Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) masih belum mengakui Taliban sebagai penguasa sah Afghanistan dan mempertahankan sanksi terhadap para pemimpin kelompok itu.
Namun, AS juga terus menolak seruan beberapa mantan sekutu di Afghanistan untuk membantu menggulingkan rezim ekstremis itu, dikutip VOA Indonesia, Jumat (3/8/2023).
Advertisement
Pekan lalu, Abdul Rashid Dostum, mantan Wakil Presiden Afghanistan yang mendukung Pasukan Khusus AS dalam menggulingkan Taliban pada 2001, mengklaim dia akan mampu mengumpulkan cukup pasukan untuk menggulingkan Taliban lagi, jika saja AS mendukungnya.
Sedikitnya dua mantan jenderal Afghanistan lainnya, yaitu Sami Sadat dan Khoshal Sadat, telah menghabiskan beberapa bulan di AS untuk mencari dukungan dari para veteran, anggota kongres, dan kelompok-kelompok lain untuk potensi perang melawan Taliban.
Namun, tanggapan pemerintah AS sangat tegas.
“Amerika Serikat tidak ingin melihat kembalinya kekerasan di Afghanistan, dan kami tidak mendukung oposisi bersenjata terhadap Taliban,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, yang berbicara mengenai latar belakang penolakan itu.
Penolakan dukungan itu disampaikan berikut saran bagi kelompok-kelompok Afghanistan yang ingin mengalahkan Taliban secara militer.
“Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan terlibat pembicaraan. Inilah satu-satunya cara agar Afghanistan dapat menghadapi banyak tantangannya,” kata juru bicara itu kepada VOA.
Penarikan Pasukan Amerika Serikat
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan mereka mengetahui mantan pejabat Afghanistan mengunjungi AS dan mengadvokasi perlawanan bersenjata terhadap Taliban, tetapi mereka tidak dapat menghentikannya karena Konstitusi AS menjamin kebebasan berekspresi untuk semua orang di dalam negeri.
Penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021 tidak meninggalkan dukungan militer bagi mantan sekutu-sekutu AS di negara itu dan mengecewakan mereka yang menentang Taliban.
Advertisement