Liputan6.com, Jakarta Pernyataan Rocky Gerung yang bernada hinaan kepada Presiden Joko Widodo memicu kontroversi publik. Pernyataan itu dinilai keterlaluan karena Presiden adalah simbol negara.
Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN) Muhammad Fawait menyayangkan sikap Rocky Gerung menghina kepala negara. Menurutnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunya budaya ketimuran.
Advertisement
"Berkualitas secara keilmuan itu tidak cukup tanpa akhlak dan adab. Karena itu tindakan menghina Presiden itu sangat tidak pantas. Menurut saya tindakan itu justru membuat Presiden Jokowi semakin disayang rakyat," kata Fawait, Sabtu (5/8/2023).
Fawait mengungkapkan, mengkritisi kinerja pemerintah itu sah-sah saja, dan itu lumrah di alam demokrasi seperti saat ini. Tapi kritik itu harus disampaikan secara proporsional.
Karena itu, dirinya menyayangkan seorang tokoh akademisi yang mencaci maki Presiden Jokowi. Apalagi caci maki itu ditujukan secara pribadi, bukan kinerjanya.
"Saya sangat kaget, karena yang dilontar tokoh akademisi itu bukan kritik tapi caci maki. Tindakan itu sangat tidak layak, karena Presiden adalah simbol negara," ujar Fawait.
Dia mengatakan, di dalam budaya pondok pesantren diajarkan adab dan sopan santun kepada guru dan orang yang lebih tua.
Apalagi kepada seorang ulil amri atau pemimpin, wajib bagi kita untuk menghormati. Karena itu, pihaknya berharap tidak ada lagi tindakan caci maki kepada pemimpin. Apalagi hal itu menyebabkan kegaduhan di masyarakat.
"Sebentar lagi kita akan menyongsong pesta demokrasi, yang namanya pesta harus riang gembira. Bukan dengan permusuhan dan caci maki. Situasi kondusif hari-hari ini harus terus dijaga," pungkas tokoh muda NU Jatim ini.
Rocky Gerung Mohon Maaf
Rocky Gerung menyampaikan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi akibat perselisihan kelompok yang pro dan kontra atas kasus dugaan penghinaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menjeratnya.
“Nah saya minta maaf terhadap keadaan hari ini, yang menyebabkan perselisihan itu berlanjut tanpa arah itu,” tutur Rocky di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/8/2023).
Rocky memahami terjadinya perselisihan publik atas kasusnya. Bagi yang mengerti dirinya dan mendukung, hal itu dinilai bukan hinaan namun bagian dari kritik publik kepada pejabat negara.
“Saya berterima kasih kepada, mereka justru menganggap saya membuka pembicaraan soal diskursus apa sebetulnya yang disebut kritik publik terhadap pejabat publik. Saya berterimakasih kepada mereka,” jelas dia.
Rocky merasa tetap banyak yang mendukung, memuji, dan bahkan menganggapnya telah memulai suatu tradisi untuk memperlihatkan bahwa diskursus publik tidak boleh dihalangi oleh dendam pribadi.
“Tetapi saya mengerti bahwa kasus ini kemudian membuka perselisihan ke publik antara yang pro dan kontra. Nah itu yang membuat kehebohan, kehebohan itu bisa ditafsirkan sebagai keonaran secara hukum itu. Itu pentingnya kita pahami bahwa sesuatu yang disodorkan untuk dijadikan target keonaran itu bisa disponsori oleh siapapun, kan itu maksudnya kan,” Rocky menandaskan.
Advertisement