Penjualan Merosot, Kerugian Indofarma Bengkak Jadi Rp 120,35 Miliar pada Semester I 2023

PT Indofarma Tbk (INAF) mencatat penjualan turun 36,60 persen menjadi Rp 363,97 miliar pada semester I 2023.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Agu 2023, 22:02 WIB
PT Indofarma Tbk (INAF) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indofarma Tbk (INAF) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 363,97 miliar.

Penjualan itu turun 36,60 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 574,05 miliar. Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan pada semester I 2023 menjadi RP 350,36 miliar dari Rp 502,55 miliar pada semester I 2022.

Meski begitu, Indofarma hanya mampu mengantongi laba bruto Rp 13,6 miliar, turun 80,97 persen dibandingkan semester I 2022 sebesar Rp 71,5 miliar. Pada periode ini, perseroan membukukan beban penjualan Rp 52,4 miliar, beban umum dan administrasi Rp 67,83 miliar, dan keuntungan lain-lain Rp 293,06 juta.

Dari rincian itu, perseroan membukukan rugi usaha Rp 106,32 miliar, lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu di mana perseroan membukukan rugi usaha Rp 74,33 miliar. Beban keuangan pada periode ini tercatat sebesar Rp 23,82 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan membukukan manfaat pajak penghasilan senilai Rp 9,79 miliar. Dari rincian tersebut, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 120,35 miliar. Rugi itu membengkak dibandingkan semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 90,72 miliar.

Aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 1,56 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 1,53 triliun.Liabilitas naik menjadi Rp 1,6 triliun dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 1,45 triliun. Seentara ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 berubah menjadi Rp (33,99 miliar) dibandingkan ekuitas akhir tahun lalu yang masih tercatat positif Rp 86,35 miliar.

Pada penutupan perdagangan saham Kamis, 3 Agustus 2023, saham INAF naik 1,56 persen ke posisi Rp 650 per saham. Saham INAF berada di level tertinggi Rp 675 dan terendah Rp 650 per saham. Total frekuensi perdagangan 164 kali dan volume perdagangan 3.864 lot saham. Nilai transaksi Rp 251,1 juta.


Indofarma Baru Serap Belanja Modal Rp 1,7 Miliar hingga Kuartal I 2023

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 68 miliar pada 2023. Dana belanja modal tersebut berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN). 

Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan SDM Indofarma Ariesta Krisnawan menuturkan, pihaknya menargetkan penyerapan belanja modal hingga Rp 24 miliar pada 2023 untuk mengembangkan bisnis perseroan. Selain itu, Indofarma juga menyiapkan belanja modal rutin dari pendanaan internal sebesar Rp 28 miliar.

Dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis alat kesehatan hingga pengembangan fasilitas manufakturing. Hingga Maret lalu, belanja modal tersebut telah terserap sebanyak Rp 1,7 miliar. 

"PMN saat ini masih dalam proses pengadaan, semoga semester II sudah bisa merealisasikan lebih baik lagi di mana lokasinya akan terserap untuk pengadaan mesin," kata Ariesta dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).

Di sisi lain, perseroan memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 63,36 persen dari realisasi pendapatan 2022. Dengan laba kotor sebesar Rp 406 miliar atau margin sebesar 22 persen, diharapkan laba tahun berjalan yang diperoleh 2023 sebesar Rp 5,1 miliar.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Indofarma menginisiasi perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran. 

 


Fokus Perseroan

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, perseroan fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik perseroan untuk produksi Natural Extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.

"Kita melihat Indofarma ini memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kita punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan mengembalikan bagaimana kita memperkuat kekuatan kita di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono.

Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), diantaranya melalui penandatangan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK), perjanjian kerjasama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.

 


Target 2023

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Indofarma Tbk (INAF) mengincar pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,1 miliar pada 2023.

Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono menuturkan, perseroan memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 63,36 persen dari realisasi pendapatan 2022.

Dengan laba kotor sebesar Rp 406 miliar atau margin sebesar 22 persen, diharapkan laba tahun berjalan yang diperoleh 2023 sebesar Rp 5,1 miliar.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Indofarma menginisiasi perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran. 

Selain itu, perseroan fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik perseroan untuk produksi Natural Extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.

"Kita melihat Indofarma ini memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kita punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan mengembalikan bagaimana kita memperkuat kekuatan kita di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata dia dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).

Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), diantaranya melalui penandatangan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK).

Selain itu, perjanjian kerja sama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.

 


Program Restrukturisasi

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, guna meningkatkan kinerja, perseroan melaksanakan program restrukturisasi yang diharapkan mampu menciptakan arus kas operasi yang positif dan posisi keuangan yang sehat pada 2023 sehingga dapat memicu kesinambungan bisnis yang baik bagi perseroan.

Dengan demikian, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022 memberikan persetujuan fasilitas pinjaman sebesar Rp 157 miliar dari induknya, PT Bio Farma (Persero). Suntikan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan restrukturisasi perseroan.

"Persetujuan Penerimaan Pinjaman dari Pihak Terafiliasi dan Memiliki Nilai yang Material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/POJK 04/2020 dan Nomor 17/POJK 04/2020, yaitu permohonan persetujuan SHL 157 M kepada PT Bio Farma (PERSERO) dalam rangka restrukturisasi perseroan," katanya. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya