Terkait LGBT: Paus Fransiskus Sebut Gereja Katolik Terbuka bagi Semua, Tapi Ada Aturannya

Paus Fransiskus mengatakan bahwa Gereja Katolik terbuka untuk semua orang, termasuk komunitas LGBT.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Agu 2023, 13:36 WIB
Paus Fransiskus menyampaikan pesan saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Paus mengatakan bahwa ketakutan orang-orang saat ini sama seperti ketakutan para pengikut Yesus sehari usai diri-Nya disalibkan. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus mengatakan bahwa Gereja Katolik terbuka untuk semua orang, termasuk komunitas LGBT.

Ia menyatakan bahwa dirinya memiliki tanggung jawab untuk menemani mereka dalam perjalanan spiritual sambil tetap berpegang pada kerangka aturan Gereja.

Paus Fransiskus berbicara kepada wartawan di pesawat saat kembali ke Roma dari Portugal, juga mengatakan kesehatannya baik setelah menjalani operasi hernia perut pada Juni lalu.

Apakah gereja terbuka untuk "semua orang, semua orang, semua orang"?

Seorang reporter mempertanyakan bahwa dia mengatakan Gereja terbuka untuk "semua orang".

Pertanyaan ini jelas merujuk pada wanita yang tidak diizinkan menjadi imam melalui sakramen Tahbisan dan pasangan sesama jenis tidak diizinkan untuk menikah.

Tanggapan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus menjawab bahwa Gereja menyambut semua kecuali beroperasi sesuai dengan hukum yang ditetapkan. “Gereja terbuka untuk semua orang tetapi ada undang-undang yang mengatur kehidupan di dalam gereja,” kata Paus Fransiskus, dikutip dari laman India Times, Senin (7/8/2023).

Sesuai undang-undang ini, sakramen tertentu tidak dapat diakses oleh individu tertentu. Namun, dia menekankan bahwa ini tidak berarti pengucilan, karena setiap orang dapat mengalami hubungan mereka dengan Tuhan di dalam Gereja dengan cara mereka sendiri.

 


Perempuan Jadi Imam Sakramen Tahbisan

Paus Fransiskus menyampaikan berkatnya selama doa Angelus Hari Minggu setelah misa di alun-alun Santo Petrus, Vatikan Minggu (12/8). Jubah Paus berkali-kali diterbangkan angin saat berbicara di hadapan publik. (AFP PHOTO / FILIPPO MONTEFORTE)

Mengenai masalah perempuan yang tidak diizinkan menjadi imam melalui sakramen Tahbisan dan pendirian Gereja tentang pernikahan sesama jenis, Paus menegaskan kembali bahwa sementara ini tidak diizinkan oleh hukum Gereja.

Para pelayan harus mendampingi semua individu, bahkan mereka yang tidak sesuai dengan aturan.

Gereja mengajarkan bahwa wanita tidak dapat menjadi imam karena Yesus hanya memilih pria sebagai rasulnya. Gereja tidak mengizinkan pernikahan sesama jenis atau bahkan pemberkatan bagi pasangan sesama jenis, tetapi Francis mendukung undang-undang sipil yang memberikan hak kepada pasangan sesama jenis.

Sejak awal kepausannya, Fransiskus telah berusaha membuat Gereja lebih ramah dan tidak terlalu mengutuk, termasuk kepada anggota komunitas LGBT, tetapi tanpa mengubah ajaran yang mendesak mereka yang memiliki ketertarikan sesama jenis untuk menjadi suci.

Sementara Paus telah memprakarsai beberapa reformasi selama masa jabatannya, termasuk memberikan lebih banyak peran bagi perempuan dalam posisi berpangkat tinggi di Vatikan, dia terus menyeimbangkan daya tarik bagi penganut liberal sembari menghormati keyakinan konservatif di dalam Gereja.


Kata Paus Fransiskus kepada Transgender: Tuhan Mencintai Kita Apa Adanya

Paus Fransiskus melambaikan tangan saat tiba di Stadion Martir di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo untuk pertemuan dengan kaum muda, Kamis (2/2/2023). Paus Fransiskus berada di Kongo dan Sudan Selatan untuk kunjungan selama enam hari. Paus Fransiskus berharap dapat memberikan penghiburan dan semangat kepada dua negara yang dilanda kemiskinan, konflik, dan apa yang disebutnya sebagai "mentalitas kolonialis" yang telah mengeksploitasi Afrika selama berabad-abad. (AP Photo/Gregorio Borgia)

Paus Fransiskus mengatakan kepada seorang anak muda yang merupakan transgender bahwa "Tuhan mencintai kita apa adanya". Ini merupakan pendekatan terbarunya terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual, and transgender (LGBT). 

Dilansir Channel News Asia, hal itu diucapkannya dalam sebuah podcast yang dirilis media Vatikan.

Dalam tayangan podcast tersebut, Paus Fransiskus mendengarkan dan menanggapi pesan audio dari sejumlah anak muda menjelang festival pemuda Katolik yang akan dihadirinya di Portugal pekan depan.

Salah satu pesan audio itu datang dari Giona, pemuda asal Italia berusia 20-an, yang mengatakan bahwa ia merasa bimbang atas dua hal yang bertentangan yakni iman Katoliknya dan identitasnya sebagai transgender. 

Paus Fransiskus kemudian menjawabnya dengan mengatakan, "Tuhan selalu berjalan bersama kita. Bahkan jika kita adalah orang berdosa, Dia mendekat untuk membantu kita. Tuhan mencintai kita apa adanya, ini adalah cinta Tuhan yang luar biasa".

 


Kerap Terbuka untuk Kaum LGBT

Paus Fransiskus melambaikan tangan saat memimpin Doa Angelus dari jendela studionya yang menghadap Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Minggu (1/3/2020). Pemimpin umat Katolik itu untuk pertama kalinya tampil di muka publik dalam empat hari terakhir setelah tak enak badan. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Paus berusia 86 tahun itu memang kerap menyatakan keterbukaannya terhadap kelompok LGBT. 

Ia juga pernah mengatakan "Siapakah saya ini hingga bisa menghakimi", ketika ditanya tentang masalah homoseksual dan undang-undang (UU) yang mengkriminalkan kelompok LGBT. 

Pada saat yang sama, Paus Fransiskus menegaskan bahwa pernikahan seumur hidup dalam Gereja Katolik hanya terjadi antara seorang pria dan wanita. Namun, dia tetap mendukung kesetaraan bagi kelompok LGBT dalam hal birokrasi termasuk pensiun dan perawatan kesehatan. 

Infografis Isu LGBT Berhembus di Parlemen

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya