Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan Bakal Calon Presiden (Capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Jajaran DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kini tengah menjadi sorotan. Pertemuan ini memang terbilang menarik karena sebelumnya PSI telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024.
Selain itu, sikap PSI kali ini juga sungguh berbeda dengan masa lalu. Sejak Pemilu 2019, PSI salah satu partai yang paling rajin dan keras mengkritik Gerindra dan Prabowo.
Advertisement
Bahkan, PSI pernah memberikan sebuah 'penghargaan' kepada Prabowo dan pasangannya Sandiaga Uno ketika berkontestasi di Pilpres 2019. Penghargaan itu dinamai 'Kebohongan Award Awal 2019'.
Namun, seiring berjalannya waktu lontaran kritik PSI tersebut kini sepertinya mulai berubah haluan menjadi sebuah pujian. Hal itu sebagaimana terlihat dari kemesraan pertemuan Prabowo dengan jajaran elite PSI di Kantor DPP PSI, Jakarta, pada Rabu 2 Agustus 2023 kemarin.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo mendapatkan sambutan hangat oleh jajaran elite PSI, bahkan Prabowo sendiri dihadiahkan sebuah foto bergambar Presiden Joko Widodo dan dirinya yang tengah berpelukan dengan tulisan 'Indonesia Solid'. Foto tersebut merupakan momen Jokowi dan Prabowo berpelukan bersama pesilat Yudani Kusumah Hanifan ketika Asian Games 2018.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie mengatakan, foto tersebut mendapatkan inspirasi bahwa pemilu yang membuat sangat terpolarisasi kini akhirnya bisa bersatu.
"Lukisan itu inspirasinya dari bagaimana kita melihat pemilu yang lalu sangat terpolarisasi, tapi akhirnya bisa berakhir dengan sangat baik," kata Grace.
"Pak Jokowi sebagai pemenang pemilu mau membuka diri, Pak Prabowo yang belum menang di pemilu yang lalu tetapi mau merendahkan dirinya masuk ke dalam kabinet Pak Jokowi untuk kebaikan Indonesia," jelasnya.
Sementara itu Prabowo menuturkan, pertemuannya dengan PSI cukup hangat. Ia merasa pertemuan sore itu sangat mesra. "Mesra, mesra," kata Prabowo.
Prabowo pun mengajak PSI untuk berkoalisi di Pemilu 2024. Tetapi, PSI masih menunggu arahan Presiden Joko Widodo. Meski diakui PSI ada tanda-tanda untuk merapat mendukung Prabowo sebagai calon presiden.
"Jadi perbincangannya hangat, serius tapi santai, saling berbagi visi, dan ada kesamaan yang saya temukan dari PSI dan Pak Prabowo," kata Grace.
Selain itu, Grace merasa dirinya sangat terharu dengan kehadiran Prabowo di Kantornya. Sebab, Prabowo yang merupakan ketua umum partai besar sekaligus Menteri Pertahanan (Menhan) bersedia hadir langsung ke kantor PSI yang merupakan partai nonparlemen.
"Jadi hari ini kami keluarga besar PSI sangat berterima kasih, sangat senang sekali. Kami hari ini kedatangan tamu kehormatan, seorang Menhan, seorang capres yang disebut-sebut oleh sejumlah lembaga survei sebagai front runner capres 2024. Berkenan hadir mengunjungi kantor kecil PSI, sebuah partai yang belum sampai di parlemen pada pemilu lalu, suara PSI baru 1.89 persen," ujar Grace usai pertemuan dengan Prabowo Subianto.
Namun terlepas dari kemesraan Prabowo dengan PSI tersebut, tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana sikap PSI di Pemilu 2024 yang sebelumnya telah mendeklarasikan dukungan terhadap bakal calon presiden (Capres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Apakah Pertemuan dengan Prabowo menjadi sinyal berpalingnya PSI dari Ganjar?
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komaruddin mengungkapkan, pertemuan Prabowo Subianto dengan Elite PSI menjadi suatu hal yang realistis setelah dukungan PSI terhadap Capres PDIP Ganjar Pranowo bertepuk sebelah tangan.
