Liputan6.com, Jakarta India melarang ekspor beberapa kategori beras seiring kenaikan harga domestik dan kekhawatiran akan kekurangan hasil panen. Langkah India itu dinilai berdampak ke sejumlah negara yang menjadi pangsa pasar ekspor beras India serta dapat kerek harga biji-bijian global.
Dikutip dari laporan VOA, 23 Juli 2023, ditulis Jumat (28/7/2023), India merupakan salah satu pengekspor beras terbesar di dunia menyumbang 40 persen dari perdagangan beras global. India ekspor beras ke sekitar 140 negara.
Advertisement
India mengumumkan larangan ekspor beras pada Kamis, 20 Juli 2023. Pemerintah menyebutkan alasan setop ekspor beras karena harga telah naik sekitar 11,5 persen selama setahun terakhir dan 3 persen dalam sebulan terakhir.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Urusan Konsumen India mengatakan telah mengubah kebijakan ekspor untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang memadai di pasar India. Selain itu, larangan ekspor beras tersebut untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik.
Langkah India dilakukan beberapa hari setelah Rusia mundur dari kesepakatan untuk mengizinkan pengiriman gandum Ukraina dengan aman melalui Laut Hitam. Hal ini memicu peringatan tindakan tersebut dapat menyebabkan lonjakan harga.
“Dampak larangan beras di India pasti akan akan terasa pada harga global. Ini terjadi setelah inisiatif Laut Hitam tidak diperbarui. Saat gandum mengalami guncangan, larangan ekspor beras oleh India sebabkan guncangan lebih lanjut di pasar biji-bijian global,” ujar Editor The Indian Express Harish Damodaran kepada VOA.
“Dulu India ekspor sekitar 22,5 juta ton. Sekarang sekitar 10 juta ton akan keluar dari pasar internasional, jadi sekitar 40 persen ekspor kita akan terlempar. Ini termasuk kategori yang dilarang ekspornya tahun lalu,” ujar dia.
Prediksi Alasan India Larang Ekspor Beras
Analis menilai, India tidak mungkin melonggarkan pembatasan segera setelah bergulat dengan inflasi pangan.
Adapun kenaikan harga pangan merupakan masalah sensitif bagi pemerintah karena negara itu bersiap mengadakan serangkaian pemilihan negara bagian penting akhir tahun ini dan pemilihan nasional pada April mendatang.
Harga beras dan gandum menjadi perhatian khusus di negara mana sereal merupakan bagian utama dari makanan masyarakat berpenghasilan rendah.
India telah memperketat ekspor pertanian sejak tahun lalu. Larangan ekspor gandum yang diberlakukan lebih dari setahun lalu belum dicabut.
Analis menuturkan, India, produsen beras terbesar kedua di dunia memiliki stok beras cukup untuk 1,4 miliar penduduknya, ada kekhawatiran musim hujan yang tidak menentu dapat merusak tanaman padi berikutnya yang ditanam pada Juni dan dipanen pada September.
Hujan deras di bagian utara India dalam beberapa pekan terakhir memicu banjir di daerah utama penanaman padi. Sementara curah hujan yang rendah di selatan halangi banyak petani untuk menanaman tanaman tersebut.
“Kami mengalami hujan lebat dan banjir di Punjab dan Haryana, dan ini adalah dua negara bagian yang sebagian besar memasok surplus beras ke negara itu,” ujar Analis Pertanian, Devinder Sharma kepada VOA.
“Tragedi negara bagian selatan adalah mereka tidak memiliki irigasi dan oleh karena itu mereka terkena dampak buruk oleh kurangnya curah hujan. Jadi semuanya bisa kacau balau dengan panen berikutnya,” ia menambahkan.
Advertisement
Kekhawatiran Efek El Nino
Selain itu, ia juga menunjukkan ada kekhawatiran efek El Nino yang biasanya sebabkan cuaca panas, kering, dan curah hujan lebih rendah di Asia. Sebagian besar tanaman padi dunia yang membutuhkan banyak air ditanam.
