Startup Pacmann Blak-Blakan Soal Hidup Tanpa Investor dan Strategi Hadapi Tech Winter

Simak wawancara Tekno Liputan6.com dengan Co-Founder & COO Pacmann Badaruddin Motik dalam artikel berikut ini.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Agu 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi laptop menampilkan grafik dan data. Kredit: Carlos Muza via Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Startup teknologi di Indonesia tidak dimungkiri terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah PT Algoritma Cerdas Indonesia atau yang dikenal sebagai Pacmann.

Pacmann sebagai startup teknologi yang awalnya berfokus pada penerapan dan pengembangan algoritma machine learning ini telah bertranformasi menjadi holding company dengan dua unit bisnis, yakni Pacmann Academy dan Valiance Consulting.

Masing-masing unit bisnis itu pun memiliki fokus berbeda. Pacmann Academy memberikan layanan literasi data pada individu, sedangkan Valiance Consulting berfokus menyediakan solusi berbasis data bagi organisasi dan bisnis.

"Kami juga berkomitmen untuk mengambil peran penting dalam memberikan literasi data pada individu dan membantu organisasi sekaligus bisnis dalam mengoptimalkan penggunaan data mereka," tutur Co-Founder & COO Pacmann Badaruddin Motik dalam wawancaranya dengan Tekno Liputan6.com.

Ia menuturkan, visi Pacmann adalah menjadi pionir dalam mendorong pendidikan transformatif sekaligus menjadi pusat pengetahuan terkait ilmu bisnis dan teknologi nomor satu di Asia Tenggara. Lewat Pacmann dan Valiance, ia menuturkan, visi itu coba diwujudkan.

Meski masih startup, Badaruddin mengungkap, biaya operasional Pacmann telah sepenuhnya ditanggung revenue perusahaan sejak pertama kali berdiri hingga sekarang. Ia menuturkan, perusahaan berhasil mengelola biaya operasional tanpa mengandalkan investas dari Venture Capital (VC) atau Angel Investor.

"Keberhasilan Pacmann mandiri secara finansial dapat menjadi bukti dari kualitas layanan yang kami tawarkan dan kepercayaan yang diberikan oleh klien maupun siswa kami," tutur pria lulusan Westcliff University ini.

 


Strategi Pacmann AI Hadapi Tech Winter

Ilustrasi pendanaan startup, funding startup, dolar, uang dolar, uang. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Kendati demikian, Badaruddin mengakui Pacmann juga terdampak ketika gelombang layoff atau tech winter terjadi, sama seperti perusahaan teknologi lainnya. Namun, perusahaan mengambil langkah strategis untuk mereduksi dampak dan menjaga keberlanjutan keuangan perusahaan.

Ia menuturkan, salah satu startegi yang diterapkan adalah merampingkan pengeluaran. Menurutnya, perusahaan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur biaya perusahaan dan melakukan pemotongan pengeluaran tidak penting atau tidak mendesak.

"Langkah ini mencakup pengurangan biaya operasional yang tidak esensial, membatasi pengeluaran pemasaran, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia," ujarnya menjelaskan.

Namun tidak hanya, perusahaan juga mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan program baru yang menarik minat banyak orang. Program baru ini dirancang untuk menjawab kebutuhan dan permintaan yang relevan dengan kondisi pasar saat (pasca pandemi).

Dengan kehadiran program baru tersebut, Pacmann berhasil memulihkan keuangan perusahaandan mengatasi tantangan kala tech winter. Menyoal maraknya bootcamp baru bermunculan di pasaran, ia menyebut Pacmann menawarkan nilai tambah dibandingkan kompetitor

Beberapa di antaranya adalah pendekatan mastery learning, pembelajaran dengan mentoring yang terinspirasi dari Bloom's 2 Sigma Problem, kurikulum yang matematis, komprehensif, dan mendalam. Pengajaran pun diberikan oleh para ahli yang didukung fasilitas lengkap.

Tidak hanya itu, Pacmann juga memberikan proyek dalam setiap modul, sehingga bisa membantu para siswa bersiap selain juga dibantu dihubungkan dengan hiring partner. Pembelajaran yang diberikan juga fleksibel dan slow-paced.

 


Tanggapan Pacmann AI Soal Perkembangan AI Generatif

Ilustrasi ChatGPT, chatbot AI generatif yang mampu ciptakan malware canggih. (unsplash/Choong Deng Xiang)

Dalam kesempatan tersebut, Badaruddin juga menjawab soal pertanyaan mengenai perkembangan AI generatif yang semakin cepat seperti ChatGPT. Terlebih, sejumlah perusahaan besar seperti Snapchat dan Duolingo telah memakai API model di balik ChatGPT di layanan mereka.

Ia menuturkan, Pacmann melihat tren tersebut sebagai tantangan menarik dan peluang untuk berinovasi. Sebab, perusahaan menyadari betapa pentingnya teknologi ini dalam mengubah industri dan layanan konsumen.

Untuk itu, Pacmann saat ini fokus mengembangkan teknologi yang sesuai dengan perkembangan AI (Artificial Intelligence) dan Machine Learning.

Langkah itu dilakukan lewat riset dan pengembangan menggunakan teknologi LLM (Large Language Model), Recommender System, dan Auto-Assessment menggunakan AI.

"Kami ingin melayani secara maksimal siswa-siswa kami dengan memberikan pengajaran yang personalized memanfaatkan teknologi. Kami percaya dengan menggunakan AI, siswa dapat belajar lebih baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing," tuturnya.

Selain itu, penggunaan teknologi baru ini juga menciptakan kesempatan untuk membuat sistem yang scalable dan memungkinkan Pacmann meningkatkan pendapatan perusahaan.

Valiance juga terus meningkatkan pengetahuan dan keahlian tim, menjalin kemitraan strategis, dan berinvestasi untuk menyesuaikan kebutuhan klien.

Mengingat Pacmann memiliki visi mendorong pendidikan transformatif dan menjadi pusat pengetahuan nomor satu di Asia Tenggara, Pacmann tengah menargetkan memiliki departemen riset yang terpercaya dan bermutu tinggi dengan training center, atau kampus berkualitas internasional dalam 5-10 tahun ke depan.

"Sementara itu, dari segi bisnis pada jangka pendek dan menengah, kami memiliki target untuk senantiasa menjaga kepuasan user sekaligus menjaga mutu lulusan program kami, serta menjaga tingkat pengembalian yang sehat dan berkelanjutan setiap tahunnya," tuturnya menutup perbincangan.

(Dam/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya