Liputan6.com, Jakarta - Tak jarang efek polusi udara hanya ditekankan pada paru lantaran dapat menyebabkan masalah pernapasan. Namun di samping itu, polusi udara punya dampak lain terutama pada kulit.
Polusi udara dipercaya ampuh bikin kulit mengalami penuaan dini. Alhasil, kulit menjadi lebih cepat tua dan keriput. Lantas, mengapa bisa demikian?
Advertisement
Spesialis kulit dan kelamin, Dr dr Dhelya Widasmara menjelaskan bahwa polusi udara mengandung radikal bebas yang bisa menghadang kolagen untuk diproduksi oleh kulit manusia.
"Polusi menghasilkan radikal bebas. Sedangkan kulit kita butuh kolagen untuk supaya kulit kita bisa tetap bagus atau tetap tidak berkerut, kolagennya tetap ada, hidrasinya juga tetap," ujar Dhelya dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ditulis Sabtu, (29/7/2023).
"Nah, si radikal bebas kalau masuk ke kulit, dia itu seperti menghambat produksi kolagen. Jadi kulit kita tidak bisa memproduksi kolagen kalau misalnya ada polusi," tambahnya.
Polusi Udara Masuk ke Kulit
Dhelya mengungkapkan bahwa polusi udara itulah yang akan menghambat terjadinya produksi alami kolagen. Alhasil, kulit bisa mengalami penuaan dini karena produksi kolagennya terhambat polusi udara.
"Polusi masuk ke pori-pori wajah, pori-pori kulit, dan sebagainya. Kemudian dia menangkap rantai-rantainya si kolagen sehingga tidak bisa diproduksi lagi," kata Dhelya.
Setelah rantai kolagen ditangkap oleh polusi, yang terjadi selanjutnya adalah kulit perlahan akan menghasilkan kerutan dan menurun kekencangannya.
"Kalau kolagen gak bisa berproduksi, otomatis kulit kita nanti akan jadi berkerut. Enggak bisa lagi kencang. Fungsi kolagen di sini kan untuk mengencangkan kulit," ujar Dhelya.
Kolagen Dapat Memperkuat Struktur Kulit
Lebih lanjut, Dhelya mengungkapkan selain berfungsi untuk menjaga hidrasi dan kekencangan kulit, kolagen turut berperan dalam memperkuat struktur kulit.
"Kolagen memperkuat struktur kulit, yang tadi saya bilang kenapa polusi bisa bikin tua. Orang kan sering (kulitnya) turun, nah fungsinya kolagen itu dia memperkuat struktur kulit, dia bisa mempertahankan kulit, hidrasi," kata Dhelya.
Sedangkan saat polusi banyak menumpuk pada kulit, maka lama-lama kekuatan kolagen jadi terkalahkan. Hal itu yang membuat penuaan jadi terlihat lebih cepat.
"Ketika radikal bebasnya dari polusi banyak, kolagen jadi kalah power. Otomatis kita lebih cepat aging. Simulasinya tuh kayak begitu. Lebih gampang menua," Dhelya menambahkan.
Advertisement
Pentingnya Sunscreen untuk Hadang Polusi Udara
Dalam kesempatan yang sama, sunscreen merupakan skincare dasar yang wajib digunakan, termasuk untuk menghadang polusi udara. Khusus untuk area Asia seperti Indonesia, SPF minimal pada sunscreen adalah 30.
"Gunakan tabir surya dengan spektrum luas, yang dapat menghalangi sinar UV A, sinar UV B. SPF 15 itu misal di Eropa. Kalau di Indonesia itu minimal 30," ujar Dhelya.
Hal penting selanjutnya adalah jangan lupa mengaplikasikan sunscreen kembali setiap beberapa jam.
"Walau dia tulisannya water resistant, kalau kita berkeringat, harap di-apply ulang. Reapply empat jam sekali. Misal ada yang sholat dzuhur di kantor, itu dibawa sunscreen-nya, harus di reapply ulang," kata Dhelya.
Sunscreen dengan Minimal SPF 30 Sudah Cukup
Dhelya melanjutkan bahwa penggunaan sunscreen pun sebenarnya tidak terlalu dipengaruhi oleh SPF di dalamnya. Sebab, memang, banyak yang menyebut SPF lebih tinggi lebih baik.
Hanya saja menurut Dhelya, perbedaannya hanya sekitar 10 persen.
"Di jurnal ada yang membandingan SPF 30 dan 50, itu hanya 10 persen saja (lebih baiknya). Jadi pakai SPF 30 dengan 50, lebih tinggi memang perlindungan yang 50, jelas ya. Tapi hanya 10 persen saja," kata Dhelya.
Advertisement