Hal itu menyebabkan ketidakpastian lebih lanjut tentang potensi kekurangan tanaman yang merupakan makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang di dunia.
“Jadi pemerintah benar-benar berhati-hati. Mereka tidak mau mengambil risiko apapun,” ujar Sharma.
Adapun pembatasan ekspor beras mengecualikan satu varietas yang sebagian besar diekspor ke Bangladesh dan beberapa negara di Afrika yang menurut analis adalah langkah diplomatik untuk memastikan negara tetangga yang memiliki hubungan baik dengan New Delhi dan negara-negara Afrika, tempat mencoba membangun pengaruh tidak hadapi masalah yang signifikan. “Pembatasan beras dibuat dengan mempertimbangkan paksaan politik dan diplomasi dalam negeri,” ujar Damodaran.
Negara Ini Bakal Terdampak Larangan Ekspor Beras India
Sementara itu, berdasarkan laporan International Food Policy Research Institute (IFPRI), beras banyak dikonsumsi di dunia dan sumbang sebagian besar konsumsi di banyak negara terutama di Asia Selatan, Tenggara dan beberapa di negara di Afrika.
Misalnya di Asia, pangsa pasar konsumsi beras dalam total asupan kalori per hari di beberapa negara konsumsi teratas termasuk Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Indonesia, Myanmar, Nepal, Thailand, Filipina, dan Sri Lanka di kisaran 40-67 persen, menurut UN Food and Agriculture Organization.
Banyak dari negara-ngeara ini termasuk Bangladesh, Bhutan, China, Sri Lanka, dan Nepal impor sebagian beras dari India. Sebagian beras yang dikonsumsi di luar Asia juga diimpor.
Dikutip dari CNBC, larangan ekspor beras memperburuk kerawanan pangan bagi negara yang sangat tergantung pada beras.
“Tujuan teratas untuk beras India termasuk Bangladesh, China, Benin dan Nepal. Negara-negara Afrika lainnya juga impor beras India dalam jumlah besar,” tulis analis Gro Intelligence.
Menurut Kementerian Urusan Konsumen, beras putih non-basmati merupakan sekitar 25 persen ekspor beras India.
Ekonom DBS Radhika Rao menuturkan, importir yang terkena dampak dapat beralih ke pemasok alternatif di wilayah tersebut yakni Thailand dan Vietnam.
India adalah pemasok utama beras ke beberapa pasar penting di Asia dan Afrika Sub-Sahara, membuat populasinya rentan terhadap gangguan pasar beras.
42 negara mendapatkan lebih dari 50 persen dari total impor beras mereka dari India, suatu bagian yang signifikan yang tidak mudah digantikan dengan impor dari negara pengekspor beras lainnya seperti Vietnam, Thailand dan Pakistan. Di Afrika, pangsa pasar India pada 2022 melebih 80 persen untuk beberapa negara.
Advertisement
Ancam Ketahanan Pangan
Peneliti Senior IFPRI Joseph Glauber dan Abdullah Mamun menilai, keputusan India larang ekspor varietas beras non-basmati ciptakan kerentanan baru di pasar komoditas yang mengancam ketahanan pangan global sudah lemah.
“Banyak faktor, mulai dari kondisi atmosfer dalam beberapa minggu mendatang hingga detil persis larangan ekspor hingga reaksi eksportir beras lainnya akan menentukan apa yang terjadi dan seberapa parah konsekuensinya,” tulis mereka.
Peneliti menyebutkan, pelajaran dari lonjakan harga sebelumnya yang memiliki dampak jangka panjang terhadap kelaparan global, kerawanan pangan, gizi dan kemiskinan, akan berperan dalam pengambilan keputusan kebijakan perdagangan dan mencegah negara menempuh jalur penerapan pembatasan ekspor.