Riwayat Letusan Gunung Galunggung yang Telan Ribuan Nyawa Sebelum Jadi Wisata Populer

Gunung Galunggung memiliki ketinggian sekitar 2.168 meter di atas permukaan laut dan dikenal dengan letusannya yang dahsyat

oleh Panji Prayitno diperbarui 31 Jul 2023, 16:00 WIB
Aliran air terjun dari puncak gunung Galunggung (Arie Nugraha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta- Gunung Galunggung merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Lokasinya berada di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.

Gunung Galunggung memiliki ketinggian sekitar 2.168 meter di atas permukaan laut. Galunggung menjadi terkenal karena letusan dahsyatnya pada tahun 1982. 

Bencana tersebut menyebabkan menelan banyak korban jiwa dan kerusakan lingkungan. Gunung ini sebelumnya pernah meletus pada tahun 1822.

Setelah letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982, Galunggung kini menjadi tujuan pendakian populer di kalangan petualang dan pecinta alam. 

Sebelum melakukan pendakian, cek dulu kondisi terkini dan peraturan dari pihak yang berwenang, karena status aktif gunung dapat berubah sewaktu-waktu. 

Sebelum letusan besar, Gunung Galunggung juga pernah meletus pada tahun 1822. Tanda-tanda awal letusan terlihat pada Juli 1822 ketika air di Cikuniri menjadi keruh dan berlumpur. 

Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan air keruh yang hangat dan terkadang muncul kepulan asap dari dalam kawah. Kemudian, pada 8 Oktober hingga 12 Oktober meletuslah Galunggung.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Letusan Galunggung

Letusan tersebut menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, dan lahar. 

Aliran lahar bergerak ke tenggara setelah aliran sungai. Letusan Gunung Galunggung menewaskan 4.011 orang, menghancurkan 114 desa.

Selain itu, letusan Gunung Galunggung menghancurkan daratan di timur dan selatan hingga 40 kilometer dari puncak gunung. Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. 

Pada bulan Oktober terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Kemudian, pada 27 dan 30 Oktober, lahar mengalir di saluran sungai yang sama dengan lahar letusan.

Pada tahun 1918, letusan kembali terjadi pada awal Juli yang didahului gempa bumi. Letusan 6 Juli menghasilkan abu setebal 2-5 mm yang terbatas pada kawah dan lereng selatan. 

Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 disertai dengan ledakan, nyala api dan petir. Aktivitas letusan berlangsung 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. 

Sekitar 18 orang meninggal selama periode letusan ini, kebanyakan karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua, kedinginan dan kekurangan makanan).

Penulis: Belvana Fasya Saad

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya