Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Nur Nadlifah mengatakan, program percepatan penurunan stunting di Indonesia harus dilakukan secara konsisten dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Hal itu perlu dilakukan agar bisa menurunkan prevalensi stunting nasional sampai satu digit.
“(Angka stunting) Harus bisa satu digit, tidak boleh dua digit. Indonesia itu kepulauan, masyarakatnya luas, kalau nol persen jalannya masih jauh, tetapi kalau Tuhan sudah menghendaki, ya bisa saja," kata Nur dalam keterangan resmi di Jakarta, ditulis Kamis (3/8/2023).
Advertisement
"Intinya, kita harus bisa mencapai satu digit."
Jawa Jadi Barometer
Nur mengisahkan perjalanannya di Jawa Tengah untuk menurunkan prevalensi stunting. Menurutnya, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, menjadi barometer pembangunan serta perilaku.
Sehingga jika tiga provinsi tersebut, angka stunting masih tinggi, maka indikator keberhasilan peningkatan kualitas dan pembangunan manusia di Indonesia masih rendah.
“Jawa memang harus digempur, tentunya dengan tidak meninggalkan daerah-daerah lain. Tetapi karena Jawa jumlah penduduknya paling tinggi, penanganannya juga harus serius,” tutur Nur.
Permasalahan Stunting Harus Tuntas
Permasalahan stunting harus segera dituntaskan dan perlu kerja sama semua pihak. Terlebih lagi, penyelesaiannya tidak sederhana lantaran menyangkut pola pikir, pola asuh, dan kebiasaan masyarakat.
Saat ini, prevalensi stunting nasional sesuai data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di angka 21,6 persen. Sebelumnya, prevalensi stunting di angka 24,4 persen.
"Kalau ditanya komitmen, begitu saya dilantik di DPR RI, yang saya ambil adalah komisi IX karena di situ menangani kesehatan masyarakat, ibu dan anak, juga kependudukan yang di dalamnya ada stunting," lanjut Nur Nadlifah yang juga Politisi Fraksi PKB.
Advertisement
Program Sahabat Asuh
Komitmen Nur Nadlifah terwujud ke dalam program penurunan stunting yang ia gerakkan bersama masyarakat, seperti yang dilakukan bersama kader Fatayat dan Muslimat NU.
“Seperti dapil (daerah pemilihan) saya di Tegal, Brebes, itu teman teman Fatayat membuat Program Sahabat Asuh," imbuhnya.
"Jadi dalam program ini, para kader kesehatan mendampingi keluarga yang berpotensi stunting, baik kepada remaja sebelum menikah, yang sedang hamil, juga yang setelah lahir."
Pastikan Konsumsi Makanan Bergizi
Selain itu, kader juga mendampingi masa pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), sehingga masa eksklusif ASI selama 6 bulan bisa dilakukan ibu dengan benar dan mereka dipastikan mengonsumsi makanan bergizi untuk ASI yang berkualitas.
“Tak hanya di ASI dan MPASI, kalau kebetulan di keluarga ini ada kesulitan ekonomi, maka kader kita yang suplai makanan,” papar Nur, dikutip dari laman DPR RI.
Gerakan Sadar Gizi
Sementara itu, di Kota Brebes, Gerakan Sadar Gizi atau Gersagi menjadi salah satu inovasi yang dilakukan Nur Nadlifah bersama masyarakat untuk mengentaskan stunting.
Ia menegaskan ada banyak faktor di balik pemberian makanan yang benar karena berpengaruh terhadap pembentukan tumbuh kembang anak.
"Masyarakat harus mulai membenahi pola pikir terhadap kesehatan dan nutrisi yang benar," tutup Nur.
Advertisement