Bikin Kasus Naik dan Terdeteksi di 36 Negara, Epidemiolog: Eris Berpotensi Jadi Varian COVID-19 yang Dominan

Varian COVID-19 Eris atau EG.5.1 juga menimbulkan sedikit kenaikan kasus rawat inap pada pasien kelompok rawan di sana.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 15 Jan 2024, 16:09 WIB
Ilustrasi Varian baru COVID-19 Eris bikin kenaikan kasus di Inggris. Lalu, picu sedikit kenaikan pasien yang dirawat di rumah sakit. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Saat ini Inggris tengah mengalami kenaikan kasus akibat kehadiran anakan Omicron bernama varian Eris atau EG.5.1. Varian COVID-19 satu ini juga menimbulkan sedikit kenaikan kasus rawat inap pada pasien kelompok rawan di sana.

Selain di Inggris, beberapa negara di Asia termasuk Indonesia sudah kemasukan EG.5.1. Paling tidak lebih dari 36 negara yang melaporkan kehadiran Eris.

Meski sudah ada di puluhan negara, epidemiolog yang juga peneliti Global Health Security Griffith University Dicky Budiman mengatakan agar masyarakat tidak perlu khawatir soal kehadiran varian Eris.

"Masyarakat tidak perlu panik," kata Dicky.

Meski begitu, ia memprediksi Eris punya potensi menjadi varian yang bisa mendominasi. 

"Secara umum, (Eris) punya potensi untuk menjadi dominan, iya. Namun, kalau dampak serius saya belum melihatnya," kata Dicky.

Bila menilik data 10 Juli 2023, satu dari sembilan kasus COVID-19 yang terjadi terdeteksi dari varian Eris tersebut. Lalu, data terbaru menunjukkan bahwa virus ini sekarang menyumbang 14,6 persen kasus COVID di Inggris, dikutip dari Sky News.

Risiko Keparahan Rendah

Lalu, untuk keparahan akibat infeksi varian baru COVID-19 Eris Dicky tidak terlalu melihat hal signifikan pada dua aspek itu. 

"Untuk keparahan, saya belum lihat ada dampak signifikan. Ini artinya efektivitas vaksin dan vaksin booster COVID-19 masih efektif," kata Dicky lagi lewat pesan suara ke Health-Liputan6.com pada Senin (7/8/2023).


WHO Kategorikan VUM

Ahli epidemiologi Dicky Budiman. Foto: Dokumentasi pribadi.

World Health Organization (WHO) sudah mengkategorikan Eris atau EG.5.1 sebagai Variant Under Monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli 2023. 

Pemberian kategori VUM pada Eris lantaran kasus meningkat secara cepat baik di Inggris dan Internasional.

"Karena kecepatan menginfeksi itu makanya WHO masukkan ke kategori varian yang diawasi," kata Dicky. 


Cegah Kelompok Rawan Terinfeksi Eris: Booster dan Pakai Masker

Ilustrasi masker N95. (dok. Önder Örtel/Unsplash)

Bila mengacu pada kasus di Eropa, Eris menimbulkan kenaikan kasus yang kebanyakan kelompok rawan. Maka dari itu, Dicky meminta kepada para lansia, anak dan ibu hamil untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

"Jadi, kalau misalnya mau bertemu orang tua ya pakai masker. Lalu, saat di tempat dengan sirkulasi udara yang buruk pakai masker juga," saran Dicky.

Selain itu, kepada kelompok usia rawan yang sudah bisa mendapatkan vaksinasi booster diminta untuk segera melakukannya. Terbukti, vaksinasi booster, masih efektif dalam mengurangi keparahan bila terinfeksi virus penyebab COVID-19.

"Secara umum gejala sama dengan COVID-19, dengan level lebih ringan terutama pada orang yang sudah dapat booster," kata Dicky.

 


Gejala COVID-19 Eris, Tak Hilang Penciuman

Seperti disampaikan Dicky Budiman di atas, gejala Eris mirip dengan gejala COVID-19 yang lain. Diantaranya tidak ada demam dan tidak kehilangan penciuman. 

Selain itu, berikut gejala bila terinfeksi COVID-19 Eris seperti merujuk ZOE Health Study:

  1. Hidung meler
  2. Sakit kepala
  3. Kelelahan (ringan atau berat)
  4. Bersin
  5. Sakit tenggorokan
Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya