Liputan6.com, Jakarta Langit malam di awal Agustus 2023 dihiasi dengan kemunculan fenomena supermoon. Fenomena ini kerap dikaitkan dengan berbagai mitos dan hal mistis.
Mulai dari supermoon bisa memicu gangguan jiwa, merusak sendi janin, hingga dianggap sebagai tanda kiamat.
Advertisement
Padahal, Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), supermoon adalah fenomena astronomi alami yang terjadi sejak dulu. Supermoon atau yang dikenal pula dengan purnama perige merupakan waktu terdekat antara bulan dengan Bumi.
“Purnama perige terjadi ketika bulan berada pada posisi terdekat dari Bumi yang bertepatan pada fase bulan purnama. Jarak Bumi – bulan saat purnama perige 2 Agustus 2023 adalah 357.530 km. Sebagai perbandingan, jarak Bumi – bulan saat purnama apoge 6 Februari 2023 adalah 405.830 km,” mengutip Instagram BMKG, Rabu (2/8/2023).
Ketika fenomena supermoon terjadi, Bulan akan terlihat lebih besar 14 persen dan lebih terang sekitar 30 persen dari ukuran saat purnama biasa (purnama apoge).
Ketimbang memikirkan mitos-mitos yang beredar tanpa ada pembuktian ilmiah, sebagian orang terutama para penikmat dan pengamat benda ruang angkasa lebih memilih untuk menikmati fenomena ini.
Di Agustus ini, fenomena supermoon akan terjadi dua kali. Bahkan, puncaknya akan terlihat seperti bulan biru yang cukup langka.
Supermoon Kedua di Akhir Agustus Akan Lebih Indah
Tadi malam, tepatnya Selasa 1 Agustus 2023 orang-orang melihat Supermoon dan mengabadikannya di media sosial masing-masing. Pada posisi ini, bulan purnama terbit di tenggara dari jarak hanya 222.159 mil (357.530 km).
Supermoon juga akan terlihat pada malam Rabu 30 Agustus 2023, pada jarak 222.043 mil (357.344km) dan akan terlihat seperti bulan biru yang cukup langka, dikutip dari laman News Sky, Rabu (2/8/2023).
"Malam musim panas yang hangat adalah waktu yang ideal untuk melihat bulan purnama terbit di langit timur dalam beberapa menit setelah matahari terbenam, dan itu terjadi dua kali pada Agustus," kata pensiunan astrofisikawan NASA Fred Espenak, yang dijuluki Mr Eclipse.
Advertisement
Terlihat Jelas Jika Menggunakan Teropong
Fenomena ini akan terlihat jelas jika menggunakan alat khusus seperti teropong. Orang-orang yang menggunakan teropong atau teleskop bahkan dapat melihat fitur seperti lunar maria -- dataran gelap yang dibentuk oleh aliran lahar vulkanik kuno -- dan sinar yang memancar dari kawah bulan, kata Espenak.
"Selama tidak terlalu banyak awan, bulan purnama akan menjadi bola putih yang jelas di langit," kata Royal Museums Greenwich.
"Ini adalah kesempatan bagus untuk menggunakan teleskop atau teropong untuk melihat detail permukaan bulan."
Dengan kata lain, fenomena supermoon menjadi momen yang sulit dilewatkan oleh para pencinta benda langit.
Sayangnya, beberapa pengamat langit di Singapura merasa kecewa saat mereka berjuang untuk melihat bulan dengan jelas pada Selasa malam yang mendung.
“Bulan muncul sebentar dan kemudian bersembunyi. Itu keluar sepenuhnya di tempat terbuka hanya setelah pukul 19.30,” kata pengamat benda langit Mervyn Soon, yang sengaja berkemah di blok Dewan Perumahan Pasir Ris, Singapura untuk melihat dan memotret supermoon seperti mengutip The Straitstimes.
Akan Muncul Lagi pada September
Supermoon dapat terlihat di berbagai negara. Di Australia, supermoon berikutnya akan terjadi pada 31 Agustus.
Seperti disampaikan sebelumnya, supermoon kedua akan digolongkan sebagai bulan biru. Fenomena bulan biru atau blue moon ini terjadi setiap dua atau tiga tahun.
Tidak seperti namanya, fenomena bulan tidak benar-benar tampak berwarna biru.
Setelah supermoon kedua, supermoon terakhir tahun 2023 akan terlihat di Australia pada 29 September, seperti mengutip ABC.
Advertisement