Liputan6.com, Jakarta Korelasi antara kepintaran dan perilaku dalam menjadi seorang miliarder kerap menjadi perbincangan berbagai ahli dan pengamat.
Melansir laman Fortune, Senin (31/7/2023) miliarder pun kerap disorot dengan pengambilan risikonya yang ekstrem, seperti bepergian ke luar angkasa, mengendarai mobil balap, atau menceburkan diri ke kedalaman laut terdalam di dunia.
Advertisement
Selain itu, perilaku lainnya yang tampak adalah Elon Musk, misalnya, orang terkaya di dunia, menghabiskan hari-harinya berdebat secara online tentang teori konspirasi, atau menantang sesama orang kaya untuk sebuah pertarungan gulat.
Yang menjadi pertanyaan, apa yang membuat seseorang dengan kecerdasan mengumpulkan kekayaan yang begitu spektakuler menjadi tidak menentu? Apakah ada sesuatu tentang tumpukan jutaan atau miliaran itu yang membuat seseorang teralihkan perhatiannya?
Ini adalah pertanyaan yang telah membingungkan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu selama bertahun-tahun.
Ketika mencari penjelasan tentang perilaku aneh dari beberapa individu dengan kekayaan yang bernilai fantastis, hal terbaik yang dapat menjawabnya adalah serangkaian pengamatan yang agak tidak mengejutkan.
Seorang multimiliuner yang tidak bahagia pernah mengungkapkan kepada para peneliti di Boston College’s Center of Wealth and Philanthropy dalam sebuah studi psikologis 2011, mengatakan bahwa tidak ada jumlah kekayaan yang terasa cukup.
Miliarder itu mengakui, tidak pernah ada titik di mana seseorang bisa berpuas diri.
1.000 miliarder yang menjadi responden studi Boston College’s, yang masing-masing kekayaannya bernilai setidaknya USD 25 juta atau Rp 377 miliar, dan sebagian besar mengungkapkan perasaan cemas, ketidakpuasan, dan—yang membingungkan, ketidakamanan finansial.
Kekayaan Malah Menjadi Beban?
Seorang responden mengatakan kepada para peneliti bahwa dia tidak akan merasa aman sampai dia telah mengumpulkan satu miliar dolar.
"Sama seperti tubuh manusia yang tidak berevolusi untuk menghadapi akses ke lemak dan gula yang melimpah, dan akan mendambakan burger keju padahal seharusnya tidak, pikiran manusia, tampaknya, tidak berevolusi untuk menangani kelebihan uang, dan akan menginginkan lebih lama setelah kekayaan menjadi beban daripada kenyamanan," tulis laporan Atlantik.
Profesor di Sekolah Manajemen Anderson UCLA dan Fakultas Kedokteran David Geffen, Daniel Benjamin menyebutkan bahwa tidak ada satu pun "gen kekayaan"
Membuat ide atau berpikir "di luar kotak" untuk suatu inovasi dapat membantu seseorang mengambil peluang menjadi kaya.
Advertisement