Liputan6.com, Jakarta Perusahaan intelijen bisnis MicroStrategy, salah satu pemegang institusional Bitcoin terbesar di AS, melaporkan biaya penurunan nilai sebesar USD 24,1 juta pada kepemilikan crypto. Meski masih pada jalur meraih profitabilitas.
MicroStrategy mengatakan dalam laporan pendapatan kuartal kedua 2023 bahwa mereka membeli lebih banyak Bitcoin di bulan Juli.
Advertisement
Perusahaan terbesar yang diperdagangkan secara publik dengan Bitcoin di neraca sekarang mengatakan memiliki 152.800 koin bernilai sekitar USD 4,4 miliar.
Melansir yahoo finance, Rabu (2/8/2023), biaya penurunan nilai mengacu pada hilangnya nilai aset dalam hal ini, aset digital yang dipegang oleh perusahaan. Harga Bitcoin saat ini turun dibandingkan dengan harga rata-rata yang awalnya dibayarkan perusahaan perangkat lunak per koin, yang mengakibatkan kerugian.
Namun, perusahaan berhasil meraih laba bersih USD 22,2 juta di kuartal kedua tahun ini, dibandingkan dengan kerugian hampir USD 1,1 miliar selama periode yang sama pada 2022.
Pada kuartal yang sama tahun lalu, MicroStrategy telah membukukan biaya penurunan nilai pada kepemilikan Bitcoin hampir USD 1 miliar.
Dalam laporan pendapatan terbaru perusahaan, Chief Financial Officer MicroStrategy Andrew Kang mengatakan perusahaan terus membeli aset "dengan latar belakang yang menjanjikan dari meningkatnya minat institusional, kemajuan transparansi akuntansi, dan kejelasan peraturan yang sedang berlangsung untuk Bitcoin."
Pendiri dan ketuanya Michael Saylor mulai membeli cryptocurrency pada Agustus 2020. Dia mengklaim bahwa aset tersebut merupakan lindung nilai yang baik terhadap inflasi dan akan mendapatkan pengembalian terbaik bagi pemegang saham.
Sejauh ini, ]saham MicroStrategy—MSTR di Nasdaq—naik 197% sejak pembelian Bitcoin pertama. Harga cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar juga telah meningkat 156% sejak saat itu, dari USD 11.398 per koin menjadi USD 29.238 hari ini.