"Saya melihatnya sesuatu yang realistis bagi PSI, karena dukungannya ke Ganjar Pranowo saat ini terbilang seperti bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan PSI ini bisa menjadi tanda untuk beralih mendukung Prabowo Subianto," kata Ujang kepada Liputan6.com, Kamis (3/8/2023).
Selain itu, Ujang melihat pertemuan antara Prabowo dan PSI juga bisa dimaknai sebagai bentuk kekecewaan terhadap PDIP yang selama ini tidak menganggap PSI sebagai pendukung Ganjar Pranowo. Sehingga, manuver pertemuan dengan Prabowo dijadikannya sebagai langkah alternatif karena tidak mungkin PSI untuk mendukung Anies Baswedan.
"Ya memang betul ada kekecewaan PSI yang tidak diterima menjadi bagian koalisi PDIP. Akhirnya setengah hati lalu lari dan mencari alternatif pilihan lain. Dan jatuhnya kepada Prabowo, karena kalau ke calon lain seperti Anies itu sangat tidak mungkin. Dan ini memang soal kekecewaan dan sakit hati PSI ke PDIP," ucapnya.
Lebih lanjut, Ujang berpandangan dengan semakin rekatnya Prabowo dan Jokowi kemungkinan juga menjadi salah satu faktor pendorong bagi PSI untuk turut mendekatkan dirinya dengan Ketua Umum Gerindra itu dan merasa saat ini sudah memiliki kepentingan yang sama.
"Dulu PSI dan Prabowo memang memiliki kepentingan yang berbeda karena Prabowo dianggap lawan Jokowi. Namun saat ini mungkin PSI sudah memiliki kepentingan yang sama karena Prabowo dekat dengan Jokowi," ujar Ujang.
Kendati demikian, Ujang menilai, dukungan PSI terhadap Prabowo saat ini masih terbilang fifty-fifty. Mengingat pertemuan keduanya masih pada tahap penjajakan awal dan juga keputusan PSI hari ini masih tergantung pada arah politik Jokowi nanti.
"Jadi peluang (PSI Dukung Prabowo) semuanya tentu masih dinamis dan fifty-fifty, masih perlu penjajakan-penjajakan selanjutnya dan juga bagaimana nanti sikap Jokowi," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengungkapkan, manuver PSI yang kini sedang melakukan pendekatan dengan Prabowo Subianto merupakan bentuk kegamangan politik PSI yang hingga saat ini belum pasti menentukan dukungan capres.
Adi melihat, elite dan jajaran PSI sebetulnya secara politik lebih condong kepada Ganjar Pranowo. Namun, dengan tidak dianggapnya PSI di barisan ganjar, maka PSI berpeluang melabuhkan dukungannya ke Prabowo Subianto.
"PSI terlihat gamang. Karena belum fix memutuskan arah dukungan politiknya ke siapa. Dulu memang sempat dukung Ganjar, tapi dukungan PSI tak dianggap karena dinilai tak ada komunikasi politik dengan PDIP sebelumnya," ujar Adi kepada Liputan6.com, Kamis (3/8/2023).
"Namun, kalau dilihat rata-rata, elit, kader, dan konstituen PSI sebenarnya lebih ke Ganjar. Cuma karena tak dianggap, PSI potensial ke Prabowo," sambungnya.
Selain itu, Adi mengatakan, pernyataan PSI yang mengikuti arah Presiden Jokowi menegaskan sikap politik yang tak pasti, ambigu, bahkan bisa disebut sebagai sikap yang tidak jelas.
"Sebab sejauh ini sikap politik Jokowi pun dinilai masih mendua. Bahkan dalam banyak hal dikaitkan dengan dukungan politiknya ke Prabowo," ucapnya.
Namun, Adi menilai, langkah PSI mendekati Prabowo adalah hal yang wajar. Terlebih iklim politik di Indonesia memiliki karakter perubahan yang cepat, meski dulu sering mengkritik kini mungkin bisa saling sayang.
