Liputan6.com, Beijing - Badan cuaca menyebut bahwa hujan deras yang melanda ibu kota China, Beijing, dalam beberapa hari terakhir merupakan yang paling deras sejak pencatatan dimulai 140 tahun lalu.
"(Jumlah) curah hujan maksimum yang tercatat selama badai ini, yaitu 744,8 mm, terjadi di Waduk Wangjiayuan di Changping," kata Badan Meteorologi Beijing, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (2/8/2023).
Advertisement
Hujan deras mulai mengguyur ibu kota dan sekitarnya pada Sabtu (29/7), dengan curah hujan rata-rata bulan Juli terjadi di Beijing hanya dalam waktu 40 jam.
Hujan yang terjadi merupakan dampak dari Topan Doksuri, yang mendarat di wilayah utara China usai menghantam Provinsi Fujian pekan lalu dan Filipina.
Berdasarkan laporan pemerintah pada Selasa (1/8), hujan deras yang memicu banjir parah di sekitar Beijing, menewaskan sedikitnya 20 orang dan menyebabkan 27 lainnya hilang.
Air berlumpur menghanyutkan mobil-mobil di Distrik Mentougou di tepi barat Beijing.
"Mobil-mobil yang diparkir di jalan hanyut dan tersapu," ungkap warga bernama Liu Shuanbao.
"Beberapa mobil yang diparkir di belakang gedung apartemen saya menghilang hanya dalam satu menit."
Sementara itu, dilaporkan ada ada sembilan orang tewas dan enam orang yang hilang di Provinsi Hebei.
Presiden Xi Jinping turut memerintahkan agar segala upaya dilakukan untuk menyelamatkan korban yang terdampak hujan deras dan banjir.
Cuaca Ekstrem Parah
Beijing biasanya mengalami Musim Panas yang kering, namun berbeda dengan tahun ini. Sementara China selatan mengalami banjir yang luar biasa parah, bagian lain negara itu menderita kekeringan.
China telah mengalami cuaca ekstrem dan mencatat rekor suhu pada Musim Panas ini, peristiwa yang menurut para ilmuwan diperburuk oleh perubahan iklim.
Di saat masih berhadapan dengan Topan Doksuri, negara itu juga tengah mewaspadai Topan Khanun, badai keenam tahun ini yang tengah mendekati pantai timur China.
Advertisement