Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo ikut buka suara mengenai adanya dugaan desain rel jembatan panjang (longspan) LRT Jabodebek tak sesuai. Dia menyebut kalau kesalahan dalam proyek LRT Jabodebek yang merupakan garapan pertama kali itu satu hal wajar.
Dugaan salah desain longspan merujuk pada longspan Gatot Subroto - Kuningan. Dugaan kesalahannya disebut ada pada lebar lintasan yang membuat laju LRT Jabodebek mengurangi kecepatannya.
Advertisement
Jokowi mengatakan, proyek LRT Jabodebek adalah proyek yang pertama kali digarap oleh Indonesia, sama halnya dengan MRT dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
"Tadi kan sudah saya sampaikan, ini LRT yang pertama kali dikerjakan sehingga kalau ada koreksi akan kami perbaiki, tetapi jangan senang mencari-cari kesalahan karena kesalahan pasti ada karena baru pertama kali," kata dia usai menjajal LRT Jabodebek, di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Garapan BUMN
Jokowi lantas menyebut, kalau proyek LRT Jabodebek sendiri digarap oleh banyak BUMN. Diantaranya, unit kereta LRT yang digarap INKA, hingga konstruksi yang digarap Adhi Karya dan lainnya.
"Dan ini adalah produksi INKA, konstruksinya dikerjakan oleh kita sendiri sehingga kalau ada kurang-kurang harus dimaklumi, tetapi harus tetap diperbaiki," ungkapnya.
Dia membantah dugaan kurang tepatnya konstruksi merujuk pada tak adanya persiapan pembangunan. Namun, Kepala Negara menyebut kalau penyesuaian dalam pelaksanaan proyek jadi satu hal yang wajar terjadi. Artinya, ini merujuk juga pada adanya kesalahan yang terjadi.
"Enggak lah, semua direncanakan, semua kami hitung tetapi di lapangan, tetapi ada penyesuaian, ada adjustment, ada penyesuaian, saya kira biasa," jelas Jokowi.
Belum Sempurna
Pada kesempatan ini, Jokowi menyoroti kalau setiap kesalahan dalam pelaksanaan proyek merupakan hal yang wajar. Apalagi, sebagai proyek-proyek besar yang digarao pertama kali.
"Sekali lagi harus kita ingat, MRT baru pertama kali di Indonesia, LRT baru pertama kali, Kereta Cepat juga baru pertama kali di Indonesia sehingga apabila ada kekurangan, ada yang perlu dikoreksi sehingga itu wajar," jatanya.
"Jangan mengharapkan semuanya langsung sempurna, karena pasti ada perbaikan-perbaikan sistem, perbaikan teknis, dan yang lainnya," sambung Joko Widodo.
Longspan Gatsu-Kuningan
Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko mencatat, ada proses pengerjaan longspan dari jalur LRT Jabodebek yang dinilai jadi satu masalah. Tiko menduga ada salah desain di posisi ini.
"Ini contohnya, kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan, itu kan ada jembatan besar tuh, itu sebenernya salah desain, karena dulu Adhi udah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up," paparnya beberapa waktu lalu.
"Karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau gak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelaan banget," tambah Tiko.
Advertisement
Pernah Jadi Project Impossible
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada sejumlah catatan dalam proyek LRT Jabodebek yang bakal diresmikan Agustus 2023 ini. Proyek LRT Jabodebek digadang jadi bagian integrasi transportasi umum di Ibu Kota.
Pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan, awalnya ini jadi proyek yang dinilai tak mungkin. Mengingat, LRT Jabodebek menjalankan kereta api tanpa masinis.
"Ini menarik juga, salah satu project yang impossible mission juga ini dulu. Ada project namanya LRT Jabodebek nanti 28 Agustus Commercial Operation Date (COD)," kata dia dalam InJourney Talks, Selasa (1/8/2023).
"Ini project juga salah kedaden juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa? Jadi dulu itu dengan berbagai macam teori, bikin lah ini program kereta tanpa masinis," imbuhnya.
Dia mengungkap ada sejumlah komponen dalam proyek ini. Diantaranya, prasarananya yang digarap Adhi Karya. Lalu, pembuatan kereta yang digarap INKA. Kemudian, software developer yang digarap oleh Siemens, sistem persinyalan yang digarap LEN, serta konektivitas yang digarap Indosat.
"Nah proyek ini enggak ada integratornya, jadi enggak ada sistem integretor. Di semua project besar itu ada sistem integretor, ini ga ada. Jadi semua komponen project itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ungkapnya.
Ketika Tiko turut mengawasi proyek ini, pihaknya langsung membentuk project management officer (PMO). Tujuannya untuk memastikan adanya integrator.