Bola Ganjil: James Rodriguez si Kutu Loncat, Gonta-ganti Klub di 10 Negara Berbeda

Bola Ganjil sudah menceritakan beberapa kisah kutu loncat di lapangan hijau. Namun, musim panas ini, James Rodriguez memberi makna baru terhadap definisi tersebut. Pemain berkebangsaan Kolombia itu tidak hanya pindah klub, tapi juga menyeberang negara seiring keputusannya berganti seragam.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 02 Agu 2023, 11:16 WIB
James Rodriguez dikerubungi suporter Sao Paulo. (AFP/Miguel Schincariol)

Liputan6.com, Jakarta - Bola Ganjil sudah menceritakan beberapa kisah kutu loncat di lapangan hijau. Namun, musim panas ini, James Rodriguez memberi makna baru terhadap definisi tersebut.

Pemain berkebangsaan Kolombia itu tidak hanya pindah klub, tapi juga menyeberang negara seiring keputusannya berganti seragam. Dia tercatat sudah 10 kali melakukannya.

Rodriguez muda mengawali karier di Envigado tahun 2006. Pada klub negara asalnya ini, dia mulai memperlihatkan kemampuannya sebagai gelandang serang menjanjikan.

Talentanya menarik minat Banfield yang berkompetisi di Argentina dua tahun berselang. Di sana Rodriguez terus membangun reputasi dengan permainan mumpuni.

Klub-klub Eropa mulai melirik. Adalah FC Porto dari Portugal yang sukses meminangnya tahun 2010. Di sinilah Rodriguez memperlihatkan kehebatannya. Kepiawaiannya sebagai motor serangan berbuah tiga gelar liga beruntun.

Dengan nama makin mentereng, Rodriguez membuat kejutan pada pilihan berikutnya. Tanpa bermaksud merendahkan, dia justru pindah ke AS Monaco di Prancis.

Terlepas itu, Rodriguez tetap bermain baik dengan membuat 10 gol dalam 38 pertandingan di seluruh kompetisi. Apalagi sosok kelahiran 12 Juli 1991 ini melanjutkan performa apik di panggung terbesar sepak bola.

Pada Piala Dunia 2014 di Brasil, Rodriguez keluar sebagai top skor turnamen serta masuk tim terbaik kompetisi. Raksasa Spanyol Real Madrid pun tergoda dan merekrutnya.

Awalnya Rodriguez jadi bagian penting tim. Namun, perlahan perannya berkurang hingga akhirnya dianggap surplus. Rodriguez kemudian dipinjamkan dua musim ke Bayern Munchen dari Jerman.

Ketika kontraknya di Real Madrid habis pada 2020, dia diboyong klub Inggris Everton. Namun, pemain kelahiran Cucuta ini cuma semusim di sana.

Dia pergi ke Qatar demi membela Al Rayyan. Kembali Rodriguez hanya bertahan sebentar dan pergi ke Olympiakos dari Yunani sebelum hijrah ke klub Brasil Sao Paulo musim panas ini.

Rodriguez tiba di Sao Paulo dengan status bebas transfer. Dia meneken kontrak dua tahun bersama El Tricolor. Sebelum menerima tawaran Sao Paulo, Rodriguez dikabarkan juga diminati klub Major League Soccer milik Amerika Serikat.


Bela Klub di 4 Divisi Berbeda

BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Nama paling mencolok dari para kutu loncat di lapangan hijau adalah Sebastian Abreu. Eks striker Uruguay tersebut pernah membela 31 klub di 11 negara sepanjang kariernya. Dengan karier selama 26 tahun, Abreu terhitung berganti seragam semusim sekali. Meski begitu, ada satu catatan yang lepas dari tangannya.

Eric Nixon hanya membela 17 klub, hanya setengah lebih dari torehan Abreu. Namun, dia menorehkan sejarah unik pada 1986/1987.

Ketika itu Nixon membela klub di empat kasta sistem sepak bola Inggris. Seperti ini ceritanya.

Nixon membela Curzon Ashton pada era amatir sebelum menjalani seleksi di Manchester City pada 1983. Dia tampil menyakinkan sebagai penjaga gawang dan dikontrak hingga 1988.

Namun, Nixon gagal mengamankan posisi starter di Maine Road. Pada Agustus 1986, dia dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers yang saat itu berkutat di Divisi IV. Nixon tampil di 16 pertandingan liga bersama Wolves.

November tahun yang sama, Nixon dititipkan ke Bradford City yang berkompetisi di Divisi II. Dia bermain di tiga partai.

Sebulan kemudian, Nixon dipinjam Southampton yang membutuhkan pengganti Peter Shilton yang tengah cedera. The Saints kala itu berada di Divisi I dengan Nixon melakoni empat laga.

Pada bulan berikutnya dia kembali menjalani masa pinjaman, kali ini di Divisi III bersama Carlisle United. Di sana Nixon bermain 16 kali. Dia menghabiskan sisa 1986/1987 kembali bersama Manchester City, yang berada di Divisi I, dan beraksi di lima pertandingan.

Capaian Nixon disamai Tony Cottee pada pergantian abad. Dia mengawali musim 2000/2001 bersama Leicester City di Divisi Utama.

Cottee kemudian dipinjamkan ke Norwich City (Divisi I) sebelum menerima tawaran sebagai pelaih-pemain di Barnet (Divisi III). Dia lalu menutup musim bersama Millwall (Divisi II).

"Saya tidak tahu apakah ini rekor bagus atau tidak. Saat memulai musim di level tertinggi, saya tidak berharap mengakhirinya di Divisi II. Meski, saya menikmati setiap pengalaman," ungkap Cottee dilansir BBC.


Kutu Loncat di London Bernama Clive Allen

bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Clive Allen juga masuk kategori kutu loncat meski perjalanannya lebih unik. Pasalnya, dia hanya berganti-ganti seragam di satu kota. Allen tercatat mengibarkan panji tujuh klub berbasis London.

Allen mengawali karier bersama Queens Park Rangers (QPR) pada 1978. Dia bermain dua musim di Loftus Road.

Ketajamannya di depan gawang lawan juga membawanya ke Crystal Palace (1980-1981) dan Arsenal (1980) sebelum kembali membela QPR (1981-1984).

Selanjutnya Allen memperkuat Tottenham Hotspur (1984-1988), Chelsea (1991-1992), West Ham United (1992-1994), dan Millwall (1994-1995).

Reputasi Allen terangkat bersama Tottenham. Pada 1986/1987 dia membuat 33 gol di Liga Inggris atau 49 kali merobek gawang lawan di seluruh kompetisi. Torehan tersebut berbuah gelar individu pemain terbaik versi asosiasi pesepak bola serta jurnalis sepak bola Inggris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya