The Fed Kerek Suku Bunga, Berikut Sektor Saham Terkena Dampaknya

Berikut sektor saham yang terkena dampak dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed yang menaikkan suku bunga acuan 5,75 persen dan Bank Indonesia (BI) pertahankan bunga acuan 5,75 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Jul 2023, 12:53 WIB
Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) kerek suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen. Lalu apa saja sektor saham yang terkena dampaknya? (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal  Reserve (the Fed) memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen. Seiring sentimen tersebut, apa saja sektor saham apa yang menarik untuk dicermati?

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus menuturkan, kenaikan suku bunga acuan oleh the Fed berdampak kurang baik terhadap pasar modal. Hal ini karena pelaku pasar hindari aset berisiko. Selain itu, menurut dia, kenaikan suku bunga acuan dapat menurunkan pendapatan, konsumsi dan daya beli.

”Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga dapat membuat Bank Indonesia berpotensi menaikkan suku bunga. Dengan kenaikan suku bunga dapat membuat pemulihan akan tersendat meski saat ini fundamental ekonomi membaik,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (30/7/2023).

Seiring kenaikan suku bunga acuan itu, Nicodemus menilai sejumlah sektor saham akan berdampak positif dan negatif. Kenaikan suku bunga acuan akan berdampak positif ke sektor saham perbankan.

”Sisi positif ke perbankan. Namun, perhatikan bank dari BUKU (bank umum kegiatan usaha) berapa. Bank BUKU IV, pertumbuhan kredit tetap terjaga dengan nasabah yang loyal,” tutur dia.

Akan tetapi, kenaikan suku bunga acuan juga berdampak negatif ke sektor saham perbankan.Hal ini lantaran kenaikan suku bunga acuan dapat memperlambat penyaluran kredit karena kenaikan suku bunga kredit.

Selain sektor saham perbankan yang berdampak positif, kenaikan suku bunga acuan juga akan berdampak terhadap sektor saham consumer dan consumer nonsiklikal serta transportasi dan logistik.

“Selama daya beli terjaga, konsumsi berjalan baik, kinerja sektor saham consumer nonsiklikal akan terjaga,” ujar dia.

 


Sektor Saham Lain yang Terkena Dampak Kebijakan Bank Sentral

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan sektor saham yang berdampak negatif karena kenaikan suku bunga acuan, menurut Nicodemus yakni sektor saham properti dan teknologi. “Sektor saham properti yang akan terkena dampaknya kenaikan suku bunga,” ujar dia.

Sementara itu, analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, the Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,5 persen masih sesuai dengan harapan pasar. Akan tetapi, menurut Herditya, pernyataan dari the Fed terkait suku bunga ke depan membuat reaksi negatif bagi investor.

“Kami mencermati beberapa sektor secara teknikal yang dapat dipilih untuk jangka menengah dan panjang di antaranya sektor saham IDX Basic Materials dan IDX siklikal, dan IDX keuangan,” tutur dia.


Rekomendasi Saham

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun rekomendasi saham terkait sentimen suku bunga acuan, Herditya memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Kemudian saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO).

Sedangkan Nicodemus memilih saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Selain itu, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


The Fed Kerek Suku Bunga

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Sebelumnya, Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga ke level tertinggi. Kenaikan suku bunga The Fed kali ini menandai laju tertinggi dalam 22 tahun, ketika negara ekonomi terbesar dunia berupaya menstabilkan inflasi.

Melansir BBC, Kamis, 27 Juli 2023, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis point, mendorongnya ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen.

Ini menandai kenaikan suku bunga kesebelas sejak awal 2022. The Fed pun mensinyalkan kenaikan selanjutnya.

"Kami akan melakukan pertemuan demi pertemuan," kata ketua The Fed, Jerome Powell pada konferensi pers setelah kenaikan tersebut.

"Sangat mungkin bahwa kami akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan September jika datanya benar. Dan saya juga akan mengatakan bahwa mungkin saja kita akan memilih untuk tetap stabil," ungkap Powell.

Keputusan suku bunga The Fed datang menjelang pertemuan bank sentral di Eropa dan Jepang.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya