Liputan6.com, Jakarta - Limbah rumah tangga banyak macamnya. Salah satunya adalah minyak jelantah yang bisa menyumbat pipa pembuangan dan mencemari lingkungan bila tak dikelola dengan baik.
Untuk itu, re.peat berkolaborasi dengan Yayasan Jalantara mencari akal dalam memanfaatkan minyak jelantah untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi sekaligus mengatasi masalah lingkungan. Setelah selama ini memanfaatkannya sebagai biodiesel, kini mereka mengolahnya menjadi produk pembersih rumah tangga.
Advertisement
Minyak jelantah itu sebelumnya diproses dan dimurnikan dengan teknologi canggih. Minyak jelantah kemudian diolah lebih lanjut dengan menambahkan bahan-bahan alami, vegan, serta ramah lingkungan, dengan memperhatikan performa yang dihasilkan. Hasilnya, mereka meluncurkan pembersih multi guna (MPC) dan stain remover.
Proses produksi melalui standardisasi dan merupakan hasil penelitian yang dijalankan selama beberapa tahun bersama tim riset dari Yayasan Jalantara. Sementara, proses produksi diawasi secara ketat oleh ahli dan diklaim telah mendapat persetujuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
"Produk-produk re.peat dirancang khusus sebagai bagian dari upaya untuk mendukung gerakan ekonomi sirkular di Indonesia," kata Elizabeth, ecopreneur dan CMO re.peat, dalam rilis yang diterima Liputan.com, beberapa waktu lalu.
MPC yang diluncurkan berbentuk pasta. Fungsinya adalah untuk membersihkan barangbarang lama agar tampak seperti baru. Dengan cara itu, produk diharapkan membantu memperpanjang umur barang-barang rumah tangga sehingga jumlah sampah yang dihasilkan berkurang.
Sementara, produk penghilang noda dikemas dalam bentuk bubuk yang berfungsi menghapus noda pada bahan kain dan sejenisnya. Dikarenakan produk tersebut terbuat dari bahan-bahan alami, penggunaannya dan pembuangannya diklaim aman bagi lingkungan dan konsumen.
Penerapan Nyata Ekonomi Sirkular
Sementara, Sagita Asri, co-founder sekaligus CEO re.peat mengatakan peluncuran produk itu merupakan salah satu upaya pihaknya untuk berperan secara langsung dalam menyerap sampah dan limbah rumah tangga. Mengutip data nature.com, ia menyatakan bahwa penanganan sampah di level rumah tangga masih jadi pekerjaan rumah yang belum tuntas.
Indikasinya terlihat dari empat sungai di Indonesia masuk dalam daftar 20 sungai yang paling banyak menyumbang sampah plastik ke lautan. Ia juga mengutip data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sepanjang 2022. Tercatat bahwa sampah yang tidak terkelola mencapai lebih dari 8 juta ton dengan komposisi 58,6 persen sampah organik, 18,6 persen sampah plastik, dan sisanya sampah sejenis lainnya.
"Dengan kondisi ini, penanganan sampah di level hulu (rumah tangga) menjadi penting. Upaya ini dapat dilakukan secara umum dengan cara mengurangi timbulan sampah, dan/atau memaksimalkan pengolahan sampah bersama dengan masyarakat dan UMKM," kata Sagita.
Dengan rangkaian produk yang ada, pihaknya juga ingin mengenalkan dan memasyarakatkan produk-produk ramah lingkungan berkualitas buatan lokal. "Serta mengajak setiap elemen masyarakat untuk dapat berperan serta secara langsung dalam upaya gerakan lingkungan di Indonesia," imbuh Sagita.
Advertisement
Dana Kampanye Lingkungan
Muhammad Amin Cakrawijaya, CEO Yayasan Jalantara, menuturkan bahwa sebagian dari keuntungan yang diperoleh re.peat akan dialokasikan untuk kampanye lingkungan. Ini termasuk memberikan pelatihan kepada komunitas dan kelompok masyarakat tentang pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga di lingkungan mereka.
Yayasan Jalantara yang bertugas mengelola kegiatan akan terus melanjutkan program-program pelatihan dan pendampingan mereka dalam pengolahan sampah, terutama jelantah, yang telah dijalankan di berbagai tempat di Indonesia. Dalam hal ini, dukungan dari masyarakat dan sektor bisnis sangat penting, khususnya dalam mendukung inisiatif ecopreneur seperti re.peat.
Abustomih, Direktur Riset re.peat, mengungkapkan bahwa re.peat berdedikasi untuk terus merancang produk-produk bertaraf tinggi yang berlandaskan prinsip-prinsip ekonomi sirkular. Dalam pengembangan produknya, re.peat bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan sampah dan limbah rumah tangga dalam volume yang besar.
Seiring dengan perkembangan re.peat, diharapkan perusahaan ini dapat memanfaatkan lebih banyak sampah dan limbah rumah tangga, baik untuk mendukung proses produksi mereka maupun sebagai bahan baku. "Sudah waktunya kita melakukan sesuatu yang berarti dan mengikhtiarkan solusi, seperti yang diupayakan dalam kolaborasi ini," ujar Amin.
Minyak Jelantah Jadi Sabun
Mengutip kanal Regional Liputan6.com, kepedulian terhadap lingkungan ditunjukkan ritel modern di Indonesia, yaitu Alfamart. Caranya, mengelola minyak jelantah menjadi sabun cuci.
Pelatihan ini digelar Alfamart di Duri Kepa Jakarta Barat dengan menggandeng Bank Sampah Tri Lestari. Pelatihan bertajuk Pintar Memilah dan Mengelola Limbah ini diikuti puluhan warga setempat, Kamis, 22 Desember 2022.
Proses mengolah limbah jelantah menjadi sabun terbilang mudah. Pertama, kumpulkan jelantah bekas, dilanjutkan dengan memurnikannya dengan cara direndam arang untuk menghilangkan bau anyir yang menempel.
Kemudian, aduk dengan soda api dengan takaran yang sudah ditentukan aduk hingga bercampur. Bisa juga menambahkan air pandan atau air lemon untuk memberi aroma wangi alami dan juga pewarna makanan agar tampilannya menjadi lebih cantik.
Menurut Tri Lestari, kecintaan terhadap lingkungan bukan hanya berdampak untuk kelestarian alam, melainkan juga bisa menambah penghasilan. "Hanya butuh sedikit kreativitas, maka limbah jelantah bisa menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual seperti sabun ataupun lilin," ujarnya.
Sementara Branch Manager Alfamart Cikokol, Hadi Susianto, berpendapat selain menanamkan rasa peduli akan lingkungan hidup, kegiatan pelatihan pemberdayaan masyarakat ini diharapkan mampu menambah dan mengasah keterampilan masyarakat khususnya kaum ibu. "Sehingga dapat menjadi sumber penghasilan secara mandiri," ucapnya.
Advertisement