Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menyindir partai-partai di Koalisi Perubahan yang belum terkonsolidasi mendukung bakal calon presiden untuk Pemilu 2024, Anies Baswedan.
Menurut dia, salah satunya ketika Anies ke daerah, tak ada partai lain selain NasDem menyambut kehadirannya.
Advertisement
"Ketika NasDem membawa Anies ke daerah, sampai di daerah disambut sama NasDem, itu bukan tim koalisi namanya. Itu tim partai," tegas Ali dalam keterangannya, Selasa (1/8/2023).
Dia berharap, setiap Anies ke daerah didampingi oleh tim Koalisi Perubahan, yaitu PKS dan Demokrat.
"Yang kita mau, Anies dalam setiap perjalanannya didampingi tim koalisi dan diterima di daerah oleh tiga kader partai politik," tegas Ali.
Karena itu, Anies diharapkan maju satu langkah dalam memimpin Koalisi Perubahan. Dia diminta untuk membentuk tim pemenangan dan mulai sosialisasi ke masyarakat bersama tim koalisi.
"Anies harus segera membentuk tim pemenangan dan memulai sosialisasi ke masyarakat," ujar Ali.
Jusuf Kalla Komentari Elektabilitas Anies Baswedan
Diberitakan, Mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) menanggapi sejumlah survei yang menempatkan bakal calon presiden Anies Baswedan di posisi paling rendah ketimbang calon presiden lainnya.
Menurut JK, bisa saja Anies sama dengan Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang juga memiliki elektabilitas rendah namun justru terpilih sebagai presiden.
"Trump juga rendah sekali menurut peneliti. Trump terpilih, banyak hal begitu. Artinya bahwa itu tentu ada pengaruhnya. Pilihan 1.200 orang pada pemilih 205 juta. Tidak nggambarkan itu. Ada caranya. Saya kira juga pasti tidak terlalu akurat, itu trendnya saja," kata JK usai kegiatan seminar Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia yang digelar Puskapol UI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (31/7/2023).
JK juga mengingatkan kembali bahwa saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu Anies Baswedan juga memiliki elektabilitas rendah, namun terpilih menjadi gubernur.
"Di DKI juga Anies rendah nomor 3, tapi dia terpilih. Itu lebih kecil, kurang lebih 7 juta pemilih. Diwakili 1.200 itu kan lebih dekat. Apalagi 1.200 di survei dengan pemilih 205 juta, itu tidak mudah," ujarnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com
Advertisement