"Politik kita itu kan cepat berganti musim. Dulu lawan sekarang kawan. Dulu sering nyerang sekarang di sayang. Itu yang terjadi dengan PSI dan Gerindra," pungkasnya.
Pertemuan Prabowo dan PSI Atas Restu Jokowi?
Sedangkan Pengamat Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menduga, manuver PSI yang kini tengah mendekati Prabowo Subianto tidak terlepas dari petujuk politik Jokowi.
"Sikap dan keputusan politik PSI yang semula mendukung Ganjar dan kini cenderung mendukung Prabowo, besar kemungkinan atas sepengetahuan dan restu politik Jokowi," kata Umam kepada Liputan6.com, Kamis (3/8/2023).
Selain itu, Umam menilai, langkah politik PSI ini juga menunjukan adanya penegasan bahwa sel-sel politik Jokowi solid untuk berpindah haluan kepada Prabowo Subianto ditambah dengan merapatnya sejumlah relawan Jokowi ke Prabowo.
"Pasca merapatnya jaringan relawan Jokowi, sikap PSI ini mempertegas bahwa sel-sel politik di lingkaran Jokowi semakin solid berkumpul ke kubu Prabowo," ucapnya.
Umam mengatakan, terkonsolidasinya relawan serta sel-sel politik Jokowi kepada Prabowo menunjukkan adanya suatu perlawanan Jokowi terhadap mesin politik Ganjar Pranowo, yakni PDIP.
"Konsolidasi sel-sel pendukung Jokowi di kubu Prabowo ini semakin menunjukkan perlawanan terbuka Jokowi pada mesin politik pencapresan Ganjar yang diusung PDIP," ujar Umam.
Bahkan, Umam menyebut, adanya perubahan sikap PSI ini menjadi suatu reaksi balik atas perlakuan PDIP yang tidak menganggap PSI dalam barisan pendukung Ganjar Pranowo.
"Perubahan sikap PSI bisa jadi sebagai reaksi balik atas perlakuan PDIP kepada PSI belakangan ini. PSI merasa "tidak dianggap" oleh PDIP," kata dia.
"Nama PSI hingga saat ini tidak pernah disebut sebagai bagian dari partai-partai pendukung Ganjar," sambung Umam.
Di sisi lain, PSI juga sering dinilai "lancang" oleh PDIP karena menuver politiknya dianggap mendikte keputusan politik PDIP dalam pencapresan Ganjar. Selain itu, Umam menyebut, dalam konteks pemilih, memang ada ketumpangtindihan antara segmen pemilih PDIP dengan PSI.
"Sehingga jika mereka berada di gerbong koalisi yang sama, praktik kanibalisme elektoral bisa terjadi. Sejumlah politisi PDIP mengeluhkan keberadaan PSI menggerus basis pemilih PDIP," Umam menandasi.
Respons PDIP dan PPP
Politisi Senior PDI Perjuangan Deddy Sitorus merespons soal pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Elite Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Deddy mengaku tak masalah dengan langkah politik yang dilakukan PSI. Dia menyebut, partainya tak akan melarang apapun dukungan yang akan diberikan oleh PSI.
"Menurut saya itu hak mereka, mau dukung siapa kan tidak boleh ada yang melarang," kata Deddy, saat dihubungi, Kamis (3/8/2023).
Kendati demikian, dia meyakini jika kader PSI tak sepenuhnya sejalan untuk memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto. Dia mengaku tahu bahwa ada perpecahan di internal PSI terkait dukungan terhadap bacapres di 2024 mendatang.
Namun, dia kembali menekankan, jika persoalan tersebut merupakan ranah dari PSI. PDIP tidak akan campur tangan persoalan partai lain.
"Tapi saya yakin massa PSI tidak semua sejalan dengan sikap itu. Setahu saya ada perpecahan di internal mereka soal perubahan sikap tersebut. Tetapi apapun itu, ya itu urusan internal PSI," kata Deddy.
Deddy membantah pihanya tidak menganggap PSI. Menurutnya, PSI memang tidak pernah melakukan komunikasi dengan PDIP sejak awal hingga kini.
