Liputan6.com, Jakarta Kehadiran ruang laktasi kantor yang nyaman tentu jadi idaman para karyawan perempuan untuk melakukan pompa ASI (Air Susu Ibu). Termasuk perlu juga di dalam ruang laktasi tersedia wastafel dan lemari es.
Lemari es di ruang laktasi dibutuhkan untuk menyimpan ASI yang diperah. Lalu, wastafel selain untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memompa ASI juga untuk mencuci peralatan memompa ASI. Hal ini seperti disampaikan dokter konselor Fitra Sukrita Irsal di Pekan Menyusui Sedunia 2023.
Advertisement
Kehadiran wastafel dan lemari es ini perlu disediakan oleh perusahaan berskala besar dan punya karyawan relatif banyak. Sementara itu, pada perusahaan kecil, bisa disesuaikan dengan kemampuan.
"Perusahaan berbeda-beda, ada yang skala kecil, besar, itu disesuaikan apakah berupa ruang menyusui secara khusus," kata Fitra.
Pada perusahaan kecil maka disesuaikan dengan kemampuan. Misalnya ruang laktasi yang ada berada di sudut, tertutup dan privat untuk digunakan sebagai tempat ibu menyusui atau memerah ASI seperti mengutip Antara.
Standar Ruang Laktasi
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 menyebutkan standar ruang laktasi antara lain ruangan khusus dengan ukuran minimal 3x4 meter dan atau disesuaikan dengan jumlah karyawan perempuan yang sedang menyusui.
Lalu, ada pintu yang dapat dikunci dan mudah dibuka dan tutup, lantai bisa keramik, semen atau karpet.
Ruang Laktasi Punya Ventilasi yang Baik
Kemudian, memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup, bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk polusi, penerangan ruangan yang cukup dan tersedia wasfafel dengan air mengalir untuk mencuci tangan dan peralatan.
Peralatan ruang laktasi di tempat kerja sekurang-kurangnya terdiri atas peralatan menyimpan ASI dan peralatan pendukung lainnya sesuai standar.
Lebih rinci mengenai peralatan di ruang laktasi, selain lemari pendingin, setidaknya diperlukan juga gel pendingin, tas untuk membawa ASI perahan dan sterilizer botol ASI.
"Memang sebaiknya setiap perusahaan menyediakan tempat untuk menyusui atau memompa ASI, sesuai dengan kemampuannya masing-masing," kata Fitra.
Advertisement
Dukungan Perusahaan dan Rekan Kerja
Fitra berpendapat, sejak hamil, para karyawan perempuan perlu mempersiapkan diri dengan matang. Bukan hanya tentang kehamilan dan persalinan, tetapi juga perlu berdiskusi dengan rekan kerja serta atasan tentang rencana bakal menyusui dan pemberian ASI ke anak.
Sehingga, nanti setelah masuk kerja usai melahirkan akan minta waktu untuk memompa ASI.
"Semakin cepat bangun diskusi dengan atasan atau rekan kerja, mungkin akan semakin mereka lebih menyiapkan fasilitas untuk membantu ibu," katanya.
Fitra menambahkan, karyawan perempuan yang mendapat dukungan menyusui dari kantornya sehingga mampu menyusui bayinya akan memberikan manfaat bagi perusahaan.
Manfaat ini yakni jarang absen akibat bayi sakit sehingga biaya untuk perawatan dari perusahaan akan berkurang dan karyawan akan lebih loyal pada perusahaan.