Amerika Selatan Alami Musim Dingin yang Panas

Ahli menilai perubahan iklim membuat rekor suhu panas semakin sering terpecahkan, termasuk di Amerika Selatan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Agu 2023, 18:35 WIB
Suhu di ibu kota negara Amerika Selatan itu mencapai 30,1 derajat Celcius pada hari Selasa, mengalahkan rekor sebelumnya untuk hari pertama bulan Agustus dengan lebih dari lima derajat. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Buenos Aires - Amerika Selatan seharusnya tengah mengalami Musim Dingin, namun sejumlah bagian di kawasan itu mengalami gelombang panas luar biasa. Fenomena tersebut diyakini para ilmuwan merupakan dampak dari perubahan iklim, yang diperparah oleh El Nino.

Ibu kota Argentina, Buenos Aires, mencatat rekor 1 Agustus terpanas dalam 117 tahun.

Juru bicara biro cuaca Cindy Fernandez mengatakan bahwa negaranya menghadapi tahun dengan panas ekstrem.

"Suhu pada Musim Dingin jauh dari skala - tidak hanya di wilayah tengah di mana Buenos Aires berada, namun juga di wilayah utara yang berbatasan dengan Bolivia dan Paraguay, di mana suhu mencapai antara 37 derajat Celcius dan 39 derajat Celcius pekan ini," ujar Cindy seperti dilansir The Guardian, Jumat (4/8/2023).

Di Chile, suhu panas pun menuju 40 derajat Celcius.

"Juli adalah bulan terpanas di planet ini sejak pencatatan dimulai ... Meski kita ada di Musim Dingin, Chile mengalami neraka kecilnya sendiri," tulis surat kabar La Tercera yang berbasis di Santiago.

Ahli iklim dari Universitas Santiago Raul Cordero mengatakan kepada surat kabar La Tercera, "Tidak mengherankan jika rekor suhu panas tercipta di seluruh dunia. Perubahan iklim memastikan rekor ini semakin sering dipecahkan."

 

 

 

 


Terbiasa dengan Panas tapi ...

Orang-orang menyejukkan diri dari cuaca yang sangat terik di sungai saat gelombang panas di Paraguari, Paraguay, Minggu (16/1/2022). Suhu Paraguay secara umum mencapai 41 derajat celsius. (AP Photo/Jorge Saenz)

Sejumlah bagian Paraguay, Bolivia, dan Brasil selatan juga mencatat cuaca panas ekstrem, peristiwa yang oleh pengamat cuaca Maximiliano Herrera disebut sebagai suhu brutal, di mana suhu hampir 39 derajat Celcius.

"Setidaknya selama lima hari lagi kita belum bisa lega dan kita tidak bisa mengesampingkan (kemungkinan suhu mencapai) sekitar 40-an," ungkap Herrera.

Seorang warga Paraguay bernama Ariel Mendoza pada Kamis (3/8), saat suhu tercatat 33 derajat Celcius mengatakan, "Kami di Paraguay terbiasa dengan panas, namun cuaca sekarang lebih panas sehingga kami tidak keluar rumah."

Lima tahun lalu, sebut Mendoza, Musim Dingin di Paraguay benar-benar dingin.

"Tapi sekarang suhunya 30-35 derajat Celcius akibat perubahan iklim," ujarnya.

Di Universitas Katolik yang teduh di tepi Sungai Paraguay, direktur administrasi kampus Oscar Lopez Grutter, setuju bahwa Musim Dingin kali ini di Paraguay telah berubah karena dunia semakin panas.

"Musim Dingin ini tidak terlalu dingin dan jauh lebih pendek," katanya. "Alam semakin kurang bersahabat – ada gangguan iklim, lebih banyak mobil, lebih banyak industri, lebih banyak polusi. Deforestasi, lebih sedikit pohon dan, sayangnya, hujan makin tidak menentu."


Brasil Akan Kembali Jadi Pemain Utama Isu Krisis Iklim?

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim global dan dampak dari fenomena cuaca El Nino, berada di balik rekor suhu panas itu.

Di Kota Belem, Brasil, para pemimpin bersiap menggelar KTT Amazon pada 8-9 Agustus, yang akan membahas hutan hujan Amazon dan krisis iklim. Tuan rumah acara tersebut, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengklaim bahwa pertemuan itu akan menjadi momen penting bagi upaya memerangi pemanasan global sebelum KTT Iklim Cop28 di Dubai pada akhir 2023.

"Saat ini, iklim bukan hanya pertanyaan bagi ahli ekologi atau pecinta lingkungan. Ini adalah pertanyaan bagi siapapun yang dapat menyaksikan banyak perubahan di seluruh dunia," ungkap Lula.

Lula bersumpah memasukkan krisis iklim ke dalam kurikulum nasional, sehingga anak-anak berusia delapan dan sembilan tahun dapat menjelaskan kepada orang tua mereka yang ragu tentang bahayanya.

Marcio Astrini, sekretaris eksekutif kelompok Observatorium Iklim, mengatakan fokus global pada cuaca ekstrem akan mendorong kampanye Lula untuk memosisikan kembali Brasil sebagai pemain utama isu lingkungan, setelah empat tahun sebelumnya negara itu berada di bawah pemerintahan Jair Bolsonaro, yang menyangkal dampak perubahan iklim.


Argentina Alami 10 Gelombang Panas

Suhu maksimum rata-rata untuk ibu kota Argentina pada bulan Agustus adalah 18 derajat Celcius (64,4 derajat Fahrenheit) dengan suhu minimum rata-rata 9 derajat Celcius (48,2 derajat Fahrenheit), menurut Layanan Meteorologi Nasional. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Wilayah Amazon, tempat diselenggarakannya KTT Amazon, diperkirakan akan semakin merasakan dampak El Nino dalam beberapa bulan mendatang, meningkatkan risiko kekeringan dan kebakaran hutan.

Musim Panas di Buenos Aires berakhir pada Kamis, tetapi rekor suhu panas selama Musim Dingin terus berlanjut di provinsi utara seperti Formosa dan Corrientes.

"Ini sudah menjadi tahun terpanas dalam catatan," kata juru bicara biro cuaca Argentina Cindy. "Sebagai gambaran, kami mengalami 10 gelombang panas selama Musim Panas 2023, ketika jumlah gelombang panas bahkan di Musim Panas terpanas sebelumnya tidak pernah melebihi lima."

Rekor tertinggi juga dicatat di wilayah selatan Patagonia, Argentina, yang membentang hampir ke Samudra Antartika.

"Musim Panas di Patagonia 1,5 derajat lebih panas dari 60 tahun lalu," imbuh Cindy.

Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya