Liputan6.com, Niamey - Amerika Serikat telah mengumumkan penangguhan beberapa bantuan ke Niger menyusul kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum.
Washington menghentikan "program bantuan luar negeri tertentu yang menguntungkan pemerintah Niger", kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dalam sebuah pernyataan pada Jumat 4 Agustus 2023, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (5/8/2023).
Advertisement
"Seperti yang telah kami jelaskan sejak awal situasi ini, pemberian bantuan AS kepada pemerintah Niger bergantung pada pemerintahan demokratis dan penghormatan terhadap tatanan konstitusional," kata Blinken, seraya menambahkan bahwa Washington akan terus meninjau bantuan luar negerinya ketika situasi di lapangan berkembang.
Blinken tidak merinci program apa yang akan terpengaruh tetapi mengatakan bantuan kemanusiaan dan makanan yang menyelamatkan jiwa, serta operasi diplomatik dan keamanan untuk melindungi personel AS, akan terus berlanjut.
"Kami tetap berkomitmen untuk mendukung rakyat Niger untuk membantu mereka melestarikan demokrasi mereka yang diperoleh dengan susah payah dan kami mengulangi seruan kami untuk segera memulihkan pemerintah Niger yang terpilih secara demokratis," kata Blinken.
Langkah itu dilakukan ketika Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS), sebuah blok regional yang mewakili 15 negara, sedang mempertimbangkan kemungkinan intervensi militer untuk mengembalikan pemerintah Bazoum ke tampuk kekuasaan.
Dalam sebuah op-ed yang diterbitkan di Washington Post pada hari Kamis, Bazoum meminta masyarakat internasional untuk membantu memulihkan tatanan konstitusional negara itu, memperingatkan konsekuensi "menghancurkan" bagi dunia jika kudeta terhadapnya berhasil.
Sekilas Kondisi Niger
Niger, yang memperoleh kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960, telah dipandang sebagai salah satu dari sedikit mitra terpercaya Barat dalam memerangi ekstremisme kekerasan di wilayah Sahel yang bergolak di Afrika.
Negara Afrika Barat adalah penerima terbesar bantuan militer AS di kawasan itu dan menampung lebih dari 2.000 tentara Barat, sebagian besar dari AS dan Prancis.
Kudeta terhadap Bazoum menandai makin berkurangnya jumlah pemimpin pro-Barat di kawasan itu. Bazoum terpilih pada tahun 2021 dalam transfer kekuasaan damai pertama di negara itu sejak kemerdekaannya.
Bazoum digulingkan pekan lalu oleh pasukan militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdourahamane Tchian, yang telah membenarkan kudeta yang diperlukan untuk mencegah "kematian bertahap dan tak terhindarkan" negara itu.
Advertisement