Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan kenaikan pendapatan sebesar 58,85 persen menjadi Rp USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 21,1 triliun (kurs Rp 15.120 per USD). Adapun pada paruh pertama tahun lalu perseroan membukukan pendapatan USD 878,7 juta.
Meski pendapatan naik, tetapi Garuda Indonesia masih merugi. Melansir laporan keuangan Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (1/8/2023), pendapatan perseroan pada paruh pertama tahun ini berasal dari penerbangan berjadwal yang tercatat sebesar USD 1,1 miliar atau naik 62,70 persen yoy.
Advertisement
Kemudian pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal naik 62,68 persen yoy menjadi USD 142,5 juta. Sisanya merupakan pendapatan lainnya mengalami peningkatan 32,98 persen yoy menjadi USD 151,4 juta.
Pada periode ini, perseroan membukukan beban operasional penerbangan sebesar USD 729,5 juta, beban pemeliharaan dan perbaikan USD 159,5 juta, beban umum dan administrasi USD 86,74 juta.
Kemudian beban bandara USD 97,16 juta, beban tiket, penjualan dan promosi USD 97,7 juta, serta beban pelayanan penumpang USD 80,4 juta.
Selain itu, perseroan mencatatkan beban operasional hotal sebesar USD 9,57 juta, beban operasional transportasi USD 5,76 juta, dan beban operasional jaringan USD 2,04 juta.
Pada paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan kerugian atas selisih kurs senilai USD 22,48 juta. Perseroan juga mencatatkan pendapatan lain-lain sebesar USD 2,3 juta, bagian atas hasil bersih entitas asosiasi USD 1,32 juta, pendapatan keuangan USD 4,63 juta, beban keuangan USD 222,77 juta, dan manfaat pajak USD 33,19 juta.
Masih Rugi
Dari rincian tersebut, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 76,5 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun.
Kondisi itu berbalik dibandingkan peruh pertama tahun lalu, di mana perseroan masih mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai USD 3,76 miliar.
Aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 naik tipis menjadi USD 6,28 miliar dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar USD 6,35 miliar.
Liabilitas naik menjadi USD 7,89 miliar dari USD 7,77 miliar pada akhir tahun lalu. Sedangkan ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 tercatat sebesar USD (1,6 miliar), atau berubah dari USD (1,54 miliar) pada akhir tahun lalu.
Advertisement
Garuda Indonesia Jajal Avtur Campur Minyak Kelapa Sawit untuk Mesin Pesawat
Garuda Indonesia menjajaki penggunaan energi terbarukan bioavtur J2.4, yang merupakan bagian dari pengembangan konsep Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Uji coba penggunaan bioavtur tersebut telah dimulai pada Rabu (26/7/2023) melalui uji statis pada mesin pesawat CFM56-7B yang digunakan pada armada B737-800 NG Garuda Indonesia. Kemudian akan dilanjutkan dengan rangkaian uji lanjutan lainnya berupa uji coba ground test dan flight test.
Bersama dengan Pertamina, Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian ESDM, Garuda Indonesia telah menyelesaikan tahap awal uji coba bahan bakar terbarukan tersebut. Melalui uji statis dengan melihat respon mesin pesawat terhadap penggunaan material bioavtur.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan, penjajakan penggunaan bioavtur ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dalam mendukung berbagai inisiatif dekarbonisasi.
"Kami menyadari bahwa sebagai bagian dari ekosistem industri penerbangan, Garuda Indonesia tidak dapat terlepas dari emisi yang dihasilkan dari lini operasional kami," ujar Irfan dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2023).
"Untuk itu, inisiasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal kami untuk mendukung ekonomi hijau yang berkelanjutan. Sekaligus menjadi pionir sebagai maskapai komersial pertama di Indonesia yang melaksanakan uji coba energi terbarukan, khususnya bioavtur," paparnya.
Minyak Kelapa Sawit
Adapun Bioavtur J2.4 merupakan bahan bakar yang terdiri dari komponen minyak inti kelapa sawit (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) sebanyak 2,4 persen. Produk ini merupakan hasil pengembangan dari Pertamina Group dan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Irfan melanjutkan, Garuda Indonesia juga telah melaksanakan berbagai aktivitas korporasi yang berorientasi terhadap konservasi energi maupun lingkungan hidup dalam lini operasional penerbangan.
"Kiranya inisiatif Garuda Indonesia dalam hal uji coba penggunaan SAF ini tidak hanya menjadi langkah awal yang akan mengoptimalkan upaya pembangunan ekosistem bisnis berkelanjutan, khususnya pada industri penerbangan. Namun juga diharapkan dapat mendorong pengembangan energi terbarukan karya anak bangsa," tuturnya.
Advertisement