temporary switch off beberapa sistem utama yang menyebabkan terganggunya layanan kepada konsumen dan sebagian kegiatan operasional.
"Kami informasikan pada 21 Mei 2023, perseroan telah mengalami serangan siber. Sampai saat ini, belum ada indikasi terjadinya kebocoran data konsumen," tulis Sudjono.
Adapun perseroan telah melakukan berbagai langkah penanganan sesuai protokol penanganan dan dilanjutkan dengan upaya pemulihan layanan kepada konsumen dan kegiatan operasional perseroan secara bertahap.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 24 Mei 2023, saham BFIN naik 3,67 persen ke posisi Rp 1.270 per saham. Saham BFIN dibuka stagnan di posisi Rp 1.225 per saham.
Saham BFIN berada di level tertinggi Rp 1.270 dan terendah Rp 1.225 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.640 kali dengan volume perdagangan 329.043 lot saham. Nilai transaksi Rp 41,1 miliar.
Advertisement