Kisah Karomah Gus Miek, Sembuhkan Bocah Lumpuh dengan Semut Hitam

Gus Miek, yang nama aslinya adalah Muhammad Zaini Abdul Ghani, adalah seorang tokoh agama dan dikenal sebagai seorang kiai dari Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yang terletak di Desa Ploso, Kediri, Jawa Timur.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2023, 10:30 WIB
Gus Miek sumber : @nahdlatululama

Liputan6.com, Jakarta - Gus Miek panggilan akrab Muhammad Zaini Abdul Ghani, adalah seorang tokoh agama dan dikenal sebagai seorang kiai dari Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yang terletak di Desa Ploso, Kediri, Jawa Timur.

Gus Miek dikenal luas karena kepribadiannya yang rendah hati dan kharismanya dalam berdakwah.

Ia adalah anak kandung dari KH Ahmad Djazuli Utsman, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur.

Ia dikenal sebagai seorang wali (kekasih Allah) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar Pesantren untuk berdakwah. Gus Miek juga terkenal sebagai wali yang memiliki banyak karomah.

Pernah mendengar karomah Gus Miek yang sembuhkan orang lumpuh dengan semut hitam? Berikut kisahnya yang dinukil dari beritasantri.net ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bocah 9 Tahun Belum Bisa Jalan

KH Ali Mas'ud alias Gus Ud atau Mbah Hud bersama dengan Gus Miek, Ploso Kediri. (Foto: Istimewa/FB Karim Teponk)

Al kisah, di Desa Ploso Kecamatan Mojo Kediri Jawa Timur ada seorang faqir biasa dipanggil Pak Adnan, dia membuat makanan yg dititipkan di kantin Pondok Pesantren Ploso. Pak Adnan punya seorang keponakan yang sampai umur 9 tahun belum bisa jalan, dan dianggap lumpuh oleh masyarakat sekitar.

Usaha pengobatan sudah dilakukan ke berbagai tempat, ke dokter, tabib, kiai, semua sudah dilakukan. Hanya satu yg belum yaitu Gus Miek karena memang susah mencarinya.

Suatu ketika setelah selesai jamaah di masjid pondok pesantren dimana ia berjualan, Pak Adnan melihat Gus Miek sedang duduk santai tanpa pakai baju atasan di teras madrasah depan masjid.

Pak Adnan langsung buru-buru mendekat dan menceritakan perihal keponakannya kepada Gus Miek. Kemudian Gus Miek dawuh:

La opo bok kiro aku dukun. (Kenapa? Kamu kira saya ini dukun). ”

Pak Adnan langsung menjawab :“Geh mboten Gus, kulo nyuwun barokah dungo njenengan….”(Ya tidak Gus, saya minta barokah doa Anda)

 


Boleh Cerita Kalau Gus Miek Sudah Meninggal

Ilustrasi Semut/https://unsplash.com/Prabir Kashyap

Gus Miek diam sebentar lalu dawuh:

Yo wes aku gelem njalukne nyang pengeran tombo ponakanmu tapi syarate 1, ojo bok critokne sopo-sopo…. Lek bok critokne, ponakanmu waras awakmu sing mati.. Kecuali aku wes mati gak popo bok critakne. (Ya sudah, aku mau memohonkan sama Tuhan untuk kesembuhan keponakanmu, tapi ada syaratnya, yaitu jangan pernah menceritakan hal ini kepada siapapun. Kalau kamu menceritakan hal ini, memang keponakanmu akan sembuh tetapi kamu yg akan mati. Kecuali kalau aku sudah meninggal, silahkan kamu ceritakan hal ini). ”Pak Adnan menjawab: “Inggih Gus.. ”

Gus miek kemudian dawuh:

Saiki muliho golek o semut sing rupane ireng trus dulang no nyang ponakanmu…. (Sekarang pulanglah, carilah semut yg berwarna hitam kemudian suapilah keponakanmu dengan semut itu).”

Dengan mantap Pak Adnan pulang dan mencari semut hitam dan disuapkan ke ponakannya yg 9 tahun di kasur saja. Lalu Pak Adnan keluar, kembali 1 jam kemudian. Ditengoklah si keponakan ternyata tidak ada di kasurnya, dicari-cari ternyata ada di sumur sedang menimba air.

Pak Adnan langsung menangis syukur atas kesembuhan si keponakan. Tapi Pak Adnan gak berani cerita karena kalau cerita resikonya dia yg akan mati.

Sampai Gus Miek wafat tahun 1993, baru dia cerita ke seseorang yg punya masalah yg sama, anaknya belum bisa berjalan. Dicarilah semut hitam, menirukan apa yg dikatakan Gus Miek dengan harapan anaknya bisa sembuh. Sampai habis semut berkilo-kilo si anak belum bisa berjalan juga. (Jelas bukan faktor semut, tapi faktor doa dari sang kekasih Tuhan). Wallahu A'lam.

Penulis: Nugroho Purbo

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya