Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, Maluku Utara (Malut) membantu promosikan batik khas buatan kalangan disabilitas yang akan meramaikan Acara Sarasehan Istri Wali Kota se–Indonesia di Kota Ternate.
"Kain tenun batik ecoprint sudah mulai kita distribusikan ke istri para Wali Kota seluruh Indonesa untuk dijahit sesuai dengan keinginan mereka," kata Ketua Panitia Kegiatan, Rizal Marsaoly di Ternate, dikutip Antara, Jumat (4/8/2023).
Advertisement
Rizal menyatakan, langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Pemkot Ternate yang ikut memberdayakan produk UMKM disabilitas agar tetap eksis dan dapat berkontribusi dalam peningkatan ekonomi.
Dia menyebut, pertemuan seluruh istri Wali Kota se- Indonesia akan diselenggarakan di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara pada bulan September 2023.
Kegiatan tersebut merupakan program kerja dari Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) yang akan bertempat di Kota Ternate. Itu sebabnya Pemko Ternate menyiapkan Batik Ecoprint Mayana buatan penyandang disabilitas di daerah itu yang bakal turut meramaikan acara bertajuk Perempuan dan Kota Rempah.
Sebab, lanjut Rizal, para tamu juga bakal mengenakan batik dengan ciri khas motif dedaunan rempah Kota Ternate.
"Ini sebagai bentuk dukungan pemkot untuk memberdayakan kelompok disabilitas dari ibu Nurjana sebagai pendiri Ecoprint Mayana dan kawan – kawan. Insya Allah Minggu depan sudah terdistribusi semua," katanya.
Rizal mengatakan akan ada beberapa agenda lain yang dibuat Pemkot Ternate untuk turut meramaikan acara tersebut jelang puncak acara, seperti acara karnaval, dan pesta rakyat.
“Pada hari ketiga atau hari terakhir ada kunjungan rempah. Jadi para istri wali kota itu akan dipandu ke destinasi yang puncaknya dilaksanakan di Sulamadaha,” tambahnya.
Untuk diketahui, pertemuan para istri Wali Kota se – Indonesia ini bakal digelar di Kota Ternate pada 12 sampai dengan 14 September 2023.
Sebagai tuan rumah, Pemkot Ternate siap mengelar kegiatan nasional tersebut yang hingga saat ini sudah 70 persen kesiapan dan koordinasi untuk persiapan terus dilakukan secara intensif.
Wonogiri Inisiatif Berayakan Warga Disabilitas
Di sisi lain, sejak 2018, Pemerintah Desa Pucung, Kabupaten Wonogiri, Jawa Timur berinisiatif menggunakan dana desa untuk memberdayakan warga penyandang disabilitas.
Di desa itu terdapat lebih dari 60 warga penyandang disabilitas.
Ide awal kegiatan pemberdayaan disabilitas diawali dengan pemikiran bahwa memiliki keterbatasan tidak selayaknya membuat para penyandang disabilitas di Desa Pucung berhenti bekerja dan berkreasi. Pemerintah setempat berupaya untuk memandirikan mereka agar tidak ketergantungan pada bantuan orang lain.
Kepala Desa Pucung, Kateno mengatakan, batik ciprat lantas menjadi sarana kreativitas penyandang disabilitas.
“Batik Ciprat lantas dipilih menjadi sarana pengembangan kreativitas para disabilitas dengan beberapa pertimbangan antara lain pembuatannya mudah dilakukan oleh penyandang disabilitas, hasil motifnya unik dan jarang ditemui di pasaran, serta bahan baku yang mudah didapatkan,” katanya, dikutip laman resmi Pemprov Jateng, Jumat (10/3/2023).
Kateno menuturkan perjalanan inovasi batik ciprat karya barokah dimulai pada bulan Agustus 2018. Pemerintah Desa Pucung dengan fasilitas dana desa, mengadakan pelatihan batik ciprat bagi enam orang penyandang disabilitas yang produktif.
Pada waktu itu, pelatihan dibina oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung dengan diawali membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Sheltered Workshop Peduli (SWP) Karya Barokah.
Advertisement
Jumlah Binaan Terus Bertambah
Di tahun 2020, jumlah binaan bertambah menjadi 23 orang penyandang disabilitas. Pada tahun itu juga, KSM Karya Barokah mendapat perhatian dan pelatihan dari Bappeda Provinsi Jawa Tengah yaitu pembuatan batik eco-print.
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri turut memberikan pelatihan pembuatan batik tulis. Pemerintah Desa Pucung juga menjadi satu dari 14 Desa Inklusif se-Indonesia dan diberikan bimbingan teknis oleh Kementerian Desa dan PDTT RI.
Dilanjutkan Kateno, Inovasi Batik Ciprat Karya Barokah bertujuan untuk memberikan hak yang sama sebagai warga penyandang disabilitas, mengangkat derajat penyandang disabilitas, serta memberi dampak dalam bidang sosial dan ekonomi.
“Di bidang sosial dampak yang dirasakan dengan adanya pemberdayaan penyandang disabilitas melalui Batik Ciprat Karya Barokah, cara pandang masyarakat terhadap keluarga mereka sudah berbeda. Selain itu secara mental, para disabilitas sudah tidak minder lagi. Sedangkan dalam bidang ekonomi, diharapkan dengan adanya Batik Ciprat Karya Barokah ini bisa memandirikan penyandang disabilitas secara ekonomi, pendapatan dari membatik dapat membantu mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari,” terang Kateno.
Bisa Menghasilkan 100 Lembar Kain Batik
Kini, para difabel yang menjadi pengrajin aktif sebanyak delapan orang. Mereka membuat batik ciprat hampir setiap hari, kecuali Minggu dan hari libur tertentu. Biasanya mereka mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Adapun lokasinya dipusatkan di belakang Balai Desa Pucung. Sehingga jika ada kunjungan bisa langsung melihat kegiatannya.
Diungkapkan Kateno, dalam satu bulan rata-rata para difabel bisa menghasilkan 100 lembar kain batik. Bahkan di tahun 2022, produksi Batik Ciprat Karya Barokah mencapai 2.200 lembar kain.
“Setiap kainnya dihargai mulai Rp130.000 – Rp160.0000, tergantung motif dan lama pengerjaannya. Penjualan batik ciprat kami rata-rata masih dijual di wilayah Jawa Tengah. Pernah beberapa kali mengirim ke luar provinsi. Biasanya yang memesan adalah piyayi Wonogiri yang merantau, yang ingin mengenakan kain batik Wonogiren,” imbuhnya.
Kateno berharap, apa yang sudah dilakukan Pemerintah Desa Pucung dalam upaya pemberdayaan kaum disabilitas dapat menjadi inspirasi baik bagi pemerintah desa lain, instansi, organisasi, maupun masyarakat sebagai individu.
“Mengingat bahwa kaum disabilitas pun punya hak yang sama dengan kita, maka dari itu segala upaya yang kami lakukan semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan kaum yang semula termarjinalkan ini. Semoga apa yang kami lalukan menjadi inspirasi untuk semua pihak. Tidak semata-mata batik ciprat, tapi bisa melalui kegiatan pemberdayaan lainnya demi kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat utamanya kaum disabilitas,” pungkasnya.
Advertisement