Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak cara dalam pola pengasuhan anak untuk mendukung tumbuh kembangnya agar bisa berjalan dengan baik dan bisa diterima oleh masyarakat. Namun sayangnya, ada banyak orangtua yang masih belum menyadari soal penerapan pola asuh narsistik. Bahkan tidak jarang, mereka juga tidak sadar memiliki hal tersebut.
Biasanya orangtua yang narsistik seringkali melihat kekurangan sifat-sifat yang dibutuhkan untuk menjadi orangtua yang baik dan sukses bagi anak. Seperti misalnya saja kesadaran diri, kasih sayang, kesabaran, serta rasa empati.
Advertisement
Sebagai seorang psikolog dan juga profesor psikologi di California State University, Los Angeles, Dr. Ramani Durvasula yang dilansir dari CNBC, Jumat (4/8/2023), mengatakan bahwa ia menemukan fakta tentang anak yang dibesarkan oleh orangtua narsistik.
Di mana, saat menjadi orang dewasa nanti, mereka bisa bergumul dengan sikap menyalahkan diri sendiri, memiliki rasa keraguan diri, dan perasaan bahwa mereka selalu tidak cukup terus-menerus.
Meskipun begitu, tidak semua orangtua yang sangat narsis berperilaku dengan cara yang sama. Namun, biasanya ada enam sifat beracun yang mereka miliki. Berikut beberapa ciri-ciri orangtua narsistik yang perlu diwaspadai.
1. Mereka terlihat suportif di depan umum, tapi mengkritik secara pribadi
Orangtua dengan kepribadian narsistik mungkin saja selalu berada di depan dan menyemangati anak-anak saat sedang di tengah keramaian, seperti misalnya pertandingan bola. Akan tetapi, mereka akan mengkritik anak-anak atau bahkan merendahkannya saat sedang berdua, seperti di dalam mobil atau rumah.
Kata yang mungkin terlontar seperti, “Mengapa Anda tidak berusaha lebih keras? Anda bisa saja mencetak dua gol lagi!”
Seorang anak mungkin merasa bersalah karena memiliki perasaan negatif tersebut. Sebab, bagi orang lain sepertinya anak-anak tersebut sudah dibesarkan oleh "orangtua teladan."
2. Mengabaikan perasaan anak-anak
Hal lain yang menjadi pertanda orangtua narsistik yaitu mereka sering mengabaikan perasaan anak-anak. Tidak jarang, mereka bisa saja akan mempermalukan seorang anak karena berani memiliki atau mengekspresikan kebutuhannya sendiri.
Akibatnya, perasaan anak tersebut tidak mendapatkan validasi karena orangtua narsistik sering mengabaikan harapan, preferensi, atau keyakinan anak mereka. Mereka mungkin membuat komentar yang meremehkan seperti, "Kamu tidak benar-benar ingin melakukan aktivitas itu, kan?" atau "Mengapa menurut kamu bisa jadi pandai dalam hal itu?"
3. Menciptakan rasa tidak percaya
Untuk mendapatkan kepercayaan anak-anak mereka, orangtua narsistik akan melakukan banyak cara, tidak terkecuali mengadu domba dengan anggota keluarga lainnya. Sebagai contoh, mereka akan berbagi gosip dengan anak-anak, seperti "Jangan kasih tahu saudara perempuanmu," "Ini rahasia kita berdua, ya," karena ingin menumbuhkan rasa "kita versus mereka."
Seorang anak, mungkin merasa istimewa jika sebuah rahasia dibagikan kepada mereka dan tidak kepada orang lain. Namun sayangnya, hal tersebut bisa menciptakan langkah yang tidak sehat dari mendengar gosip dan sindiran sebagai rasa dicintai dan menerima persetujuan orangtua.
Advertisement
4. Memiliki anak kesayangan
Tanda lain yang ditunjukkan oleh orangtua narsistik yaitu mereka biasanya memiliki anak yang dispesialkan atau diharapkan lebih tinggi dibandingkan saudaranya yang lain. Hal ini tentunya berlaku jika mereka mempunyai anak lebih dari satu.
Sebagai contohnya, mereka mungkin akan mengabaikan anak mereka yang masih berjuang dengan pelajaran di sekolah dan lebih sayang kepada anak yang pintar dan selalu mendapatkan nilai tinggi di kelasnya.
Sayangnya, kondisi ini bukan hanya dapat merusak hubungan antarsaudara kandung, tapi juga dapat membuat mereka berjuang untuk mendapatkan waktu dan perhatian dari orangtua mereka.
5. Melihat anak sebagai perpanjangan dari diri sendiri
Jika anak melakukan apa yang orangtua ingin mereka lakukan, maka anak itu akan dipuji dan dihargai. Kalupun tidak, mereka mungkin akan diabaikan atau dikritik.
Banyak anak, dalam keputusasaan untuk memenangkan orangtua narsistik mereka, akan mengorbankan sebagian dari diri mereka, minat atau preferensi agar sesuai yang ditetapkan orangtua untuk mereka.
6. Mengharapkan seorang anak mencerminkan emosi mereka
Dalam sistem pengasuhan yang sehat, orangtua mencerminkan emosi anak supaya mereka dapat selaras dengannya. Ketika mereka melihat anak mereka kesal, mereka akan mengkalibrasi nada mereka dan bertanya bagaimana perasaan mereka.
Tetapi untuk orangtua narsistik, jika suasana hati anak tidak sesuai dengan suasana hati mereka (misalnya, anak sedih ketika orang tua senang), mereka mungkin menganggap mereka tidak baik. Seiring waktu, seorang anak mungkin berhenti memercayai emosinya sendiri.
Tips dan Cara Menghadapinya
Belum ada kata terlambat untuk memperbaiki dan melepaskan pola dari orangtua narsistik. Cara yang bisa dilakukan antara lain:
-
Jika Anda adalah orangtua dalam kehidupan anak
Beri anak perhatian dan tanyakan tentang hal-hal yang mereka minati. Ciptakan ruang aman bagi mereka untuk berbagi perasaan tanpa rasa malu atau menghakimi.
Selain itu, Anda juga dapat memberitahu mereka bahwa mereka dihargai untuk seluruh diri mereka dan bukan hanya sebagai seseorang yang memenuhi kebutuhan orang lain.
-
Jika Anda adalah anak dari orangtua narsistik
Memiliki orangtua yang narsistik dapat menimbulkan rasa cemas, atau perasaan tidak cukup baik, atau kurangnya identitas diri. Hal ini dapat membuat orang takut mereka akan melanjutkan pola masa kecil mereka, terutama ketika mereka sendiri memiliki anak.
Akan tetapi, banyak anak dewasa dari orangtua narsistik memiliki empati yang luar biasa dan sangat ingin melakukan yang benar oleh anak-anak mereka sendiri. Contohkan empati untuk anak Anda dan jadilah selaras dan hadir secara emosional bersama mereka.
Tunjukkan kasih sayang, kebaikan, dan rasa hormat saat Anda berinteraksi dengan orang dewasa lainnya juga. Anak-anak biasanya akan memperhatikan apa yang mereka lihat.
Advertisement