“Kata siapa kami tidak menganggap PSI? Bahkan kami banyak membantu mereka. Soal dukungan, kan mereka hanya bicara internal dan melalui media. Tidak pernah ada upaya komunikasi layaknya partai lain, partai lain mengutarakan niatnya lalu datang bersilaturahmi seperti PPP atau mengundang PDIP seperti Perindo. Sementara Mereka kan gak pernah berkomunikasi,” jelasnya.
Dedy mengatakan, PDIP selalu membangun hubungan baik dengan PSI. Bahkan, PSI sejak 2019 selalu dianggap sejajar dalam rekan koalisi dan juga untuk Pemilu 2024.
“PDIP selalu punya hubungan baik dengan PSI. Bahkan kami cenderung mengalah dan memperlakukan mereka sama dan sederajat dengan partai-partai besar. Silakan ditanya bagaimana PDIP menempatkan PSI setara dan seluasnya dengan yang lain,” pungkasnya.
Deddy menegaskan, PDIP bukan partai yang suka memilah-milah teman koalisi. Ia mencontohkan bagaimana PPP dan Hanura menyatakan dukungan resmi dan langsung diterima.
“Kami tidak pernah memilih-milih teman atau koalisi. Perindo mengundang PDIP untuk menyampaikan dukungan, kami datang. PPP dan PAN datang ke PDIP untuk menyampaikan dukungan, Hanura menyampaikan langsung dukungannya,” kata Deddy.
“Jadi masa kami dipersalahkan karena mereka tidak punya niat baik untuk datang atau mengundang? Ini kan main drama namanya,” sambungnya.
Sedangkan, Politisi PDI Perjuangan lainnya yakni Andreas Pareira mengaku heran dengan langkah politik PSI saat ini.
Andreas menyebut, dulu PSI sudah mendeklarasikan Ganjar sebelum PDIP mengumumkan sebagai capres, dan sekarang PSI justru pindah haluan ke Prabowo.
"Teman-teman PSI ini ketika partai-partai lain belum mengumumkan calon, mereka sudah mengumumkan Giring sebagai capres. Kemudian ketika di PDI Perjuangan belum diumumkan Ganjar, PSI malah sudah calonkan Ganjar. Dan sekarang pindah haluan lagi ke Prabowo," kata Andreas saat dihubungi, Kamis (3/8/2023).
Untuk itu, Andreas merasa, kedepan PSI kemungkinan bisa kembali menempuh langkah politik yang berubah-ubah, bahkan menjelang pilpres pun hal itu bisa mungkin terjadi.
"Kita gak tau mungkin minggu depan putar balik lagi, bulan berikutnya bisa jadi lain lagi. Nanti pada saat pilpres bisa mungkin beda lagi," pungkasnya.
Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengaku salut dengan manuver Partai Gerindra yang membuka komunikasi dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Meski PSI sebelumnya telah mengumumkan mendukung bakal calon presiden (capres) PDIP, Ganjar Pranowo.
"Kalau kemudian ternyata Gerindra bisa membuka komunikasi dengan PSI, kalau saya malah salut sama Gerindra," kata Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani pada wartawan, dikutip Kamis (3/8/2023).
Menurut Arsul, kini muncul pertanyaan alasan PSI berubah haluan, apakah karena PDIP tidak pernah meladeni PSI.
"Nah, kenapa kok kemudian berubah? Tentu yang bisa menjawab adalah PSI. Yang kedua, itu harus ditanya kepada PDI Perjuangan dong, gitu loh. Apakah selama ini tidak diajak komunikasi, atau di apa gitu ya," kata Arsul.
Meski demikian, Arsul menilai komunikasi antar partai adalah hak semua, meskipun, tidak dalam satu poros.
"Kalau menurut saya dari sesama partai politik, kita harus hormati hak itu," ucap Arsul.
Advertisement
Alasan PSI Dekati Prabowo Subianto
Adapun Ketua Dewan Pertimbangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Badaruddin Andi Picunang menyampaikan alasan partainya saat ini dekat dengan bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto.
Menurut Badaruddin, hal ini terjadi karena tidak adanya respons yang baik dari Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan ketika PSI mengeluarkan keputusan Rembuk Rakyat mendukung Ganjar sebagai calon presiden (capres).
"Yang diusulkan baik secara personal maupun secara partai, kurang respons atau gimana ya dalam perjalanannya," kata Badaruddin ketika dihubungi, Kamis (3/8/2023).
PSI meyakini sesungguhnya Ganjar tidak ada masalah dengan dukungan dari PSI. Yang menjadi masalah, kata Badaruddin, justru PDIP.
"Pak Ganjar kan pasti karena petugas partai, pasti menunggu sinyal atau penugasan dari partainya. Jadi, mungkin partainya lah. Kalau Pak Ganjar mungkin secara pribadi sih oke-oke saja," kata Badaruddin.
PSI memahami bahwa kurangnya respons dari Ganjar Pranowo karena memegang fatsun politik sebagai petugas partai dari PDIP.
Di samping itu, lanjut Badaruddin, PSI merasa tidak diterima oleh PDIP. Sebagai partai nonparlemen, PSI mengakui kurang diperhitungkan oleh PDIP.
"Partai sekelas PSI mungkin kurang diperhitungkan lah di mata teman-teman yang di Senayan, khususnya PDIP," kata Badaruddin.
"Mungkin juga sudah dianggap anak sendiri atau bagaimana, nanti di belakanganlah. Sama dengan biasa sehari-hari, kita mengutamakan orang luar, sementara orang dalam kurang perhatian. Mungkin seperti itu," tuturnya.
Meski kurang respons yang baik itu, PSI juga tidak terlalu terobsesi untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres.
Saat ini PSI mempertimbangkan untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres untuk pilpres 2024.
"Jadi kan kita juga tidak terlalu obsesi atau ambisi untuk terlalu menggebu-gebu untuk itu (dukung Ganjar)," tegas Badaruddin.
Guntur Romli Ingatkan PSI Konsisten Dukung Ganjar
Di sisi lain, Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli mengingatkan kepada Wakil Ketua Dewan PSI Grace Natalie untuk tetap konsisten, terkait sikap PSI dalam dukungannya terhadap bakal calon presiden (bacapres) di Pilpres 2024.
Guntur menegaskan, PSI sebelumnya sudah menempuh proses Rembuk Rakyat untuk mencari sosok bakal capres yang didukung di Pemilu 2024. Hasilnya, PSI sudah memutuskan untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres di pilpres 2024.
"DPP PSI harus menghormati hasil Rembuk Rakyat yang diumumkan oleh sis Grace Natalie sendiri. Rembuk Rakyat itu mandat dari rakyat, mandat dari konsituen PSI, kalau mau mengubah pilihan politik harus proses Rembuk Rakyat lagi dong," kata Guntur kepada wartawan, Kamis (3/8/2023).
Guntur menuturkan, dirinya sebagai Ketua Umum Ganjarian akan bersikap bila nanti PSI mengubah arah dukungan terkait bakal capres dan cawapres di Pilpres 2024. "Tapi saat itu pula, saya sebagai Ketua Umum Ganjarian dan para spartan akan bersikap terhadap DPP PSI," tegas Guntur.
Kendati demikian, Guntur masih meyakini PSI konsisten dengan hasil Rembuk Rakyat yang sudah diumumkan 3 Oktober 2022 lalu yang memutuskan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres. sebab, menurut dia tak ada halangan atau hambatan apapun terhadap dukungan ke Ganjar.
"Tidak ada hambatan, tentangan maupun perintah dari PSI untuk menghentikan ini semua," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menilai, pertemuan Prabowo dengan PSI kemarin hanya sebatas silaturahmi saja. Tidak ada paksaan agar mendukung Prabowo di Pilpres 2024.
"Mengenai pertemuan Prabowo di kantor PSI kemarin saya hanya menangkap pesan ini hanya silaturahmi politik biasa, Pak Prabowo pun sudah banyak berkunjung ke berbagai kantor DPP parpol lain dan tidak ada paksaan untuk harus ikut mendukung beliau di pilpres 2024 nanti," imbuh Guntur Romli.
Advertisement