Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat kembali menguat memasuki awal pekan pada Senin, 31 Juli 2023. USD menguat setelah berjalan sepekan Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 5,25 hingga 5,50 persen.
"Federal Reserve AS menaikkan suku bunga minggu lalu, tetapi ekspektasi tumbuh bahwa ini bisa menjadi peningkatan terakhir dari siklus pengetatan agresif bank sentral selama setahun," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi pada Senin (31/7/2023).
Advertisement
Setelah kenaikan suku bunga, Ketua The Fed Jerome Powell menunjukkan pentingnya data yang akan datang, dengan dua cetakan CPI, dua laporan pekerjaan, dan Indeks Biaya Ketenagakerjaan sebelum pertemuan selanjutnya di bulan September mendatang.
Angka ECI kuartal kedua mencapai 1,0 persen pada hari Jumat – turun dari 1,2 persen pada kuartal pertama dan puncaknya 1,4 persen pada kuartal pertama tahun 2022.
Menurut Ibrahim, hal ini menunjukkan tekanan inflasi dari kenaikan upah berkurang, menambah alasan bagi pembuat kebijakan The Fed untuk diam di bulan September.
Sementara di China, data PMI manufaktur menunjukkan pelemahan, ketika sektor manufaktur negara itu menyusut selama empat bulan berturut-turut di bulan Juli. Hal ini menunjukkan bahwa negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih berjuang dengan pemulihan pasca pandemi COVID-19.
"Kelemahan ini diperkirakan akan mendorong Beijing untuk mengumumkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut untuk meningkatkan ekonomi yang lesu," ungkap Ibrahim.
Pada Senin lalu (24/7), Dewan Negara China mengumumkan rencana untuk memulihkan dan memperluas konsumsi di sektor otomotif, real estat, dan jasa, tetapi para pedagang mencari hal yang spesifik.
Sementara itu, Rupiah ditutup menguat 25 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 30 point dilevel Rp. 15.080 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.105.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.050- Rp. 15.150," beber Ibrahim.
Pasar Respon Positif DHE SDA
Di Indonesia, pasar merespon positif pernyataan Bank Indonesia (BI) yang mengatakan akan memberikan jaminan eksportir agar tidak dirugikan dalam Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia.
Hal ini didukung oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 tahun 2023 tentang DHE dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan dan/atau pengolahan Sumber Daya Alam (SDA).
Sebagai informasi, BI sudah menyiapkan penyempurnaan aturan turunan dari peraturan PP nomor 36 tahun 2023, dimulai dari bentuk instrumen pemantauan dan pengawasan DHE SDA, dengan dua hal, yaitu menetapkan dan menyediakan instrumen penempatan DHE SDA.
Laporan BI menunjukkan, penetapan instrumen tersebut mengacu pada 3 prinsip.
Prinsip pertama adalah sejalan dengan pengaturan dalam peraturan DHE SDA, kedua, pemanfaatan DHE SDA tersebut untuk kebutuhan dalam negeri, dan terakhir untuk pengaturan instrumen lainnya.
Advertisement
7 Prinsip BI Soal Penempatan DHE SDA
Selain itu,Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengaku bahwa ada 7 instrumen yang telah disiapkan oleh BI dalam penempatan DHE SDA.
Instrumen pertama, adalah Rekening Khusus (Reksus) DHE SDA, instrumen kedua yakni deposito valas bank, ketiga Term Deposit (TD) valas DHE SDA, keempat promissory notes Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), kelima penempatan deposito yang dapat dimanfaatkan menjadi agunan kredit rupiah.
Kemudian untuk instrumen keenam adalah swap valas dari eksportir atau nasabah ke bank, dan terakhir swap valas dari bank ke BI.
Selain itu, suku bunga TD valas DHE lebih tinggi dari pada Juni 2023 yang tercatat untuk nominal yang lebih tinggi dari USD10 juta, suku bunga yang diberikan ialah 5,4% untuk tenor 3 bulan. Sehingga BI memberikan suku bunga TD valas DHE menjadi 5,51% untuk Juli 2023.